Budidaya Cabai : Trik Menjaga Produktivitas Pasca Terkena Virus Kuning
Angga Syarief / Rabu,06 Desember 2023
Perawatan tanaman cabai pada fase vegetatif dan generatif merupakan langkah penting dalam budidaya cabai. Pada fase vegetatif, fokus perawatan ditujukan untuk memastikan pertumbuhan vegetatif tanaman cabai yang optimal. Setelah fase vegetatif, tanaman cabai akan memasuki fase generatif atau fase pembentukan buah. Pada fase ini, perawatan yang diterapkan akan sedikit berbeda. Dengan menerapkan metode perawatan yang tepat pada fase vegetatif dan generatif, merupakah salah satu kunci suksesnya kita dalam berbudidaya tanaman cabai. Metode perawatan tanaman cabai mencakup sejumlah strategi yang berguna untuk menjaga keseimbangan nutrisi, mengendalikan hama dan penyakit, serta memaksimalkan hasil panen. Dengan menerapkan metode perawatan yang tepat, petani dapat memastikan bahwa tanaman cabai mereka tumbuh subur dan menghasilkan buah yang berkualitas.
Artikel kali ini adalah lanjutan dari artikel kami sebelumnya, disini. Masih ditemani oleh Mas Farid si petani muda yang berasal dari Cianjur yang menggeluti dunia pertanian sekaligus sebagai konten creator seputar perawatan dunia cabai. Akan banyak membahas tentang perawatan yang beliau lakukan ketika memasuki fase vegetatif sampai generatif. Simak selengkapnya disini.
Pengendalian Bercak Daun
Daerah lahan tanaman cabai beliau memanglah rawan akan serangan bercak daun dan virus kuningnya. Oleh sebab itu, langkah pengendalian yang selektif beliau lakukan ketika tanaman mulai berumur 20 HST. Melakukan penyepraian dengan 2ml/liter air asam amino, fungisida bahan aktif mankozeb, dan insektisida avidor. Interval spray yang beliau lakukan yakni 5 hari sekali sampai diumur 40 HST. Selepas umur 40 HST pemberian asam amino mulai beliau berhentikan dikarenakan tanaman sudah menandakan kesuburan. Pengaplikasian fungisida bahan aktif mankozeb untuk mengendalikan bercak daun, insektisida avidor untuk mengendalikan kutu kebul, dan pengimbangan asam amino untuk mengurangi tingkat stress tanaman pasca serangan bercak daun dan virus kuning serta memudahkan tanaman agar cepat beradaptasi.
Perawatan Fase Generatif
Saat mulainya fase pertumbuhan bunga, beliau fokus pemberian nutrisi berupa unsur phospat dan kalium yaitu pupuk MKP dengan takaran dosis 2-3 SDM/16 liter air. Penggunaan pupuk ini beliau gunakan bertujuan untuk merangsang pertumbuhan bunga. Setelah bunga banyak yang tumbuh, kemudian beliau fokus pemaksimalan buah. Dalam proses prmaksimalan buah, beliau menggunakan pupuk KALINET dengan dosis 3 tutup botol/16 liter air. Alasan beliau mengganti pupuknya, meski kedua pupuk tersebut sama-sama mengandung unsur kalium karena ketika fase pembentukan buah pastinya membutuhkan nutrisi secara cepat. Mengganti menggunakan KALINET dikarenakan bentuk pupuk tersebut yaitu cair, sehingga pupuk yang sudah cair akan cepat berhomogen dengan air dan mudah diserap tanaman.
Pengendalian Rontok Bunga
Cekaman cuaca seperti kemarau ekstrim tentu membuat para petani cabai cukup ketar-ketir. Seperti halnya Mas Farid, beliau menjelaskan ketika mendapati musim kemarau ekstrim akan mengalami beberapa kendala seperti kekeringan. Kendala ini sudah beliau rasakan, bentuk nyatanya pada bagian pucuk tanaman menandakan warna daun yang kekuningan. Bukan dikarenakan virus tetapi karena kekurangan air. Beliau sendiri juga menyadari bahwa proses penyiraman sedikit terhambat, sebab minimnya air yang didapatkan di daerah beliau. Tanaman yang mengalami kekeringan pastinya akan mengalami stress dan daya tahan tanaman menurun. Selain itu, tanaman yang mengalami kekeringan akan kerap mengalami rontok bunga. Dalam menjaga hal ini, beliau menambahkan pupuk kalsium dengan spray dan kocor. Nutrisi seperti kalium (K) dan kalsium (Ca) memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan tanaman cabai dan mencegah rontoknya bunga.
Pengendalian Hama Ulat
Serangan hama ulat pada lahan beliau terbilang cukup ekstrim. Prosentase serangan hama ulat yang tinggi, juga akan berpengaruh terhadap keberhasilan budidaya tanaman. Oleh sebab itu, beliau segera melakukan tindakan pencegahan dengan aplikasi insektisida bahan aktif Emamectin Benzoat 7% + Chlorbenzuron 30% (sagri-beat) dengan dosis 1 SDM/16 liter air dan bahan aktif indoksakarb 120 g/l + klorfenapir 180 g/l (oblivion) dengan dosis 15 ml/liter air. Penggunaannya beliau semprotkan selama 3 hari berturut-turut, untuk hari kedua beliau rolling dengan insektisida lain yang tergolong harga ekonomis, kemudian di hari ketiga kembali mengaplikasikan dua insektisida di hari pertama. Setelah rutin selama 3 hari berturut-turut ini membuahkan hasil yang cukup baik. Hama ulat dapat beliau tekan.
Perempelan
Sistem rempel yang beliau lakukan tidak berpatok berapa banyaknya tunas air, tetapi beliau cenderung melihat besar kecilnya tunas air. Apabila mendapati tunas air yang kecil, maka beliau rempel dengan alasan kurang produktif. Sedangkan tunas air yang besar beliau akan pelihara.
Pengendalian Virus Kuning
Kerap menjadi momok bagi para petani cabai adalah serangan virus kuning. Konon katanya, sekalinya terkena serangan virus ini akan membuat produktivitas cabai menurun secara drastis. Tetapi beda halnya yang ada pada lahan Mas Farid, meski beberapa tanaman beliau terjangkit virus kuning masih menandakan tidak ada yang bermasalah dengan produktivitasnya. Daun menguning, bakal bunga dan buah masih terbilang cukup tinggi.
Identifikasi virus kuning pada tanaman cabai Mas Farid, tidaklah sampai kuning secara menyeluruh masih tetap berwarna daun hijau. Dalam menjaga hal ini, beliau cukupkan akan kebutuhan nutrisinya. Fokus pemberian nutrisi unsur mikro menggunakan pupuk unsur mikro VITARONSL. Perlu kita ketahui, virus kuning adalah salah satu penyakit yang menyerang sel tanaman secara sistemik atau menyeluruh sehingga mengganggu metabolism tanaman. Maka dari itu, perlu upaya pemulihan sel dengan cara meregenerasi. Unsur mikro sangat berperan penting dalam pemulihan sel-sel yang rusak.
Kesimpulan artikel kali ini adalah banyak petani yang mengeluhkan beberapa kendala yang dihadapi seperti bercak daun, serangan hama, rontok bunga sampai virus kuning yang menjadi momok menakutkan bagi para petani cabai. Kendala ini sudah seperti menjadi makanan sehari-hari bagi para petani cabai. Tetapi kendala tersebut bisa kita lakukan langkah preventif agar menghasilkan tanaman yang optimal. Pengaplikasian insektisida dan fungisida secara berkala dan juga bahan aktifnya selektif, akan membuahkan hasil pencegahan yang cukup ampuh. Dan juga pengimbangan aplikasi pupuk unsru makro dan mikro juga mampu menopang pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sehingga tanaman yang terjangkit penyakit sekalipun tidak mengganggu produktivitas tanaman.
Demikian artikel ini kami buat, selengkapnya dapat ditonton disini.
Cari
KATEGORI : |
---|
Pengetahuan |
Kiat Pertanian |
Solusi Masalah |
Berita Inspirasi |