Budidaya cabai: Kiat sukses pengendalian dan pemulihan kriting daun cabai.
Karlina Indah / Sabtu,17 Mei 2025
Dalam dunia budidaya cabai, ancaman terhadap produktivitas tanaman tidak hanya datang dari penyakit, tetapi juga dari serangan hama. Salah satu hama yang kerap luput dari perhatian karena ukurannya yang sangat kecil adalah thrip. Meskipun berukuran hanya sekitar 1–2 mm, hama ini mampu menyebabkan kerusakan serius pada daun, bunga, hingga buah cabai, yang berujung pada penurunan hasil panen. Thrip menyerang dengan cara menghisap cairan sel tanaman, terutama pada bagian daun muda dan bunga. Akibatnya, daun menjadi keriting, bunga rontok, dan buah mengalami cacat bentuk atau warna. Karena ukurannya yang nyaris tak terlihat dengan mata telanjang dan kemampuannya berkembang biak dengan cepat, thrip menjadi tantangan serius bagi petani cabai. Pengendaliannya pun membutuhkan pendekatan yang tepat, baik secara preventif maupun kuratif, agar tidak menimbulkan resistensi atau kerusakan lingkungan. Salah satu petani yang tak lepas dari kerepotan mengendalikan thrip yaitu Mas Adek dari Wonosobo. Beliau menjelaskan bahwa di Wonosobo, petani yang menanam cabai di bulan desember hampir semua mengalami masalah yang sama yaitu serangan thrips. Bagaimana upaya yang dilakukan Mas Adek hingga bisa lulus ujian ini? Baca penjelasan lengkapnya di bawah ini.
Sembuh Total! Daun Keriting Hilang Hanya dengan 1x Semprot Insektisida dan Nutrisi
Serangan thrips yang dialami Mas Adek memang parah, tapi berbekal pengalaman beliau bisa mengatasi masalah tersebut dengan mudah. Tidak menggunakan produk aneh aneh, penyemprotan pertama Mas Adek hanya menggunakan Insektisida bahan aktif Profenopos dengan merk dagang Curacron secara tunggal tanpa perekat. Seperti yang kita ketahui Bersama bahwa bahan aktif curacron ini tidak hanya untuk mengusir lalat buah, namun juga efektif untuk emngendalian kutu – kutuan seperti thrips. Dosis Curacron yang digunakan yaitu 6 tutup/200 liter air. Setelah 5 hari, dilakukan penyemprotan kedua menggunakan nutrisi dengan kandungan Phospat dan Magnesium, merk dagang yang digunakan yaitu MORDENFOL. Dosis mordenfol sengaja menggunakan dosis tinggi yaitu 6 tutup/200 liter air, hal ini bukan tanpa alasan memang sengaja di berikan untuk memacu pertumbuhan pasca serangan hama tanaman. Mas Adek beranggapan bahwa tanaman itu seperti manusia, Ketika nutrisi dipenuhi maka pemulihan pun lebih cepat terjadi. Walaupun dosis yang digunakan tinggi namun tetap aman, tidak ada efek negative yang ditimbulkan. Perubahan pasca treatment tersebut terlihat setelah 10 hari, yang mana daun mulai berkembang normal dan berwarna hijau muda, setelah 20 hari aplikasi selain daun sudah normal, pastinya daun menjadi lebar dan juga tebal. Penyemprotan ketiga yang dilakukan Mas Adek sudah menggunakan kombinasi antara nutrisi, insektisida dan fungisida. Jadi bisa disimpulkan, sekali aplikasi insektisida dan nutrisi secara Tunggal saja keriting sudah hilang. Mas Adek juga menyarakan untuk menggunakan nutrisi cair saja dalam pemulihan pasca serangan kriting, pengalaman menggunakan pupuk padat yang dicairkan dengan dosis tinggi timbul efek samping, yaitu daun memang bagus namun mudah terserang bercak daun.
Perawatan Fase Generatif
Memasuki fase generatif, perawatan tanaman cabai perlu disesuaikan agar produktivitas tetap optimal. Saat ini tanaman cabai Mas Adek sudah panen 5 kali, dengan kondisi tanaman memang tidak lebih tinggi dari ajir namun buahnya sangat banyak. Mas Adek menjelaskan bahwa untuk di daerah Wonosobo walaupun sudah berbuah namun tanaman masih mau tumbuh tinggi. Itulah yang menjadi pertimbangan beliau menggunakan kalium sejak fase vegetative. Kalium membantu tanaman cepat menjadi kayu, artinya batang menjadi kokoh dan tidak terlalu tinggi, namun tetap produktif.Mas Adek juga menjelaskan bahwa satu kali tanam di daerahnya bisa bertahan hingga 1,5 tahun, dengan mulai petik buah di usia 110-115 hst.
Pemupukan secara kocor yang dilakukan mas adek sebanyak dua kali menggunakan campuran pupuk guano. Guano merupakan pupuk yang berasal dari kotoran kelelawar dan memiliki tingkat Nitrogen terbesar setelah kotoran merpati. Namun, menduduki urutan pertama dalam bagian kadar unsur Fosfat dan menduduki urutan ketiga terbesar bersama kotoran sapi perah dalam kadar Kalium. Dosis pupuk guano yang digunakan Mas Adek yaitu 25 kg per 200 liter air, ditambah M21 dan POWERSOIL sebanyak 1 kg. Campuran ini difermentasi selama satu bulan sebelum diaplikasikan ke lubang susulan. Pupuk kimia juga diberikan setiap 20 hari sekali dengan sistem rolingan antara NPK 16, Kalium dan Phospat. Sedangkan untuk semprot, beliau kembali menggunakan Mordenfol yang terbukti sangat bagus untuk merangsang bunga dan menjaga kualitas daun. bahkan sampai panen ke lima kali ini beliau baru satu kali menggunakan pupuk kalium. Mordenfol digunakan tunggal tanpa perekat, dengan dosis sesuai anjuran, dan kemungkinan besar tetap digunakan hingga akhir masa produksi.
Pemilihan nutrisi yang tepat menjadi salah satu kunci utama dalam menghasilkan tanaman cabai yang sehat dan produktif. Setiap fase pertumbuhan, baik vegetatif maupun generatif, membutuhkan jenis dan takaran nutrisi yang berbeda agar tanaman dapat berkembang optimal. Pada fase vegetatif, fokus utama adalah pembentukan akar, batang, dan daun, sehingga dibutuhkan unsur nitrogen yang cukup. Sementara itu, pada fase generatif, nutrisi seperti fosfor dan kalium sangat dibutuhkan untuk merangsang pembungaan, pembuahan, dan memperkuat struktur tanaman. Penggunaan nutrisi cair berkualitas seperti Mordenfol terbukti efektif dalam mendukung fase generatif karena cepat diserap tanaman dan merangsang pertumbuhan bunga serta daun yang sehat. Dengan memilih dan mengatur nutrisi secara tepat sesuai kebutuhan tanaman seperti yang dilakukan Mas Adek, terbukti pertumbuhan bisa optimal dan panen maksimal. Demikian artikel ini di buat, Selamat mencoba dan semoga berhasil. Jangan lupa saksikan penjelasan lengkapnya di video ini.
Cari
KATEGORI : |
|---|
| Pengetahuan |
| Kiat Pertanian |
| Solusi Masalah |
| Berita Inspirasi |