Budidaya Cabai : Ptoduktivitas Melesat ! Petik 21x Masih Tetap Lebat
Angga Syarief / Sabtu,16 Desember 2023
Produktivitas tanaman cabai, termasuk cabai rawit, sangat penting bagi petani untuk mencapai hasil yang optimal dan memenuhi kebutuhan pasar yang terus berkembang. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas tanaman cabai, salah satunya adalah penerapan metode perawatan yang tepat dan efektif. Metode perawatan yang tepat sangat penting dalam budidaya tanaman cabai rawit. Dengan menerapkan metode perawatan yang baik, dapat memaksimalkan potensi pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi buah, serta meningkatkan kualitas cabai rawit yang dihasilkan.
Hal ini sudah coba dibuktikan oleh salah seorang petani bernama Pak Suparman. Bertempat tinggal di Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul. Sudah memetik tanaman cabainya sebanyak 21 kali, tetapi yag terlihat di lahan buahnya masih lebat dan optimal. Menjaga potensi buah agar tetap lebat pastinya bukan hal yang cukup mudah, perlu jeli akan menjaga produktivitas tanaman. Seperti halnya Pak Suparman, beliau akan membagikan tips perawatan yang beliau lakukan. Simak selengkapnya disini.
Tentang Varietas
Komoditas musim tanam sekarang yang beliau budidayakan adalah cabai rawit merah, dengan varietas New Kaliber dengan total populasi 2.400 batang tanaman.
Pupuk Dasar
Menghabiskan 15 karung kapur pertanian, 25 kg NPK Phonska subsidi, dan 50 kg pupuk phospat Ferthipos. Tanpa menggunakan pupuk kandang sama sekali, karena beliau berniat untuk efisien biaya pemupukan. Kalau kita kalkulasi penggunaan pupuk kimianya pun cukup menggunakan dosis kecil, sehingga biaya pemupukannya bisa terbilang irit.
Pengocoran sebelum Tanam
Terdapat pola perawatan dengan melakukan pengocoran sebelum tanam. Bahan yang beliau gunakan adalah agensi hayati Trichoderma 2 SDM + Silica Carbon 1 SDM + asam humat 2 SDM yang dilarutkan kedalam 20 liter air. Metode pengocoran sebelum tanam ini sama persis sebuah metode yang diterapkan oleh professor cabai Mas Udin. Maksud dan tujuan dari pengocoran 3 bahan sebelum tana mini adalah persiapan lahan yang baik, karena peran trichoderma sebagai pestisida nabati dalam tanah, silica carbon sebagai unsur pembenah struktur tanah, dan asam humat sebagai penyangga pH dan pengikat unsur hara di dalam tanah. Sedangkan tujuannya tidak lain yaitu untuk menyediakan media yang baik untuk menopang pertumbuhan awal tanaman. Selang 2 hari setelah kocor beliau baru melakukan penanaman.
Pengocoran Fase Vegetatif
Selang 1 minggu penanaman baru beliau melakukn kocor nutrisi tambahan. Nutrisi yang beliau gunakan yaitu MORDENFOL 2 tutup botol + POWERSOIL 1 SDM + asam amino 2 tutup botol yang dilarutkan kedalam 20 liter air. Interval yang beliau gunakan yaitu 1 minggu sekali dan diaplikasikan sebanyak 3 kali. Kemudian tanaman mulai umur 28 HST beliau kembali mengaplikasikan 3 bahan tadi ditambah dengan pupuk Super Interpros dosis 2 SDM/20 liter air. Penambahan bahan ini beliau aplikasikan sampai tanaman umur 45 HST. Metode pengocoran yang beliau lakukan pun sekilas mirip dengan metode kocor professor cabai.
Pemupukan Susulan
Terdapat lubang yang berada pada bagian tengah bedengan, ternyata lubang ini beliau manfaatkan untuk pengaplikasian pupuk susulan. Untuk pupuk susulan beliau menggunakan NPK Phonska subsidi dan pupuk kimia ZA. Aplikasi pupuk susulan beliau lakukan selepas umur 45 HST.
Penyepraian Fase Vegetatif
Pengimbangan nutrisi via atas beliau juga turut aplikasi dengan cara spray. Nutrisi yang beliau gunakan yaitu MORDENFOL 2 tutup botol dan VIGORIN 2 tutup botol yang dilarutkan kedalam 16 liter air. Interval spray 1 minggu sekali. Bahan yang digunakan untuk spray hampir sama dengan bahan yang digunakan untuk pengocoran.
Aplikasi Insektisida
Tidak ada patokan kapan insektisida diaplikasikan karena beliau lebih melihat kondisi tanaman terlebih dahulu. Mulai masuk insektisida ketika beliau menjumpai gejala awal serangan keriting daun. Insektisida yang beliau gunakan yaitu bahan aktif abamectin dan imidakloprid. Tetapi cara pencampurannya, untuk masing-masing bahan aktif beliau larutkan secara terpisah. Setelah larut baru beliau campurkan menjadi satu. Cara pencampuran yang beliau ini bertujuan untuk memperhatikan kompabilitas.
Sistem Irigasi
Air irigasi yang beliau gunakan adalah air sumur, baik itu air untuk larutan spray, kocor, maupun penggenangan lahan. Pertimbangan beliau menggunakan air sumur yaitu agar steril dan terhindar dari kontaminasi bakteri atau jamur. “Menggunakan air yang bersih itu lebih aman Mas Zaki” Ujar Pak Suparman.
Penyepraian Fase Generatif
Memasuki fase awal pembuahan, beliau fokus menggunakan pupuk kalium KALINET 2 tutup botol dan MKP 2 SDM yang beliau campurkan kedalam 16 liter air. Beliau merasakan bahwa setelah aplikasi dua bahan ini memberikan sinergis yang cukup baik untuk pertumbuhan buah cabainya. Secara produktivitas tanaman meningkat, kualitas buah yang dihasilkan juga optimal.
Pengendalian Jamur
Saat ini sudah menjumpai musim hujan, sampai di petikan ke 21 kali ini beliau baru mengaplikasikan 3 kali fungisida. Untuk bahan aktif yang beliau gunakan yaitu Mankozeb 48 % + asibensolar metil 1 %.
Kesimpulan artikel kali ini adalah kombinasi beberapa bahan yang digunakan seperti agensi hayati, unsur pembenah tanah, asam humat ternyata akan membantu menyediakan tempat yang nyaman bagi tanaman. Disusul dengan aplikasi nutrisi yang tepat jenis, dosis, dan waktu juga memberikan hasil maksimal, terutama dalam menjaga potensi produktivitas dalam jangka panjang. Demikian artikel ini kami buat, selengkapnya bisa ditonton disini.
Cari
KATEGORI : |
---|
Pengetahuan |
Kiat Pertanian |
Solusi Masalah |
Berita Inspirasi |