Budidaya Kobis: Lebih Cepat Panen, Terhindar dari Akar Gada Pakai Micoriza Solusinya
Karlina Indah / Jumat,22 Agustus 2025
Budidaya kubis menjadi salah satu andalan petani di wilayah Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang. Wilayah dataran tinggi dengan udara sejuk ini memang cocok untuk pengembangan sayuran dataran tinggi, termasuk kobis. Namun, di balik potensi hasil yang menjanjikan, petani kerap berhadapan dengan masalah serius yang seolah menjadi makanan sehari-hari yaitu penyakit akar gada. Hampir semua petani kobis pernah mengalaminya. Penyakit ini menyerang perakaran tanaman hingga menyebabkan tanaman layu, pertumbuhannya terhambat, bahkan berakhir dengan kegagalan panen. Terlebih pada musim penghujan, serangan akar gada bisa meningkat tajam hingga mencapai 70 persen. Bagi petani, kondisi ini tentu menjadi momok besar karena dampaknya langsung pada kerugian hasil dan biaya produksi. Berikut contoh tanaman kubis terserang akar gada:
Penyakit akar gada ini juga kerap dialami oleh Pak Sarno, salah satu petani senior yang saat ini sedang mengelola lahan kobis berumur 80 hari setelah tanam (hst). Dari pengalamannya, Pak Sarno mencoba dua perlakuan berbeda di lahannya, sebagian menggunakan mikoriza dengan merek dagang MICOBIO, dan sebagian lagi tanpa perlakuan tersebut. Hasil pengamatan cukup jelas, tanaman yang tidak diberi Micobio cenderung lebih banyak terserang akar gada. Sebaliknya, kobis yang menggunakan Micobio menunjukkan ketahanan lebih baik terhadap penyakit, akar tumbuh lebih lebat, dan serapan nutrisi lebih maksimal. Menurut Pak Sarno, penggunaan Micobio tidak hanya membuat tanaman lebih sehat, tetapi juga mempercepat masa panen. Varietas Grenova umumnya baru siap panen pada umur 90–100 hst, namun dengan Micobio sudah bisa dipetik pada umur 80 hst. Selain menghemat waktu, hal ini juga menekan biaya perawatan. Cara aplikasinya pun sederhana: cukup ditabur di lubang tanam sebelum penanaman, di mana 1 kilogram Micobio dapat digunakan untuk 1.000 batang.
Perlakuan Sebelum Tanam, Menyiapkan Tanah Sehat
Bagi Pak Sarno, keberhasilan budidaya kobis tidak hanya ditentukan oleh pemilihan varietas atau perawatan saat tanaman tumbuh, tetapi justru dimulai sejak sebelum tanam. Lahan yang ia gunakan merupakan bekas tanaman sawi. Untuk memastikan kondisi tanah tetap sehat dan siap ditanami kobis, ia melakukan perlakuan awal dengan kombinasi pembenah tanah dan agen pengendali hayati. Langkah pertama yang rutin ia lakukan adalah mengocorkan campuran asam humat dan Trichoderma. Asam humat yang digunakan merupakan produk dengan merek dagang POWERSOIL, sedangkan Trichoderma menggunakan produk Saco P. Keduanya dicampurkan dengan dosis 2 sendok makan asam humat dan 1 sendok makan Trichoderma untuk setiap 16 liter air. Larutan ini kemudian dikocorkan ke lubang sebelum tanam. Menurut Pak Sarno, penggunaan asam humat menjadi bagian yang tidak bisa dilepaskan dari aktivitas bertaninya. Ia menilai bahwa asam humat sangat membantu menjaga kesehatan tanah, meningkatkan aktivitas mikroba menguntungkan, serta memperbaiki struktur tanah sehingga lebih gembur dan subur. Dengan demikian, akar tanaman nantinya dapat tumbuh lebih baik dan mampu menyerap nutrisi secara optimal. Setelah perlakuan dengan asam humat dan Trichoderma, langkah selanjutnya adalah pemberian mikoriza. Produk yang ia gunakan adalah Micobio yang langsung ditaburkan ke lubang tanam sebelum bibit kobis dipindahkan. Kombinasi perlakuan ini diyakini Pak Sarno mampu memberikan fondasi kuat sejak awal, membuat tanaman lebih tahan terhadap serangan penyakit akar gada yang menjadi tantangan utama di lahan kobis.
Perawatan Tanaman: Menjaga Kobis Tetap Sehat dan Produktif
Setelah proses tanam selesai, selanjutnya adalah tahap perawatan. Bagi Pak Sarno, masa-masa awal pertumbuhan hingga umur 30 hari setelah tanam (hst) menjadi periode penting yang menentukan keberhasilan budidaya kobis. Pada fase ini, ia rutin melakukan pengocoran seminggu sekali di lubang tanam. Campuran yang digunakan terdiri dari pupuk NPK, asam humat, serta Trichoderma. Kombinasi tersebut berfungsi untuk menyediakan nutrisi lengkap, memperbaiki struktur tanah, dan melindungi akar dari serangan penyakit tular tanah. Selain pengocoran, perlindungan tanaman dari hama juga menjadi fokus utama. Kobis dikenal rentan terhadap serangan ulat krop yang dapat merusak daun hingga bagian krop. Untuk itu, Pak Sarno melakukan penyemprotan dengan interval 4–5 hari sekali, dengan sasaran utama ulat krop. Nutrisi tambahan juga diberikan melalui semprot daun menggunakan pupuk yang mengandung fosfat dan kalium. Fosfat membantu pertumbuhan akar dan pembentukan krop, sedangkan kalium berperan dalam meningkatkan kualitas serta bobot hasil panen. Dengan perawatan yang konsisten, kobis di lahan Pak Sarno mampu tumbuh subur dan membentuk krop dengan ukuran optimal. Setiap tanaman menghasilkan lebih dari 2 kilogram kobis, sebuah capaian yang cukup baik bagi petani. Apalagi, harga jual di pasaran saat ini tergolong bagus, yakni sekitar Rp6.000 per kilogram.
Pentingnya Penembus, Perata, dan Perekat
Salah satu karakteristik unik tanaman kubis adalah adanya lapisan lilin pada permukaan daunnya. Lapisan ini berfungsi alami sebagai pelindung tanaman dari kehilangan air berlebih dan dari gangguan luar. Namun, di sisi lain, lapisan lilin ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi petani dalam proses penyemprotan pestisida maupun pemberian nutrisi lewat daun. Cairan yang disemprotkan sering kali tidak mampu menempel sempurna, bahkan cenderung menggelinding di permukaan daun. Akibatnya, efektivitas penyemprotan menjadi berkurang. Menghadapi hal tersebut, Pak Sarno menekankan pentingnya penggunaan bahan tambahan berupa penembus, perata, dan perekat pada setiap kali penyemprotan. Penembus berfungsi untuk membantu larutan menembus lapisan lilin sehingga bahan aktif bisa masuk ke jaringan daun atau hingga ke dalam krop. Perata membantu larutan menyebar merata di permukaan daun, tidak hanya menggumpal di satu titik. Sementara itu, perekat membuat larutan yang sudah menempel tidak mudah hilang akibat angin atau air hujan. Menurut pengalaman Pak Sarno, perlakuan ini sangat membantu menjaga kobis tetap sehat, sekaligus memastikan nutrisi benar-benar terserap dengan baik. Hasil akhirnya, krop lebih padat, bobot panen maksimal, dan potensi kerugian akibat hama bisa ditekan. Demikian, Selamat mencoba dan semoga berhasil. Jangan lupa saksikan penjelasan lengkat di video ini.
Cari
KATEGORI : |
|---|
| Pengetahuan |
| Kiat Pertanian |
| Solusi Masalah |
| Berita Inspirasi |
Rekomendasi Produk : |
|---|
| POWERSOIL |
Rekomendasi Produk : |
|---|
| POWERSOIL |