Budidaya Cabai : Nutrisi Berimbang dan Insektisida yang Bijak adalah Penentu Pemulihan Keriting Daun
Angga Syarief / Sabtu,24 Agustus 2024
Keriting daun adalah salah satu masalah utama dalam budidaya cabai merah keriting yang dapat disebabkan oleh virus, hama, atau kondisi lingkungan yang tidak ideal. Terutama dimusim-musim panas sekarang ini, serangan keriting daun sering sekali menyerang daun cabai. Tanpa pengendalian yang efektif dan tepat akan menyebabkan resiko gagal panen. Sudah banyak beberapa petani yang kami dapati, selalu mengeluhkan akan serangan keriting daun.
Pada artikel ini akan membagikan tips seputar perawataan tanaman cabai keriting, terutama pada pengendalian keriting daun. Akan kami bagikan sesuai versi pengalaman salah seorang petani. Dimana beliau sudah menerapkan sebuah inovasi berupa pengendalian keriting daun yang cukup efektif. Penasaran dengan kiat-kiatnya? Kami bagikan disini.
Profil Petani
Pepatah pernah berkata “Tak kenal maka tak sayang”, nah maka dari itu sebelum jauh membahas tentang kiat pengendalian keriting daunnya, alahkah baiknya kita berkenal dahulu dengan petaninya. Bersama Mas Komarudin, akrab dengan panggilan Mas Komo. Seorang pemuda yang merantau, lahir di Pasuruan, Jawa Timur, sekarang memilih menetap di Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman. Bertani sudah ± 4 tahun ini, tepatnya dimulai tahun 2021. Mari kita simak cara perawatan cabai keriting versi beliau.
Berkenalan dengan Thrips
Thrips merupakan salah satu hama yang sering menyerang tanaman cabai keriting dan dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan. Thrips adalah serangga kecil berukuran sekitar 1-2 mm yang termasuk dalam ordo Thysanoptera. Thrips memiliki siklus hidup yang relatif pendek, sekitar 2-3 minggu, yang memungkinkan mereka berkembang biak dengan cepat dan menyebar luas dalam waktu singkat. Siklus hidupnya terdiri dari beberapa tahapan: telur, nimfa, pupa, dan dewasa. Telur biasanya diletakkan di jaringan daun, dan nimfa yang menetas akan segera mulai menghisap cairan tanaman. Gejala serangan thrips pada tanaman cabai keriting biasanya meliputi:
- Bercak Perak pada Daun: Thrips menghisap cairan sel daun, menyebabkan munculnya bercak-bercak berwarna perak atau keabu-abuan pada permukaan daun. Ini terjadi karena thrips merusak kloroplas di dalam sel.
- Deformasi Daun: Daun yang terinfeksi bisa menjadi keriting, melengkung, atau terdistorsi, terutama jika serangan terjadi pada daun muda.
- Jaringan Daun Menjadi Kering: Serangan yang parah dapat menyebabkan daun menjadi kering dan rontok.
Tentang Varietas
Varietas cabai keriting yang beliau tanam dimusim saat ini adalah varietas Tangguh F1. Saat ini sudah panen sebanyak 17 kali, dengan angka sekali panen stabil diangka 50-60 kg. Interval pemetikan 4 hari sekali.
Pengolahan Lahan
Lahan sudah bekas sebanyak 3 kali penanaman. Penanaman pertama cabai rawit, penanaman kedua dan ketiga adalah tanaman timun. Untuk cabai keriting yang sekarang adalah penanaman keempat. Tanpa rombak lahan kembali beliau hanya cukup membuka plastik mulsa dan menaburkan pupuk kandang ayam pada tengah bedengan / guludan. Pemberian pupuk dasar hanya cukup pupuk kandang ayam saja. Tetapi sebelum penanaman beliau lakukan perlakuan pada lubang tanamnya.
Menambahkan abu batok kelapa, pupuk kambing giling, Ferthipos, Dolomite, dan garam grosok. Dicampur jadi satu dan dimasukkan kedalam lubang tanam dosis satu genggam tangan. Setelah tertabur merata pada lubang tanam, sebelum penanaman beliau lakukan penyiraman terlebih dahulu.
Pupuk Kocor
Pupuk kocor yang beliau gunakan cukup NPK 16-16-16 dimulai umur 10 HST. Pengocoran ini mulai dilakukan umur vegetatif sampai menjelang fase generatif. Kemudian menjelang fase generatif beliau ganti pupuknya dengan menambahkan pupuk kalsium asam humat “CAL-HA”, serta didampingi kocor satu kali dengan tembaga oksida “Copcide”.
Pemulihan Keriting Daun
Sempat kewalahan menghadapi serangan keriting daun pada tanaman cabai keritingnya. Sudah mengendalikan dengan insektisida bahan aktif piridaben dan abamectin untuk menghentikan penularannya. Tetapi masih menjadi tanggungan beliau untuk kembali memulihkannya. Mulai proses pemulihan inilah yang menurut beliau kewalahan.
Pada akhirnya beliau mengambil langkah kocor nutrisi, menggunakan phospat magnesium “MORDENFOL” dosis 3 tutup dan asam amino “Ambition” dosis 1 tutup botol. Nutrisi yang diberikan via kocor akan cepat terlihat dampaknya karena penyerapan melalui akar jauh lebih optimal dibandingkan melalui stomata pada daun. Dengan begitu, tanaman mulai tampak perlahan pulih kembali. Pupus dan daun mulai tumbuh normal dan optimal.
Pupuk Spray
Spray pada fase vegetatif beliau cukup merapatkan interval penyepraian. Interval 3 hari sekali menggunakan Mordenfol, serta Ambition dan VITARONSL yang dirolling. Aplikasi spray asam amino dengan unsur mikro yang dirolling ini juga diaplikasikan untuk membantu mempercepat fase pemulihan akibat thrips. Kemudian fase generatif beliau menggunakan pupuk MKP dan KALINET yang dirolling.
Kesimpulan artikel ini adalah keterkaitan antara aplikasi nutrisi, penggunaan insektisida, dan fase pemulihan sangat erat. Nutrisi yang tepat memperkuat tanaman, aplikasi insektisida yang efektif mengurangi tekanan hama, dan manajemen fase pemulihan memastikan tanaman dapat kembali produktif setelah serangan. Pendekatan terpadu ini penting untuk menjaga keberlanjutan dan optimalisasi hasil panen tanaman cabai keriting.
Demikian artikel ini kami buat, semoga bisa menginspirasi. Selengkapnya bisa ditonton disini.
Cari
KATEGORI : |
---|
Pengetahuan |
Kiat Pertanian |
Solusi Masalah |
Berita Inspirasi |