Artikel

Jurus Sukses Tanam Tumpangsari dari Lereng Merbabu

Jurus Sukses Tanam Tumpangsari dari Lereng Merbabu


Mitrabertani / Senin,10 Februari 2020

Tumpangsari merupakan salah satu cara bercocok tanam yang mencampurkan penanaman tanaman utama dengan tanaman sela pada suatu bedengan lahan yang sama dalam waktu yang bersamaan. Hal ini di lakukan sebagai upaya efisiensi budidaya. Dengan sistem tumpangsari tersebut harus diupayakan agar tanaman utamanya tetap bisa tumbuh dengan baik tanpa terganggu oleh tanaman sela.

Salah satu tanaman sela untuk tumpangsari adalah kubis, bunga bol, sawi dan lain-lain yang umur panennya lebih pendek daripada tanaman utama. Sehingga dapat digunakan sebagai tanaman sela saat umur tanaman utama masih muda, karena dengan pola tersebut hasilnya terbukti lebih menguntungkan, asal dilakukan dengan metode yang tepat.

Tidak hanya itu, manfaat dari tumpangsari dengan tanaman sela ini diantaranya dapat menutupi resiko kerugian jika harga tanaman utama sedang jatuh. Karena pengeluaran biaya dapat tertutup oleh hasil tanaman sela.

Sebuah Pengalaman

Di artikel kita akan membagikan pengalaman seorang petani muda bernama Mas Ridho, yang tingal di desa Keditan, kecamatan Pakis, kabupaten Magelang. Tempat tinggal dan lahan beliau bisa dibilang termasuk wilayah dataran tinggi karena berada di lereng gunung Merbabu.

Komoditas yang ditanam oleh Mas Ridho adalah cabai keriting sebagai tanaman utamanya. Karena wilayahnya berada di lereng gunung, lahan yang ditanganinya cukup subur, sehingga memungkinkan untuk sistem budidaya tumpangsari. Terlalu sayang jika bedengan yang ditanami cabai keriting tidak dimanfaatkan sela-selanya untuk menanam komoditas lain seperti tanaman sayuran misalnya. Menanam dengan cara tumpangsari sudah cukup biasa dilakukan oleh Mas Ridho. Manfaatnya banyak, dari segi efisiensi biaya dan tenaga hingga alasan profitabilitas atau keuntungan dalam sekali musim tanam. dari omset tanaman tumpangsarinya. Pengalamannya bisa disimak pada artikel ini.

Pupuk Dasar

Cara pengolahan lahan yang dilakukan Mas Ridho tergolong biasa-biasa saja seperti umumnya bertanam cabai keriting di desa tersebut dan desa-desa lainnya. Khusus pemberian pupuk dasar beliau hanya menggunakan pupuk kandang yang telah terolah sempurna dengan menambahkan POWERSOIL sebagai pembenah tanah, dan juga kapur dolomit. Perlu diketahui, bahwa di wilayah dataran tinggi penggunaan pupuk anorganik sebagai pupuk dasar jarang sekali dilakukan. Lain halnya dengan tanaman di dataran rendah yang mana untuk pupuk dasarnya tak bisa hanya mengandalkan pupuk kandang melainkan harus dilengkapi dengan pupuk anorganik semacam NPK, ZA, KCL dan lain-lain.

Pola Tanam

Untuk pola penanamanya, kubis terlebih dahulu ditanam. Kemudian setelah selang umur 7 hari barulah disusul dengan penanaman cabai sebagai tanaman utama. Hal ini bertujuan agar ketika tanaman kubis sudah bisa dipanen, saat itu juga tanaman cabainya mulai memasuki fase berbunga. Hal inilah yang menjadi salah satu keuntungan dari tumpangsari, yakni saat tanaman sela tersebut sudah panen tanpa menunggu waktu lama tanaman utama juga akan segera panen. Pendapatan dari penjualan hasil panen tanaman sela atau kubis dapat digunakan sebagai ganti biaya biaya selama ini dan sebagai modal untuk biaya-biaya yang dikeluarkan selanjutnya.

Untuk jarak tanaman cabai dan kubisnya sendiri sama, yakni masing - masing 60 x 60 cm. Hal inilah memang di lakukan agar beliau sendiri juga memanfaatkan bedengan secara maksimal sehingga tidak ada bedengan/lahan yang terbuang sia-sia.

Perawatan

Agar tanaman tumpangsari yang kita tanam dapat menghasilkan panen yang optimal tentu kita juga harus merawatnya dengan baik dan benar. Menurut Mas Ridho meskipun kubis yang ditanamnya merupakan tanaman sela beliau tetap merawat dan memperlakukan tanaman sela itu dengan serius.

Nah disinilah keuntungan selanjutnya, ketika kita sedang melakukan penyemprotan pestisida maupun pupuk daun terhadap tanaman utama, maka sekaligus tanaman sela yang ada di bawahnya akan ikut tersemprot. Sehingga ketika melakukan penyemprotan maka sudah melakukan perawatan terhadap tanaman utama kita dan juga tanaman sela.

 

Pemberian Nutrisi

Untuk aplikasi semprot sendiri karena memang pada saat itu tanaman utama Mas Ridho adalah tanaman cabai maka aplikasi semprot yang digunakan adalah KOVER WP . Tujuannya untuk mengkondisikan permukaan tanaman dengan cara menetralisir keasaman akibat hujan malam hari dan suasana lembab. Perlu diketahui, tanaman yang tampak masih sehat sebenarnya bisa saja sudah bercokol spora-spora jamur patogen dalam kondisi dorman. Spora atau benih jamur patogen tersebut akan pecah dan tumbuh ketika terkena cairan yang bersifat asam. Selama pH permukaan tanaman masih kondusif (tidak terlapisi oleh asam) maka spora jamur patogen akan kesulitan untuk tumbuh. Keasaman permukaan tanaman dapat terjadi karena hujan malam hari yang mengandung asam nitrat, asam sulfat, ataupun asam klorida. Bahkan dengan pupuk daun yang cairannya bersifat asam sekalipun bisa saja memupuk tanaman di satu sisi, sekaligus memupuk jamur patogen di sisi lain. Dengan aplikasi KOVER WP keasaman tersebut dapat direduksi.

Tidak lupa juga beliau mengaplikasikan MORDEN-FOL sebagai pupuk daun utamanya. Menurut Mas Ridho setelah di aplikasikannya MORDEN-FOL terhadap tanaman cabainya langsung bisa kita rasakan hasilnya terhadap tanaman yakni tanamannya menjadi sehat, kuat, dan juga lebat.

Tidak sampai disitu saja, saat beliau melakukan aplikasi penyemprotan terhadap tanaman cabai sebagai tanaman utamanya tentu tanaman kubis yang menjadi tanaman selanya pun akan ikut tekena penyemprotan tersebut. Setelah tanamaan kubis dipanen, dan tanaman cabai memasuki fase generatif (berbuah), beliau memberikan nutrisi daun yang kaya unsur boron, kalium dan fosfat yaitu KALINET sebagai pupuk daun kfusus fase generatif.

Dan dari kesaksian dari Mas Ridho tanaman kubis juga menjadi subur dan sehat. Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Sekali aplikasi 2 jenis tanaman dapat terlihat manfaatnya.

Pengendalian Hama & Penyakit

Sama seperti pertanian pada umunya yakni di setiap penananaman pasti akan menemui berbagai kendala. Yang dialami oleh Mas Ridho sendiri berupa hama lalat buah yang menyerang tanaman cabainya dan hama ulat yang menyerang tanaman kubisnya

Oleh sebab itu sebelum serangan menjadi lebih parah maka beliaupun segera mengambil langkah yang tepat. Untuk pengendalian hama lalat buah insektisida yang digunakan berbahan aktif Imidakloropid. Sedangkan untuk hama ulat yang di temui pada tanaman kubisnya, beliau menggunakan insektisida dengan bahan aktif emamectin.

Setiap kali aplikasi pestisida maupun pupuk daun Mas Ridho selalu menggunakan ajuvan (penembus, perata dan pembasah) LOADER. Menurutnya ini penting karena selain untuk membasahi dan meratakan sasaran semprot juga untuk meningkatkan efikasi bahan aktif pestisida terhadap hama sasaran. Permukaan tanaman mempunyai lapisan terluar yang bersifat hidrofobik (sulit basah oleh air). Terutama tanaman kubis. Demikian pula kulit serangga mempunyai lapisan yang disebut chitin yang juga tidak mudah basah oleh air. Hal ini sebagai mekanisme alamiah suatu organisme dalam empertahankan diri. Dengan mengunakan LOADER, lapisan hidrofobik pada tanaman dan lapisan chitin pada hama bisa dibasahi sehingga pupuk dan pestisida tidak terbang percuma. Daya penetrasi LOADER juga mampu membantu peresapan pupuk daun ke dalam jaringan tanaman dan mampu meningkatkan penembusan lapisan chitin pada hama serangga terutama ulat. Hal tersebut tak lepas diamati dan dirasakan manfaatnya sendiri oleh Mas Ridho.

Panen

Seperti yang sudah kita jelaskan di awal tadi bahwa cara tanam dengan cara tumpangsari memiliki banyak sekali keuntungannya. Sama halnya yang sudah dialamai oleh Mas Ridho sendiri yakni ketika tanaman kubisnya sudah panen ternyata hasil omset dari tanaman kubis tersebut mampu menutupi modal dari tanaman utamanya yakni cabai.

Dan ketika beliau sudah selesai memanen kubisnya tidak selang waktu yang lama tanaman cabainya yang menjadi tanaman utamanya pun mulai panen. Dan Mas Ridho sendiri sudah tidak memikirkan pemotongan hasil omset dari cabainya untuk kebalinya modal karena sudah di tutupi oleh hasil omset dari panen kubis tumpangsarinya.

Seperti itulah sobat bertani, pengalaman dari Mas Ridho yang sudah merasakan sendiri manfaat dari sistem tumpangsari. Semoga dapat menginspirasi dan bermanfaat bagi kita semua.

Sukses selalu untuk mas Ridho dan para sahabat Mitra Bertani lainnya.

Video terkait artikel ini bisa disimak di sini berlanjut di sini.

 


Rekomendasi Produk :
KALINET
POWERSOIL
KOVER WP
MORDENFOL