Artikel

Muda Penuh Karya, Pelajar SMA Ini Sukses Budidaya Cabai dengan Greenhouse

Muda Penuh Karya, Pelajar SMA Ini Sukses Budidaya Cabai dengan Greenhouse


Angga Syarief / Kamis,21 Juli 2022

Wilayah perkotaan terdapat banyak gedung-gedung besar dan pembangunan yang berkelanjutan. Bangunan banyak berdiri dikota-kota besar, bahkan mulai jarang kita jumpai pepohonan. Menipisnya pepohonan wilayah perkotaan berpengaruh juga terhadap kadar oksigen. Terbatasnya ruang hijau membuat polusi udara meningkat. Metode urban farming menjadi solusi guna menambah ruang hijau dan membuat lingkungan sehat. Urban farming adalah memindahkan konsep petani konvensional ke pertanian perkotaan. Masyarakat perkotaan biasanya melakukan urban farming dengan pembuatan greenhouse. Pengertian greenhouse merupakan tempat menanam tanaman, berupa bangunan yang diselubungi bahan bening yang dapat meneruskan cahaya matahari dan melindungi tanaman dari berbagai iklim.

Penerapan urban farming dengan pembuatan greenhouse ini dilakukan oleh I Gede Arya Saka, petani muda yang bertempat tinggal di Pulau Dewata, tepatnya di kecamatan Baturiti, kabupaten Tabanan. Masih menduduki di bangku SMA, tetapi tidak menutup semangat dirinya untuk mencoba terjun ke dunia pertanian. Latar belakang dari keluarga petani cukup mendapat support dari kedua orang tuanya. Mengingat wabah covid-19 menyerang berbagai negara termasuk negara Indonesia, membuat sekolah sekarang menyarankan untuk pembelajaran via online. Lebih fleksibel waktunya, sehingga banyak waktu luang setiap harinya.

Merasa bosan dan bingung, pada akhirnya dirinya memutuskan untuk bertani. “Daripada menganggur buang-buang waktu, saya mencoba untuk produktif.” Ujar Arya. Memanfaatkan lahan yang sudah lama tidak diolah, dirinya akhirnya membuat lahan itu menjadi greenhouse. Melihat lokasi tempat tinggal yang berada 956 diatas permukaan laut, awalnya dirinya masih bingung budidaya tanaman yang cocok. Memutuskan budidaya tanaman cabai, membuat dia merasa mengambil keputusan yang tepat. Bagaimana budidaya tanaman cabai di greenhouse? Mari kita kupas tuntas kisah Arya mulai dari pembuatan greenhouse, perawatan, serta kendalanya.

Pembuatan Greenhouse

Pemanfaatan lahan kosong, dirinya manfaatkan menjadi greenhouse. Menyelubungi kerangka bangunan menggunakan plastik UV (Ultraviolet). Plastik UV mengandung zat-zat adiptif, yang dapat menyaring sinar ultraviolet dalam kadar tertentu dan melindungi tanaman agar tidak kontak langsung secara berlebihan dengan sinar matahari. Sehingga tanaman akan aman dan pertumbuhan menjadi maksimal. Plastik UV 14% cenderung digunakan untuk dinding greenhouse, karena warna lebih gelap dan tebal sehingga bisa menekan sinar ultraviolet secara maksimal. Dinding diselubungi plastik memutar menutup setiap sisinya, atap pun juga. Adapun tujuan lain selain melindungi dari sinar matahari berlebih, juga melindungi dari serangan penyakit berupa virus maupun jamur. Perawatan greenhouse pun perlu diperhatikan, Arya selalu melakukan pengecekan apabila dinding plastik sudah mulai timbul jamur dirinya segera membersihkan. Cukup dipel pada dinding plastik menggunakan air dengan campuran sabun dan gosok bagian seluruh dinding secara merata. Dengan perawatan begitu, dinding plastik bisa digunakan selama 3-4 tahun dan 5-7 tahun untuk bagian atap. Rentan usia penggunaan plastik tersebut, tentunya efektif menghemat biaya, hanya perlu melakukan perawatan dan pengecekan rutin.

Media tanam dan perawatan cabai

Pemilihan  Cocopeat, sekam, dolomit, dan pupuk kandang ayam sebagai media tanam menjadi pilihan yang tepat menurut Arya. Pasalnya, perpaduan bahan-bahan tersebut mengandung unsur hara yang lengkap untuk menunjang produktifitas tanaman. Cocopeat adalah limbah serbuk kelapa yang sudah diolah melalui proses pencucian, pemanasan, dan penyaringan. Cocopeat mempunyai Ph antara 5,0 – 6,8 sehingga sangat cocok untuk perkembangan tanaman. Campur cocopeat dengan sekam perbandingan 1:2, alangkah baiknya diamkan terlebih dahulu selama 3 – 6 bulan. Tujuan pendiaman adalah menghindari mikroorganisme jahat yang berdampak negatif untuk tanaman. Campuran kedua menggunakan pupuk kandang ayam dan dolomit, dosis masing-masing cukup 1 genggam, siapkan 2 minggu sebelum tanam. Setelah media tanam siap, masukkan ke dalam polybag secara berurutan dari campuran pupuk kandang ayam dan dolomit cukup satu genggam letakkan 1/3 polybag paling bawah kemudian tutup 2/3 polybag dengan campuran cocopeat dan sekam. Ukuran polybag 25 x 30 cm dan satu polybag ditanam 2 tanaman cabai dengan jarak titik tengahnya 50 cm. Memutuskan satu polybag ditanam 2 tanaman tentunya memiliki tingkat resiko yang cukup tinggi. Pengaruhnya terhadap produktifitas tanaman, karena kebutuhan nutrisinya kurang. Tetapi statement/pendapat ini berhasil disangkal oleh Arya. Pada kenyataannya, vigor tanamannya malah menjulang tinggi, batang besar, dan buah lebat. Karena, Arya sering melakukan perempelan.

Teknik perempelan jangan dianggap sepele, sebab dengan melakukan perempelan memfokuskan pertumbuhan buah secara lebat dibatang utama. Secara mekanisme, bila tidak dilakukan perempelan, nutrisi akan terbagi dan terfokus di bunga dan tunas air paling bawah. Perlunya melakukan teknik perempelan ini terbukti lebih efektif terhadap produktifitas pada tanaman. Riset membuktikan, 20% dengan teknik perempelan akan meningkatkan hasil panen. Untuk menghemat waktu dan tenaga, pemberian pupuk bagian bawah Arya lakukan dengan sistem irigasi tetes. Irigasi tetes lewat media paralon yang dilubangi tepat diatas polybag. Pupuk serta dosis yang digunakan irigasi tetes ada beberapa jenis, seperti KNO putih 2 kg, MKP 2 kg, CAL-HA 1 kg, Magnesium Sulfat ½ kg, dan ZA 1 kg dilarutkan dalam 50 liter air. Setelah itu larutan 50 liter diambil 3 liter kemudian dimasukkan ke dalam tendon air 800 liter. Air akan diedarkan dari tandon ke paralon dengan pompa air. Dosis untuk tanaman saat fase vegetatif setiap polybag cukup 250 ml/polybag dan pemberian rutin pagi dan sore hari. Dosis berubah menjadi 1 liter/polybag ketika menyentuh fase generatif sebab nutrisi lebih banyak dibutuhkan sehingga dosis meningkat sesuai kebutuhan kondisi tanaman.

Menyentuh fase generatif pemberian nutrisi bagian atas Arya lakukan via spray menggunakan KALINET, VITARON, dan MORDENFOL dengan interval 7 hari sekali. Dosis penggunaan KALINET 2 ml/liter, VITARON 2 ml/liter, dan MORDENFOL 1 ml/liter. Untuk mengendalikan bercak daun yang disebabkan jamur menggunakan bahan aktif Klorotalonil 75 % dan Mankozeb 80% diberikan secara bergantian interval 1 minggu sekali, alhasil hanya mendapati fungi 2 kali sejak fase vegatif sampai generatif. Begitu pun juga insektisida, menjumpai adanya lalat buah spray dilakukan dengan bahan aktif Asefat 75% dan Profenofos. Pemberian dosis yang terbilang cukup dan dengan sistem irigasi tetes memberikan bukti nyata, alhasil 95% bunga menjadi buah, daun tidak ada yang keriting, dan bobot buah meningkat. Satu ruangan greenhouse dengan populasi 1000 tanaman cabai, sudah mendapat petikan ke 5 sekitar 45 kg.

Begitulah kisah dari seorang bocah yang memilih menjadi petani milenial bernama Arya. Memanfaatkan waktu luang agar lebih produktif dan membaca peluang terkadang memang masih sulit untuk kalangan anak muda. Arya patut kita jadikan contoh untuk kalangan anak muda sekarang. Jangan pernah takut menjadi petani, lebih baik bertani dari pada memikirkan cinta, bisa-bisa nanti sakit hati. Simak video lengkapnya disini.

 


Rekomendasi Produk :
CAL-HA
KALINET
VITARON
MORDENFOL