Artikel

Tumpangsari Tanaman Cabai dan Alpukat : Inovasi Keren Oleh Petani Pemula

Tumpangsari Tanaman Cabai dan Alpukat : Inovasi Keren Oleh Petani Pemula


Angga Syarief / Rabu,06 September 2023

Pertanian telah menjadi salah satu pilar utama dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Di era modern ini, semakin banyak orang yang tertarik untuk memulai perjalana mereka dalam dunia pertanian. Mereka dikenal sebagai “petani pemula”, dan peran mereka akan memastikan ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan kedepanya. Petani pemula adalah individu yang seringkali memasuki dunia pertanian tanpa pengalaman yang mendalam. Mereka mungkin berasal dari latar belakang yang beragam, seperti lulusan perguruan tinggi, professional, bahkan orang-orang yang sebelumnya tidak memiliki kaitan dalam pertanian. Tetapi hal ini tidak bisa anggap remeh, meski berstatus petani pemula sekalipun juga memiliki peranan penting. Petani pemula seringkali membawa ide-ide segar yang inovatif ke dunia pertanian. Mereka cenderung memiliki pandangan terbuka terhadap teknologi dan praktik pertanian yang lebih praktis serta modern, yang membantu meningkatkan produktivitas dan efisiensi pertanian.

Artikel kali ini akan menyinggung tentang kiat budidaya tanaman cabai rawit yang dilakukan oleh salah satu petani pemula dan baru pertama kali menanam tanaman cabai, mari kita berkenalan dengan Mas Danang, si petani pemula yang beralamat di Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman. Terdapat kiat budidaya tanaman cabai yang akan banyak kita adopsi bersama beliau, khususnya pola perawatan yang beliau terapkan. Beliau bisa layak kita jadikan narasumber, sebab menyandang status petani pemula dengan mampunya beliau menghasilkan tanaman yang optimal dan istimewa.

Cerita Petani

Singkat cerita, lahan cabai beliau tumpangsarikan dengan tanaman alpukat. Fokus utama beliau awalnya adalah tanaman alpukat, berhubung jarak tanamnya cukup berjauhan, untuk mengisi sela-selanya beliau tanami tanaman cabai. Beliau mulai bertani baru tahun ini, jadi sejarah sebelum-sebelumnya, beliau sama sekali belum menyentuh dunia pertanian.

Alasan beliau memilih fokus utamanya tanaman alpukat karena jarak panen yang lama dan ketika panen buahnya masih bisa bertahan lama untuk menjualnya. Sedangkan alih fokusnya adalah tanaman cabai sebagai selingan, sebab pertimbangan beliau, jarak panennya bisa rapat dan untuk mengisi waktu luang serta perputaran pemasukan setiap minggunya. Ternyata dibalik tumpangsari yang beliau lakukan, menyimpan maksud serta tujuan tersendiri. Tujuan utama Mas Danang, lahan beliau dijadikan sebagai agrowisata. Niat awal beliau berencana untuk meramaikan desa beliau, jadi harapannya dengan memiliki lahan yang luas, kedepannya ingin menjadikan lahan beliau sebagai agrowisata yang harapannya akan banyak dikunjungi sebagai ajang belajar budidaya tanaman. Niat yang sungguh mulia, berencana meramaikan desa sembari belajar dan memanen rejeki.

Tentang Varietas & Lahan

Varietas cabai yang beliau tanam adalah varietas cabai rawit merah ORI 212 dengan total populasi ± 10.000 tanaman. Sedangkan total populasi tanaman alpukat beliau adalah 400 tanaman dan total luas lahan beliau 12.000 m2.

Pola Tanam

Jarak tanam antar lubang tanam tanaman cabai kisaran 50-60 cm dan jarak lubang tanam antar lajurnya adalah 45 cm. Yang menarik dalam pola perawatan beliau adalah pemangkasannya. Berbeda pada umumnya, tanaman cabai beliau dipangkas pucuk/toping pada cabang utama. Alasan beliau melakukan toping adalah agar percabangan tanaman lebih banyak. Dengan melakukan toping, menurut beliau pertumbuhan tunas airnya seragam dan besar, sedangkan beliau sendiri pernah membandingkan dengan perlakuan tanpa toping kepada beberapa tanaman cabai beliau. Hasilnya untuk pertumbuhan tunas airnya berbeda, jauh lebih lebat dan besar dengan sistem toping. Metode toping beliau lakukan pada umur 3 minggu, tepatnya saat tanaman mulai muncul 6 tunas air.

Perlakuan pola tanam selanjutnya adalah dengan merempel tunas air selang 1 minggu setelah melakukan sistem toping. Seleksi tunas air yang beliau lakukan yakni memilih tunas air yang kurang prospek untuk tumbuh, sehingga beliau hanya menyisakan tunas air yang berpotensi dapat tumbuh dengan baik, tepatnya menyisakan 4 tunas air. Menginjak usia 6 minggu beliau kembali melakukan perempelan tunas air dengan seleksi yang kurang optimal tunas airnya beliau pangkas. Dengan begitu, perlakuan perempelan yang beliau lakukan ada 3 proses/tahapan. Jadi masing-masing tanaman, untuk tunas air yang dipelihara berbeda-beda, ada yang 3, 4, bahkan 6 tunas air yang beliau pelihara, menyesuaikan dengan kondisi tanaman. Melakukan hal ini dengan harapan untuk menciptakan tanaman yang tumbuh baik dengan produktivitas yang tinggi.

Perlakuan Perawatan

Pada lahan beliau, kami menjumpai beberapa perlakuan yang unik. Pada area lahan terdapat beberapa instalasi seperti pemasangan selang drip pada bedengan dan sprayer. Ternyata alasan dibalik pemasangan instalasi ini adalah langkah menghemat waktu perawatan serta tenaga, sebab sulitnya mencari tenaga kerja di daerah beliau. Jadi bentuk instalasinya, setiap dua bedengan beliau pasang selang drip yang digunakan sebagai pengocoran, sedangkan terdapat satu selang yang terpasang sprayer untuk menyemprot yang terletak pada ujung bedengan. Jadi sprayer yang dipasang diujung, bisa menyemprot dua bedengan sekaligus. Selang-selang ini akan terhubung pada drum berkapasitas besar dan dibantu pengalirannya menggunakan mesin pompa. Tidak perlu menggunakan tangki, cukup satu orang untuk menyemprot, berhubung lahan beliau juga luas bila masih dengan cara konvensional akan memakan waktu serta tenaga yang ekstra. Langkah antisipasi yang cukup menarik bagi kami, sudah merekayasa sebaik mungkin agar kedepannya mempermudah perawatan.

Mungkin kita sebagai petani yang sudah terjun di dunia pertanian sejak lama, berpikiran dengan rekayasa instalasi seperti beliau akan memakan biaya/modal yang besar. Akan tetapi itu hanya sebatas pikiran kita yang kurang luas, menurut beliau dengan pemasangan instalasi tersebut sebagai inventasi kedepan. Perawatan jauh lebih mudah dan menghemat tenaga. Berbicara soal biaya yang dikeluarkan diawal memang membengkak, tetapi dapat kita tekan saat biaya perawatannya. Mas Danang sendiri sudah mempersiapkan secara matang sejak awal. Menghitung pengeluaran secara total keseluruhan dan mempunyai target saat biaya perawatan. Target beliau satu tanaman maksimal menghabiskan modal perawatan Rp 10.000 dan tonase yang dihasilkan per batang tanaman bisa mencapai 750 gram. “Tetapi ini harus disesuaikan dengan harga pasarannya Mas Zaki, kalau harga pasaran diatas Rp 15.000 masih bisa untuk mencukupi” Ujar Mas Danang. Kalkulasi yang sudah beliau lakukan ternyata membuahkan hasil, nyatanya saat ini per tanaman beliau mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi. Persiapan sejak awal yang sudah matang dan baik, hasil akhirnya pasti tidak akan mengkhianati.

Hasil Budidaya

Sebuah keberuntungan melekat dengan beliau, bagaimana tidak? Awalnya berfokus menanam tanaman alpukat dan tanaman cabai sebagai selingan, justru tanaman cabai beliau dapat tumbuh dengan sangat baik. Yang terlihat, sejauh mata memandang, tanaman full buah bahkan tanaman hampir roboh karena saking banyaknya buah. Beliau sendiri pun sama sekali tidak mengira, baru pertama kali menanam tanaman cabai dapat menghasilkan tanaman yang istimewa. Dengan hasil tanaman yang sekarang ini, membuat beliau ketagihan menanam tanaman cabai kembali di musim tanam mendatang. Tanaman cabai beliau saat ini sudah berada di petikan ke-12. Interval pemetikan beliau setiap satu minggu bisa memetik 3 kali. Dengan interval pemetikan yang rapat, ini menandakan produktivitas tanaman beliau sangat tinggi.

Demikian artikel ini kami buat, sampai jumpa di artikel berikutnya yang akan lebih spesifik membahas tentang perawatan tanaman cabai Mas Danang.

Selengkapnya, akan kami tayangkan disini.


Rekomendasi Produk :
KALINET