Artikel

Cabai Rawit 11 Bulan Lebih, Produktivitas Tinggi dan Bebas Pathek

Cabai Rawit 11 Bulan Lebih, Produktivitas Tinggi dan Bebas Pathek


Robby / Selasa,15 Januari 2019

Pada kesempatan kali ini kami akan berbagi pengalaman pertanian cabai rawit. Yang berlokasi di wilayah Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang yang merupakan lereng Gunung Merapi. Seperti yang kita tahu bahwa untuk kondisi lahan lereng Merapi cukup subur karena terdapat sisa-sisa abu vulkanik dari letusan Merapi di masa-masa lampau. Masyarakat sekitar memanfaatkan berkah tersebut bagi matapencaharian penambang pasir sekaligus bertani khuausnya tanaman sayuran hortikultura.

Petani handal kita kali ini adalah Ibu Kinem. Meskipun beliau adalah petani perempuan, tak perlu lagi diragukan skill dan semangatnya dalam urusan budidaya pertanian. Beliau sosok yang terbuka dalam menerima informasi dan berbagi pengalaman.

Hal yang paling menarik dari lahan Ibu Kinem adalah tanaman cabe rawit yang beliau tanam mampu mencapai umur kurang lebih 1 tahun, melewati kendala musim kemarau maupun penghujan. Serangan pathek (anthraknosa) yang sudah umum terjadi di wilayah beliau sangat minim, figur tanaman tegak, tinggi dan rimbun.

Bulan Februari 2019 dimulailah penanaman. Periode panen yang pertama adalah selama bulan puasa hingga setelah lebaran tahun 2019 (Mei-Juni) dengan hasil yang cukup memuaskan. Setelah panen periode pertama selesai, Ibu Kinem sengaja tetap membiarkan tanamannya dengan harapan akan kembali memasuki fase vegetatif.

Suatu kendala yang terjadi yaitu pada puncak musim kemarau tahun 2019 yang tergolong cukup ekstrim berdampak pada tanaman cabai Ibu Kinem. Pertumbuhan tunas-tunas baru terhenti / stagnan, bahkan sebagian mati kekeringan. Ibu Kinem tak menyerah begitu saja. Tanaman cabai tetap beliau rawat dengan pengairan kocoran seadanya, bahkan tergolong minim. Hingga ketika kemarau memuncak, beliau pasrah namun tetap tak menyerah. Pupuk untuk tanah sementara dikentikan dan hanya mengandalkan penyemprotan pupuk daun. Prinsipnya tanaman harus tetap tumbuh meski tersendat oleh cuaca dan inimnya air.

Hingga menjelang akhir tahun 2019 ketika hujan sesekali mulai datang, beliau kembali merawat tanamannya dengan perawatan normal. Di saat air sudah mulai mencukupi meskipun sebenarnya belum memadai juga, cabai Ibu Kinem mulai menampakkan pertumbuhan vegetatif secara normal. Ibu Kinem makin bersemangat, tekad dan harapannya mulai meningkat.

Berikut adalah perjuangan beliau yang semoga bisa menjadi inspirasi bagi kita semua.

Pengolahan Tanah & Pupuk Dasar

Tak ada yang istimewa dari cara pengolahan tanah di lahan cabai Ibu Kinem. Sebagaimana yang biasa dilakukan oleh pekebun-pekebun dabai umumnya di desa tersebut. Namun karena lokasi tanam Ibu Kinem sendiri berdekatan dengan lereng gunung dan termasuk dataran tinggi, maka beliau hanya membekali tanamannya dengan pupuk kompos, tanpa pupuk dasar anorganik. Hal ini sudah umum bagi petani di dataran tinggi. Lain halnya dengan tanaman di dataran rendah yang mana untuk pupuk dasarnya tak bisa hanya mengandalkan kompos melainkan harus dilengkapi dengan pupuk anorganik semacam NPK, ZA, KCL dan lain-lain.

Penanaman

Ibu Kinem sendiri memilih cabai jenis rawit, karena permintaan pasar cabai rawit cukup kontinyu di daerahnya. Menurut Ibu Kinem menanam cabe rawit berpeluang bagus karena ketika itu diperkirakan panennya memasuki musim kemarau dan tak banyak petani di sekitarnya yang memulai tanam cabai di bulan Februari 2019. Apalagi di daerah-daerah sentra lain masih penanaman padi waktu itu. Keyakinan Ibu Kinem adalah, ada peluang pasar yang cukup bagus ketika saat panen nantinya. Perihal teknis penanaman, tak ada hal istimewa juga yang dilakukan Ibu Kinem. Biasa-biasa saja seperti umumnya orang petani lain menanam cabai rawit.

Pemupukan & Perawatan

Untuk pemupukan, Ibu Kinem memilih cara pengocoran. Dai awal fase pertumbuhan  menggunakan pupuk ZA dan INTERPHOS yang mengandung fosfat dan amonium. Harapannya dengan penambahan fosfat yang instan agar pertumbuhan akar lebih lebat. Jika akarnya sehat dan lebat maka pertumbuhan tunas dan cabang pun akan lebat juga.

Sedangkan untuk pemupukan daun (semprot) beliau rutin menggunakan MORDEN-FOL yang mengandung fosfat dalam bentuk piridoxin pyrofosfen dan magnesium. MORDEN-FOL mempunyai keunggulan meningkatkan energi sebagai “bekal” bagi tanaman di saat sedang bertahan dari cuaca ekstrim nantinya. Sehingga tidak heran jika tanaman beliau tetap segar dan subur meski dalam kondisi ketika tanam di musim kemarau sekalipun.

Untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas dan ujung-ujung akar serabut Ibu Kinem menambahkan L-TOP yang mengandung sitokinin dan gibberellin. Meskipun menggunakan ZPT sebagai kombinasi pemupukan lewat daun dengan L-TOP tidak menyebabkan pucuk tunas menguning.

Di saat tanaman mulai berbunga hingga berbuah Ibu Kinem beralih pupuk daun dari MORDEN-FOL ke  KALINET  yang mengandung kalium, fosfat dan boron. Tujuannya untuk memperbanyak prosentase bunga yang menjadi buah, mencegah kerontokan bunga dan buah, sehingga buah lebih lebat, kontinyu dan berbobot. Sedangkan untuk pupuk akar menggunakan kocoran MERKAPHOS yang mengandung kalium dan fosfat, plus ZA. Menurut keterangan dari Ibu Kinem, berkat aplikasi KALINET buah cabainya tidak mudah rontok, berbunga sangat banyak dan mayoritas bunga berhasil menjadi buah. Produktivitas tanaman cabai cukup memuaskan.

Hama dan Penyakit

Seperti yang sudah kita bahas diawal tadi bahwa tanaman cabe milik Ibu Kinem ini bebas dari penyakit jamur kususnya antraknosa / patek. Karena penyakit satu ini biasanya akan menyerang tanama cabe ketika sudah musim penghujan. Kondisi yang lembab akan mempercepat berkembangnya jamur patogen. Ketika tanaman memasuki masa panen, Ibu Kinem sempat merawa was-was akan adanya serangan antraknosa. Apalagi pengalaman sebelum-sebelumnya ketika Ibu Kinem masih menggunakan produk-produk dari sana sini, belum banyak mengenal produk MMT, sebagian tanaman cabainya selalu terserang pathek di saat musim hujan.

Ibu Kinem belajar dari informasi dan pengalaman. Pathek harus diantisipasi sebelum menyerang, begitu yang selalu diingat dari petugas Team MMT. Tanaman harus dikondisikan agar tahan terhadap penyakit. Jangan sampai lengah menunggu serangan datang. Sebelum pathek menyerang Ibu Kinem mengantisipasinya dengan penyemprotan KOVER WP. Produk ini bukan fungisida melainkan pengkondisi permukaan daun dan buah dengan cara menetralisir keasaman pada permukaan tanaman akibat hujan malam hari dan suasana lembab. Jamur patogen sangat menyukai dan tumbuh subur pada media yang asam. Hujan malam hari mengandung asam, ditunjang kelembaban tinggi dan suhu hangat pada siang harinya akan membuat spora antraknosa (yang tanpa kita sadari sudah bercokol di permulaan tanaman) berinkubasi kemudian tumbuh. Seperti telur ayam yang menetas pada suasana lembab dan hangat. Dengan aplikasi KOVER WP, masa inkubasi spora jamur patogen dapat ditekan sehingga lebih memudahkan efikasi aplikasi fungisida nantinya.

Fungisida yang dipakai Ibu Kinem berjenis kontak berbahan aktif Mancozeb 80% ditambah dengan Fungisida sistemik berbahan aktif Metalaksil 25%. Dengan harapan agar tanamannya tetap aman.

Kekhawatiran Ibu Kinem terhadap ekspansi pathek pada akhirnya berubah menjadi rasa lega.

Panen

Agar tanaman Ibu Kinem tetap sehat dan dapat menghasilkan cabe dengan  produktifitas yang tinggi, Beliau tetap mengaplikasikan KALINET dengan dosis 2 tutup per tangki 16 liter denga harapan meski sudah panen bekali-kali tanamannya tetap awet dan juga berproduktif tinggi.

Dan memang benar meski tanaman beliau sudah panen berkali-kali akan tetapi bunga sebagai cikal bakal buahnya tetap saja masih banyak dan lebat. Bahkan petani sekitarnyapun sempat merasa heran karena hal tersebut. Hingga tulisan ini ditulis dan videonya diupload (simak di sini) pada Januari 2020, cabai Ibu Kinem masih terus produktif di periode pemerikan yang kedua.

Semoga sukses selalu untuk Ibu Kinem mitra-mitra petani lain.

 

 


Rekomendasi Produk :
KALINET
POWERSOIL
KOVER WP
MORDENFOL