Sistem Tumpangsari dengan Olah Lahan Tepat Menyimpan Sejuta Keuntungan
Angga Syarief / Sabtu,07 Januari 2023
Komoditas favorit petani selain cabai adalah tanaman pare. Buah yang identik dengan rasa getirnya ternyata menjadi salah satu komoditas yang banyak diminati pasaran. Tetapi bagaimana jika menanam dua komoditas tersebut sekaligus? Tentu, akan banyak keuntungan yang diraup bukan? Tetapi dibalik itu semua tentu ada perawatan yang perlu diperhatikan. Artikel kali ini kita akan belajar bersama bagaimana cara sistem tumpangsari tanaman pare dengan cabai yang tepat. Kesempatan kali ini kita bersama dengan salah satu narasumber bernama Pak Pujianto akrab dengan sebutan Pak Anto yang beralamat tinggal di Desa Adikarto, Kecamatan Muntilan.
Pak Anto sendiri terjun didunia pertanian belum lama dan baru pertama kali melakukan sistem tumpangsari. Tapi hasilnya bukan main, terlihat tanaman pare maupun cabai beliau begitu optimal. Bocoran rahasia beliau ternyata ada pada pengolahan lahan yang tepat. Inovasi pembuatan lahan yang sedemikian rupa baru kali ini beliau terapkan. Beliau dari awal sudah mempunyai prinsip dalam diri bahwa pengolahan lahan yang tepat itu penting dan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. “Jadi Mas Zaki, pengolahan lahan itu kuncinya tapi belum banyak petani yang memikirkan hal itu” curahan hati Pak Anto. Investasi jangka panjang karena dengan pengolaha lahan yang tepat bisa digunakan sampai musim tanam ke tiga. Cara simpel yang bisa menghemat biaya pengeluaran perawatan.
Pembuatan bedengan
Bedengan berukuran 1,5 meter dengan ketinggian 70-80 cm. Untuk plastik mulsa berukuran 2 meter lebih menyelimuti seluruh permukaan sampai bagian bawah bedengan. Tujuan beliau membuat bedengan yang tidak pada umumnya adalah untuk menjaga kebersihan area lahan dari gulma. Menurut beliau sendiri bila area lahan terlalu banyak tumbuh gulma bisa menyebabkan serangan hama dan penyakit. Dengan adanya gulma ini sendiri beliau beryakinan bahwa hama serangga seperti walang bisa muncul selain itu bisa memancing potensi tumbuh patogen penyakit. Gulma yang berserakan secara otomatis membuat area lahan terutama permukaan tanaman menjadi lembap. Kerap kali kami menekankan bahwa dengan meningkatnya kelembapan bisa berpotensi tumbuhnya jamur dan jamur inilah yang menjadi sumber atau biang keroknya patogen penyakit seperti layu, busuk batang bahkan antraknosa. Area parit dilahan beliau pun terlihat sangat bersih dan sirkulasi airnya mengalir lancar. Jadi memang Pak Anto mengusahakan air tidak sampai tergenang. Ternyata setiap 5 hari sekali beliau menyapu tidak ada sisa rerontokan daun sama sekali.
Sistem tumpangsari
Dalam lahan Pak Anto terdapat dua komoditas tanaman yaitu tanaman pare dan tanaman cabai. Beliau sengaja melakukan sistem tumpangsari. Untuk varietas tanaman pare beliau adalah varietas pare KAPTEN 40, sedangkan varietas tanaman cabai adalah varietas cabai ORI 212. Usia tanaman cabai baru memasuki fase generatif memasuki fase mulai pertama kali berbuah tepatnya diumur kurang lebih 45 hari. Yang menjadi menarik disini adalah tanaman pare beliau. Terlihat buah yang menggantung di para-para sangat banyak. Pak Anto sengaja menumpangsarikan tanaman pare dengan cabai tujuan beliau dari awal untuk meraup keuntungan ganda.
Jarak tanam & para - para
Jarak tanam yang digunakan Pak Anto untuk tanaman pare dengan jarak tanam 150 cm. Sempat terkejut mendengar jawaban beliau, ternyata beliau mempunyai pertimbangan bahwa beliau memahami betul tanaman pare termasuk tanaman sulur jadi beliau berusaha mengoptimalkan pertumbuhan tanaman pare ke atas bukan bagian samping maupun bawah. Jadi beliau melakukan perempelan habis tunas anakan bagian bawah. Pertimbangan lainnya yaitu supaya tanaman pare juga tercukupi kebutuhan akan sinar matahari. Selain rakus akan pemupukan, tanaman sulur juga sangat butuh akan sinar matahari. Cara yang beliau lakukan dengan mengoptimalkan pertumbuhan keatas dan membuat para-para sebagai media rambatan tanaman. Sehingga dengan pembuatan para-para ini tanaman akan sangat mudah menangkap sinar matahari yang akan diproses melalui proses fotosintesis guna menghasilkan sumber makanan tanaman. Pembuatan para-para pun terlihat beda pada umumnya, terlihat ada beberapa para-para yang dibuat renggang. Tujuan beliau memberi ruang masuknya cahaya matahari untuk tanaman cabainya. Cara yang cukup cerdik, memanfaatkan sistem rempel, jarak tanam dan juga pembuatan para-para mengingat tanaman pare rakus akan pemupukan selain itu juga melakukan sistem tumpangsari tanaman cabai tentu akan menekan biaya pemberian pupuk. Alam sudah menyediakan unsur-unsur yang bisa dimanfaatkan untuk tanaman, kita sebagai manusia harus pintar memanfaatkannya.
Kocor
Kocor untuk tanaman pare beliau menggunakan NPK Mutiara 16-16-16 dicampur dengan pupuk KCL dan kocor ini pun tidak cukup rutin. Beliau lebih melihat kondisi tanaman kadang 3 hari sekali kadang juga 5 hari sekali. Cukup kocor dilubang tanam tanaman pare karena secara otomatis nutrisi yang dikocorkan juga akan diserap tanaman cabai. Maka dari itu, sejak awal beliau sengaja mengupayakan pemakaian plastik mulsa menutupi semua permukaan bedengan sampai dibagian bawah agar menekan pertumbuhan gulma dan nutrisi yang diberikan juga tidak diserap oleh gulma. Memang dibuat tidak habis piker dengan pola tanam yang dilakukan Pak Anto.
Spray nutrisi
Dengan inovasi yang beliau jabarkan diatas tadi untuk perawatan tanaman baik itu cabai maupun pare sangatlah mudah. Sudah diuntungkan dari awal karena beliau begitu memperhatikan mulai dari pengolahan lahan yang tepat, jarak tanam, dan cara pembuatan para-para yang tepat. Dalam menggenjot nutrisi untuk pertumbuhan bunga dan buah beliau menggunakan unsur makro KALINET dan nutrisi untuk perangsang pertumbuhan daun beliau menggunakan unsur mikro VITARONSL.
Fungisida dan Insektisida
Sejak awal beliau tidak terlalu mengaplikasikan fungisida dan insektisida. Beliau lebih melihat kondisi tanamannya karena sampai sejauh ini tanaman masih terlihat aman dari serangan penyakit maupun hama. “Bukan berarti tidak mau mengaplikasikan mas, kalau tanaman masih aman ya mengapa diberikan, karena tanaman sudah sehat dari awal” Ujar Pak Anto. Jadi selangkah lebih maju dan mengirit biaya.
Hasil panen
Sudah melakukan pemetikan sebanyak 6 kali mendapatkan hasil 130 kg. Target beliau di petikan ke 7 mendapatkan 170 kg. Total populasi tanaman pare beliau sekitar 140 tanaman. Dari awal pemetikan sampai pemetikan ke 6 ini selalu mengalami grafik kenaikan. Petikan pertama beliau mendapatkan 35 kg, kedua 54 kg, ketiga 61 kg, keempat 86 kg, kelima 97 kg, dan petikan ke 6 mendapatkan 130 kg. Bisa disimpulkan, berarti produktivitas tanaman pare beliau tinggi, satu tanaman bisa menghasilkan 1 kg. Modal awal beliau sekitar 7,5 juta sudah terhitung modal penanaman cabai. Merasa optimis dengan hasil panen parenya, modal sudah bisa tertutup dengan hasil panen pare saja belum hasil panen cabai kedepannya.
“Olah lahan dari awal harus sesempurna mungkin karena bisa menjadi investasi jangka panjang mas. Bengkak diawal tetapi hasil panen pare insyallah bisa menutup dan kedepannya lebih irit lagi pastinya” Pesan Pak Anto kepada kami.
Demikian artikel ini kami buat, semoga bisa menjadi inspirasi buat sahabat petani semua. Selengkapnya akan kami tayangkan disini.
Cari
KATEGORI : |
---|
Pengetahuan |
Kiat Pertanian |
Solusi Masalah |
Berita Inspirasi |