Artikel

Panduan Budidaya Alpukat dengan Perawatan Minimal tapi Hasil Maksimal, Cocok Untuk Pemula

Panduan Budidaya Alpukat dengan Perawatan Minimal tapi Hasil Maksimal, Cocok Untuk Pemula


Karlina Indah / Sabtu,06 September 2025

Di tengah meningkatnya minat masyarakat terhadap buah alpukat, semakin banyak petani yang mulai melirik peluang emas dari budidaya tanaman yang satu ini. Salah satunya adalah Mas Danang, seorang petani asal Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, yang kini tengah menapaki perjalanan suksesnya. Di usia tanam yang baru menginjak 2,5 tahun, pohon-pohon alpukat miliknya sudah mulai berbuah dan dalam 1–2 bulan ke depan siap dipanen untuk pertama kalinya. Jumlahnya pun tidak sedikit, mencapai 400 tanaman yang ditata rapi di lahan miliknya. Yang menarik, perjalanan Mas Danang tidak serta-merta dimulai dari alpukat saja. Sambil menunggu tanaman pokok ini berbuah, ia menyiasati waktu dan lahan dengan menanam cabai. Tercatat sudah tiga musim cabai ia jalani sebagai tumpangsari. Cara ini terbukti menjadi strategi cerdas agar petani tidak hanya menunggu tanpa hasil, melainkan tetap bisa panen dan mendapatkan keuntungan. Tak berhenti di situ, bagian bawah pohon alpukat juga dimanfaatkan dengan sangat baik. Mas Danang menanam rumput Arachis yang berfungsi ganda: menekan pertumbuhan gulma, memperkaya tanah dengan nitrogen, sekaligus memperindah tampilan kebun. Kehadiran Arachis ini membuat lahan tampak lebih tertata, bersih, dan estetik, sekaligus mengurangi biaya pengendalian gulma yang biasanya cukup menyita tenaga.

Salah satu alasan utama mengapa Mas Danang akhirnya menjatuhkan pilihan pada alpukat adalah karena prospek jangka panjangnya yang menjanjikan. Menurutnya, alpukat termasuk tanaman buah yang relatif cepat berbuah dibandingkan komoditas buah tahunan lainnya. Dengan perawatan yang baik, pada usia 2,5–3 tahun tanaman sudah mulai produktif. Selain itu, alpukat juga memiliki keunggulan dalam hal daya simpan. Tidak seperti cabai atau tomat yang harus segera dijual begitu dipanen, alpukat tetap aman meskipun tidak langsung dipetik saat sudah tua. Buah dapat bertahan lebih lama di pohon, sehingga petani lebih fleksibel dalam menentukan waktu panen sesuai kebutuhan pasar. Hal ini membuat risiko kerugian akibat harga anjlok atau keterlambatan distribusi bisa ditekan. Dari sisi ekonomi, alpukat juga menawarkan nilai yang cukup menggiurkan. Saat ini, harga di tingkat petani berkisar antara Rp23.000 hingga Rp25.000 per kilogram. Jika setiap tanaman mampu menghasilkan rata-rata 20 kilogram per musim, maka satu pohon saja sudah bisa memberikan pendapatan yang signifikan. Bayangkan jika populasi mencapai ratusan, seperti yang dilakukan Mas Danang, potensi keuntungan pun semakin besar. Berikut contoh salah satu alpukat milik Mas Danang:

Teknis Budidaya Alpukat untuk Pemula

Dalam budidaya alpukat, hal pertama yang harus dipikirkan Adalah pemilihan varietas. Mas Danang menanam empat varietas alpukat sekaligus: Miki, Alligator, Kelud, dan Red Vietnam. Masing-masing varietas memiliki keunggulan berbeda. Alpukat miki dan alligator lebih cepat laku di pasaran, Varietas kelud memiliki harga jual tinggi sedangkan Red Vietnam unggul di produktivitas, bahkan pertanaman bisa sampai 50 kg. Ke empat varietas tersebut di tanam dari bibit yang masih kecil. Selain harganya lebih terjangkau, bibit muda juga memiliki sistem perakaran yang lebih cepat berkembang setelah dipindahkan ke lahan. Cara ini membuat tanaman lebih adaptif dan pertumbuhannya lebih sehat dalam jangka panjang. Teknis budidaya alpukat terdiri dari beberapa tahapan, berikut penjelasan lengkapnya:

1. Persiapan Lubang Tanam

Sebelum membuat lubang tanam, yang pertama dilakukan yaitu menentukan jarak tanam. Mas Danang memilih jarak tanam 6 x 4 meter. Pertimbangan utamanya adalah agar setiap pohon mendapatkan cahaya matahari penuh serta memudahkan perawatan di kemudian hari. Dengan jarak ini, sirkulasi udara lebih baik, pohon bisa tumbuh optimal, dan akses perawatan mulai dari pemupukan, pemangkasan, hingga panen menjadi lebih mudah dilakukan. Setelah itu, lubang tanam dibuat berukuran 75 cm x 75 cm, digali hingga bertemu tanah keras. Setelah itu, tanah gembur hasil galian dimasukkan kembali ke lubang, lalu ditambah bahan organik seperti sekam padi, pupuk fosfat menggunakan merk Fertiphos , dan dolomit. Barulah bibit alpukat ditanam. Sistem budidaya alpukat yang kali ini diterapkan Mas Danang yaitu sistem busut. Sistem busut adalah teknik menanam dengan cara membuat gundukan tanah (busut) di sekitar lubang tanam, sehingga posisi tanaman lebih tinggi daripada permukaan tanah sekitarnya.

2. Perawatan Tanaman Alpukat

Perawatan menjadi kunci utama agar pohon alpukat bisa tumbuh sehat, produktif, dan siap menghasilkan buah berkualitas. Karena ini dulu tumpangsari dengan cabai, Mas Danang menceritakan ketika cabai sudah dibongkar, sisa bedengan tidak dibiarkan begitu saja. Justru di timbun ke tanaman alpukat, karena tanahnya masih gembur dan banyak mengandung sisa pupuk dari budidaya cabai. Kondisi ini jelas sangat membantu pertumbuhan alpukat tanpa perlu banyak tambahan biaya. Untuk pemupukan rutin pada fase vegetatif, diberikan NPK 16 16 16 sebulan sekali dengan dosis ±100 gram per tanaman. Selain itu, pupuk kandang diaplikasikan dua kali dalam setahun. Ketika tanaman sudah memasuki fase dewasa, pemupukan diganti menjadi NPK dengan kandungan kalium lebih tinggi, dosisnya sekitar 500 gram per tanaman setiap 2–3 bulan sekali. Pupuk ditabur di area ujung tajuk, mengikuti perkembangan akar. Penyiraman juga tidak boleh diabaikan. Pupuk tidak pernah dikocorkan dengan air, tapi air tetap diberikan secara rutin agar tanah tidak kering. Selain pemupukan tersebut, perawatan dengan cara semprot juga dilakukan, Penyemprotan alpukat dilakukan bersamaan dengan cabai, khususnya saat cabai masih berada pada fase vegetatif. Ketika cabai fase generative, tanaman alpukat tidak ikut di semprot dengan tujuan menghindari penuaan dini. Setelah alpukat tumbuh seiring berjalannya waktu, di fase generative penyemprotan alpukat dilakukan setiap 10 hari sekali menggunakan Kalinet, Gandasil B, dan MKP. Tujuannya menjaga bunga agar tidak mudah rontok, dengan dosis mengikuti anjuran kemasan. Untuk hama dan penyakit, insektisida dan fungisida tetap digunakan, meskipun tidak seintens pemberian nutrisi. Biasanya setelah 2 kali pemberian nutrisi, penyemprotan selanjutnya di tambah pestisida.

Kendala dalam Budidaya Alpukat

Meski terlihat menjanjikan, budidaya alpukat juga memiliki tantangan tersendiri. Menurut pengalaman Mas Danang, salah satu kendala yang sering muncul adalah busuk ujung batang. Kondisi ini biasanya terjadi karena kelembapan berlebih atau serangan jamur yang sulit dihindari, terutama saat musim hujan. Selain itu, pada masa awal tanam banyak pohon yang sempat miring. Hal merupakan salah satu kelemahan penggunaan sistem busut, di mana posisi tanaman lebih tinggi dari permukaan tanah sehingga mudah goyah bila tidak segera ditopang. Namun, dengan perawatan yang telaten, kendala tersebut perlahan bisa teratasi. Penopangan batang, pengaturan drainase, dan penyemprotan rutin menjadi solusi agar tanaman kembali sehat dan tumbuh optimal. Kisah Mas Danang ini membuktikan bahwa setiap keberhasilan selalu melewati tantangan. Dengan strategi yang tepat, kesabaran, dan inovasi, budidaya alpukat bukan hanya sekadar menanam pohon, melainkan investasi masa depan yang menjanjikan bagi petani.


Rekomendasi Produk :
KALINET