Tanpa Pupuk Kimia dan Tanpa Rotasi Tanam, Sukses Tanam Cabai dilahan Bekas
Angga Syarief / Rabu,03 Mei 2023
Tanah yang menjadi tempat hunian bagi tanaman perlu diperhatikan serius. Meski didalam tanah sudah tersedia berbagai macam unsur hara, tetap perlu bantuan manusia dalam menambahkan unsur hara tersebut berupa pemupukan. Hal ini dikarenakan tanah yang sebagai wadah atau media tumbuh, sebisa mungkin kita melengkapi nutrisi sebagai asupan makanan agar tanaman dapat tumbuh dengan optimal. Maksud dan tujuan ini pastinya sudah banyak diterapkan para petani khususnya petani cabai. Harapannya sekali pengolahan lahan, memberikan nutrisi yang tepat tanah tersebut dapat dipergunakan sampai berkali-kali musim tanam.
Tetapi apa halnya, yang kerap dijumpai dilapangan langsung para petani justru banyak keluh kesahnya. Mengupayakan sebaik mungkin dalam pengolahan lahan agar dapat digunakan berkali-kali malah menjadi malapetaka. Kebanyakan dimusim pertama dapat ditanami dengan hasil yang memuaskan, menginjak musim tanam berikutnya baru mulai mengeluh tanamannya mulai mengalami berbagai macam kendala entah itu layu fusarium, busuk batang, maupun antraknosa. Memang benar adanya, cukup pengolahan lahan satu kali dan dapat digunakan kembali bukanlah hal yang mudah.
Budidaya tanaman dilahan bekas pastinya tidak semudah membalikan telapak tangan. Pasalnya, sesuai survei yang kita jumpai banyak petani yang kurang memahami cara yang tepat menggunakan lahan bekas agar dapat ditanami kembali. Ada berbagai macam cara yang terbukti efektif seperti melakukan rotasi tanam, sterilisasi lahan sampai penggunaan pupuk yang tepat. Hal yang menarik dari pembahasan artikel ini adalah kita akan banyak membahas cara tepat budidaya cabai dilahan bekas tanpa olah lahan didataran rendah. Ditemani bersama Pak Didik Nismantoro yang beralamat tinggal di Desa Jetis Mbaran, kelurahan Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Yang menjadi inti topik pembahasannya adalah saat ini beliau menanam cabai rawit dilahan bekas yang selalu ditanami tanaman cabai sebanyak 4 kali. Tanpa rotasi tanam, tanpa pupuk kimia, dilahan bekas, dan didataran rendah ternyata hasilnya dapat dibuktikan oleh Pak Didik. Disinilah yang menjadi pusat perhatian karena dibalik itu semua terdapat pola perawatan yang beliau lakukan. Kiat suksesnya akan kita bahas dibawah ini.
Olah lahan
Hal yang menjadi pusat perhatian artikel kali ini adalah lahan milik beliau. Lahan yang digunakan Pak Didik adalah lahan bekas tanpa diolah kembali. Selama 4 musim sampai ditanaman cabai yang sekarang ini sama sekali tidak diolah lahan kembali. Saat proses awal pengolahan lahannya, berhubung lahan yang digunakan adalah lahan baru bekas tanaman padi jadi beliau yakin kecukupan nutrisi atau unsur hara didalam tanah sudah terpenuhi. Saat olah lahan diawal beliau cukup menaburkan kapur dolomite saja. Luasan lahan sekitar 1.150 m2 cukup mengahabiskan sekitar 15 karung dolomite. Cukup kapur dolomite saja tanpa memberikan pupuk kimia sebagai pupuk dasaran. Mungkin ini yang menjadi jawabannya. Beliau berkeyakinan bahwa tanah bekas padi termasuk tanah yang bagus dan sudah lengkap unsur haranya, maka dari itu beliau tidak menambahkan pupuk kimia sebagai pupuk dasaran. Karena tanaman padi sifatnya sebagai pencuci tanah sehingga mikroba negatif didalam tanah juga akan menghilang. Cukup dengan pemberian kapur dolomite sebagai dasaran.
Fungsi dari kapur dolomite yang bermanfaat sebagai penaik pH tanah, oleh sebab itu Pak Didik lebih berfokus bagaimana caranya membuat pH tanah sebaik mungkin. Ketika pH tanah sudah tepat dan diangka yang baik akan dengan sendirinya kecukupan nutrisi untuk tanaman terpenuhi. Beliau lebih mengupayakan memperbaiki pH tanahnya daripada memberikan asupan makanan berupa pemberian pupuk kimia yang nantinya bisa menimbulkan residu. Perlu kita ketahui, pupuk kimia yang kita gunakan sebagai pupuk dasar, kandungan unsur haranya yang dapat berhomogen atau terserap dengan tanah hanya beberapa persennya saja. Sisanya akan meninggalkan residu dimana residu tersebut bisa menimbulkan racun yang bisa menjadi sumber makanan dan tempat tumbuh patogen penyakit.
Pengkondisian lahan
Selama 4 musim berturut-turut tanpa olah lahan sama sekali, tentu membuat Pak Didik mencari cara untuk mencukupi asupan makanan untuk tanaman cabainya. Jadi setiap pergantian musim tanam, sebelum kembali menanam beliau memberikan pupuk kompos yang sudah terfermentasi dan agensi hayati Trichoderma. Sebelum diberikan dilubang tanam beliau melakukan proses pencampuran pupuk kompos dengan dekomposer. Pupuk kompos ditaruh diember kapasitas sekitar 20 liter kemudian disiram dengan dekomposer dan diaduk merata sampai basah setelah itu baru beliau langsung berikan dilubang tanam. Untuk aplikasi trichodermanya beliau berikan jauh-jauh hari sebelum pemberian pupuk kompos dan diberikan kembali bersamaan dengan aplikasi pupuk kompos. Luasan lahan sekitar 1.150 m2 hanya mengahabiskan 3 karung pupuk kompos dan 1 liter dekomposer. Selang sehari baru beliau tanami langsung. Jadi selama 4 musim ini beliau selalu melakukan cara seperti ini dan dilakukan saat pergantian musim tanam.
Hasil pengolahan lahan
Lahan dengan luasan 1.150 m2 beliau tanami sekitar kurang lebih 2.000 tanaman. Dengan pola pengolahan lahan yang beliau lakukan membuah hasil tanaman yang optimal dan istimewa, seperti hasil budidaya tanaman dilahan baru. Dari total 2.000 tanaman, terhitung 5 tanaman saja yang mengalami kematian.
Menjadi daya tarik yang sangat menarik karena perlakuan olah lahan yang diterapkan Pak Didik terbilang sangat menghemat biaya. Disamping itu, beliau juga berprinsip untuk selalu menjaga kondisi tanahnya. Tanpa penggunaan pupuk kimia pun tanaman masih bisa tumbuh dengan baik. Jika kita terlalu bergantung dengan pupuk kimia, tanaman akan manja dan aplikasi pupuk kimia secara berlebihan pun juga bisa merusak tekstur tanah baik secara fisik, biologis maupun kimia. Tanah di negara kita sebenarnya terdapat banyak tanah yang bagus, akan tetapi kecanduan petani dengan pupuk kimia inilah yang merubah karakteristik tanahnya. Kondisi tanah sekarang ini banyak yang mengeras dan rusak akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. Memang dalam hal menopang pertumbuhan tanaman, dengan pupuk kimia akan lebih cepat dan tanaman terlihat segar bugar. Tetapi jika kita kurang memperhatikan dosis penggunaannya justru membuat malapetaka sendiri.
Kandungan didalam pupuk kimia itu sendiri banyak yang terbuang karena penguapan sehingga menimbulkan suhu panas dan kandungan yang tidak terserap tanah yang bisa menjadi residu. Kasus seperti inilah yang membuat ancaman bagi tanaman mengalami kematian. Mulai dari sekarang, sebisa mungkin kita harus memperhatikan hal ini. Berubah dan memperbaiki karena tanah adalah titipan anak cucu kita. Selayaknya kita meminjam sebaiknya kita mengembalikannya dalam kondisi sebaik mungkin seperti sedia kala.
Selengkapnya akan kami tayangkan disini.
Cari
KATEGORI : |
---|
Pengetahuan |
Kiat Pertanian |
Solusi Masalah |
Berita Inspirasi |