Cabai Merah Besar : Perpaduan Pupuk Organik dan Kimia, Hasil Manis Meski dilahan Kritis
Angga Syarief / Rabu,31 Januari 2024
Sebagian besar dari kita mungkin pernah mendengar atau bahkan merasakan sendiri bagaimana lahan pertanian yang terus-menerus ditanami tanaman yang sama, tanpa rotasi yang baik, bisa mengakibatkan degradasi tanah atau yang kita kenal sebagai lahan kritis. Ketidakseimbangan nutrisi, peningkatan populasi hama, dan ketahanan tanah yang menurun adalah beberapa masalah yang sering muncul. Tak kalah mencemaskan, musim kemarau juga dapat menjadi momok bagi para petani. Tanaman yang tidak tahan kekeringan dapat mengalami penurunan hasil yang signifikan. Oleh karena itu, memilih tanaman yang dapat bertahan dalam kondisi ini menjadi kunci untuk menghadapi tantangan musim kering.
Cabai merah besar muncul sebagai pilihan bijak untuk dijadikan solusi terhadap lahan kritis dan musim kemarau. Tanaman cabai memiliki adaptasi yang baik terhadap berbagai kondisi lahan, serta mampu bertahan pada musim kemarau dengan membutuhkan air yang relatif sedikit dibandingkan beberapa tanaman lainnya. Untuk memulai budidaya cabai merah besar, pastikan kita sudah memahami karakteristik jenis komoditas yang kita tanam. Artikel kali ini akan berbagi tips budidaya cabai merah besar di lahan kritis.
Profil Petani
Belajar cara budidaya cabai merah langsung dengan salah seorang petani bernama Pak Giyono, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar. Merasa tertarik ngobrol asik bersama beliau sebab Pak Giyono sukses budidaya tanaman cabai merah besar dilahan kritis dengan cekaman kemarau yang cukup ekstrim.
Tentang Varietas
Varietas yang beliau tanam musim sekarang adalah jenis cabai merah besar Baja F1. Dengan karakteristik buah yang tanggung yang cukup populer dikalangan petani. Menanam ± 1.800 batang tanaman.
Tentang Lahan
Tipikal tanah pada lahan Pak Giyono, cenderung tanah tipis dengan bagian bawah banyak lapisan bebatuan. Ditambah lagi, selama kurun waktu 5 tahun beliau selalu menanam komoditas yang sama. Tanpa melakukan rotasi penanaman, tentunya cukup riskan terhadap daya tumbuh tanaman kedepannya. Apalagi musim tanam sekarang tepat dengan cekaman kemarau ekstrim. Dengan begitu, penyiraman beliau mengalami penghambatan. Tetapi hasil nyatanya berbeda, justru tanaman menampakkan pertumbuhan dan perkembangan yang signifikan.
Pupuk Dasar
Sebanyak 1.800 batang tanaman, beliau menghabiskan 25 kg Phonska, 25 kg ZA, dan 6 karung pupuk kandang. Terbilang pemakaian dosis yang sedikit untuk pengaplikasian pupuk dasarnya. Karena beliau sendiri lebih menekankan pemberian asupan makanan lewat pupuk kocor dan spray.
Pupuk Kocor
Pengocoran pupuk yang beliau gunakan untuk fase awal dengan NPK Mutiara 16-16-16 dengan dosis 250 gram / 20 liter air. Untuk memenuhi 1.800 tanaman beliau sudah menghabiskan 4 kg NPK Mutiara 16-16-16 sampai umur sekarang, tepatnya tanaman sudah mulai berbuah. Genjot nutrisi tambahan menggunakan pupuk fermentasi buatan beliau sendiri. Bahan baku pupuk fermentasinya adalah urin kelinci, air kelapa, tetes tebu / molase, dan dekomposer EM4. Bahan baku ini beliau campur menjadi satu dan diaduk secara merata kemudian pendiaman selama 60 hari. Perbandingan dosis pencampurannya untuk urin kelinci 4 galon (1 galon 19 liter air), air kelapa 2 galon (1 galon 19 liter air), dekomposer EM4 2 botol, dan tetes tebu / molase 4 botol. Ketika pupuk fermentasi sudah siap digunakan, beliau aplikasikan ke tanaman via kocor di umur 10 HST.
Pupuk Spray
Memasuki fase pembuahan beliau mulai aplikasi pupuk kalium via spray menggunakan KALINET dengan dosis 30 ml/16 liter air. Pemanfaatan pupuk KALINET beliau sendiri merasakan bunga buah tidak mudah rontok, buah berbobot dan panjang, dan juga kulit buah mengkilap tebal. Dengan begitu, sampai petikan ke-4 ini buah cabai Pak Giyono masih aman dari serangan antraknosa/patek.
Pengendalian Jamur
Sampai sekarang ini, tanaman beliau masih aman juga dari serangan bercak daun. Resep yang beliau aplikasikan dalam upaya pengendalian bercak menggunakan fungisida Dithane dosis 2 sdm dan silica KOVERWP dosis 2 sdm/16 liter air. Diaplikasikan setiap 4 hari sekali.
Pengendalian Hama
Hama yang kerap sekali menyerang cabai terutama cabai merah besar adalah lalat buah. Upaya pencegahan serangan hama satu ini, beliau aplikasikan insektisida Maestro via spray. Tidak cukup hanya itu saja, upaya pencegahan lagi beliau tambahkan lem perangkap pada area lahan.
Sistem Pemangkasan
Beliau menghimbau apabila ingin mencoba budidaya tanaman cabai merah besar, sebaiknya melakukan perempelan tunas air bagian bawah. Apabila memungkinkan malah merempel habis tunas air bagian bawah, menyisakan di cabang utama saja. Himbauan ini perlu dilakukan mengingat jenis cabai merah besar memerlukan nutrisi yang cukup dalam pembentukan buah. Semakin banyak tunas air yang dipelihara nantinya distribusi nutrisi bisa lebih besar bahkan mengalami penghambatan. Beliau sendiri juga menjelaskan, apabila terlalu banyak memelihara tunas air, besar kemungkinan tanaman akan mudah patah. Akan seimbang juga antara kualitas dan kuantitas yang dihasilkan dengan merempel tunas air. Percuma saja, bila harapan kita memelihara tunas air bisa menghasilkan kuantitas banyak apabila nantinya kualitas buah yang dihasilkan kurang maksimal. Nilai jual akan menurun dan bisa jadi kita memerlukan biaya tambahan untuk menggenjot nutrisi guna mengejar pertumbuhan buah yang maksimal.
Kesimpulan artikel kali ini adalah budidaya tanaman cabai merah di lahan kritis perlu selektif dalam hal perawatan. Baik itu persiapan pondasi yang kuat, pemupukan yang berimbang, dan juga aplikasi preventif / pencegahan. Demikian artikel ini kami buat, selengkapnya bisa kami tayangkan disini.
Cari
KATEGORI : |
---|
Pengetahuan |
Kiat Pertanian |
Solusi Masalah |
Berita Inspirasi |