Artikel

Budidaya Cabai Merah Besar: Kiat Sukses Mengatasi Rontok Bunga & Buah Pasca Overdosis ZPT

Budidaya Cabai Merah Besar: Kiat Sukses Mengatasi Rontok Bunga & Buah Pasca Overdosis ZPT


Karlina Indah / Rabu,28 Mei 2025

Pak Salimin, warga Desa Siwarang, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga, telah lama bergelut di dunia pertanian. Namun, titik balik kehidupannya terjadi pada tahun 2014. Sebelumnya, lahan miliknya hanya digarap oleh orang lain, sementara ia sendiri bekerja sebagai sopir. Keputusan untuk berhenti dari profesi tersebut dan terjun langsung ke dunia pertanian lahir dari keinginannya mencari ketenangan hidup. “Kalau bertani itu nggak ada yang ngatur, semua kita yang nentuin sendiri,” ujarnya. Bagi Pak Salimin, bertani bukan sekadar soal hasil panen, tapi juga tentang kebebasan, ketenangan, dan kedekatan dengan alam. Meski sering menghadapi kegagalan, ia tetap bersyukur. Gagal panen, serangan hama, atau cuaca yang tak menentu bukan hal baru baginya, namun semua itu ia jalani dengan sabar dan ikhlas. Sejak dikelola sendiri, hasil pertaniannya menjadi lebih tertata. Ia bisa mengatur pola tanam, jenis tanaman, hingga waktu panen dengan lebih fleksibel. Hal ini tentu berpengaruh pada penghasilan. Dibandingkan saat lahannya dikelola orang lain, pendapatannya kini lebih terarah dan mencukupi kebutuhan keluarga. Pak Salimin menjadi contoh nyata bagaimana seseorang bisa menemukan kedamaian dan arah hidup lewat bertani. Di tengah dinamika zaman, ia memilih kembali ke tanah, mengolahnya dengan tangannya sendiri, dan merawatnya dengan sepenuh hati.

Tumpangsari : system tanam paling menguntungkan

Pak Salimin adalah salah satu petani inspiratif yang memilih jalur berbeda dalam Bertani yaitu dengan tumpangsari. Dalam beberapa tahun terakhir, beliau aktif melakukan uji coba mandiri untuk mencari sistem tanam yang paling efisien dan menguntungkan. Salah satu komoditas utamanya adalah cabai, yang dikenal memiliki nilai ekonomi tinggi namun juga risiko besar, terutama ketika harga pasar turun drastis. Menurut Pak Salimin, bertani secara monokultur atau hanya menanam cabai saja memang bisa memberikan hasil maksimal dalam hal panen. Namun, Ketika harga cabai di pasar anjlok, petani bisa merugi besar karena seluruh biaya produksi bergantung pada satu komoditas. Sebaliknya, melalui sistem tumpangsari, Pak Salimin menanam cabai berdampingan dengan tanaman lain seperti sawi pahit, sawi putih dan kubis. Meskipun hasil cabai tidak sebanyak sistem monokultur, pendapatan tetap bisa lebih stabil. "Kalau cabai harganya turun, hasil dari tanaman lain bisa menutup biaya produksi, bahkan kadang masih ada sisa untuk keuntungan," ujarnya. Pengalaman Pak Salimin membuktikan bahwa tumpangsari bukan hanya strategi diversifikasi hasil panen, tetapi juga bentuk adaptasi cerdas terhadap fluktuasi pasar. Dengan semangat mencoba dan belajar dari pengalaman, ia menjadi contoh bahwa petani bisa menjadi peneliti di lahannya sendiri.

Pola Tanam : 1 Lajur Isi 2 Tanaman.

Pak Salimin menerapkan pola tanam unik untuk tanaman cabainya. Ia menggunakan sistem satu lajur di tengah dengan isi dua tanaman per lubang tanam. Hasilnya? Ternyata jauh lebih maksimal dibandingkan pola tanam biasa di sisi kiri dan kanan bedengan.Dengan posisi lubang tanam di tengah, akar tanaman memiliki ruang lebih luas untuk berkembang ke segala arah. Akar tidak saling berebut ruang dan nutrisi seperti pada sistem dua lajur, sehingga pertumbuhan lebih sehat dan kuat. Selain itu, kelembapan bedengan lebih terkontrol karena tidak ada tanaman yang saling menutupi. Tanaman bisa terkena sinar matahari dari berbagai arah, yang membantu proses fotosintesis berjalan optimal.Keuntungan lain adalah dari sisi perawatan. Penyemprotan, penyiangan, dan pemangkasan menjadi lebih mudah karena posisi tanaman tidak saling menghalangi. Sirkulasi udara pun lebih baik, sehingga risiko serangan penyakit akibat kelembaban berlebih dapat ditekan. Inovasi sederhana ini terbukti meningkatkan efisiensi dan produktivitas lahan. Pola tanam satu lubang tengah dengan dua tanaman menjadi solusi efektif untuk budidaya cabai yang sehat dan berdaya hasil tinggi.

Cara Mengatasi Rontok Buah dan Bunga

Pak Salimin, pernah mengalami kejadian unik saat merawat tanaman dengan system tumpangsari, yang mana di waktu tersebut untuk memacu pembentukan krop dan daun Pak Salimin menyemprot tanaman sayurnya dengan ZPT Gibgro yang mengandung giberelin. Namun, tanpa sengaja, semprotan mengenai tanaman cabai di bedengan yang sama. Dampaknya cukup serius, bunga dan buah pertama cabai justru rontok karena pengaruh giberelin yang memicu ketidakseimbangan hormon pada fase generatif tanaman cabai. Menghadapi situasi ini, Pak Salimin segera melakukan tindakan pemulihan. Ia menyemprotkan nutrisi merk dagang MORDEN FOL sebanyak 3 tutup per tangki sebagai langkah awal untuk menstabilkan pertumbuhan cabai dan sumber energi untuk menghasilkan bunga baru. Selanjutnya, semprotan kedua dikombinasikan dengan VITARON SL 1 tutup per tangki guna memperkuat daya tahan dan memperbarui sel-sel tanaman. Setelah bunga dan buah cabai mulai “nyantel” (menempel dengan kuat), ia mengganti formula dengan nutrisi merk dagang KALINET 3 tutup per tangki yang kaya kalium, dipadukan dengan MKP (Mono Kalium Phospat) sebanyak 4 sendok makan per tangki. Kombinasi ini terbukti efektif membantu pemulihan tanaman cabai, memperkuat bunga dan buah sehingga tidak mudah rontok dan pastinya hasilnya baik kualitas maupun kuantitas lebih maksimal. Dengan cara tersebutpun walaupun sekarang di cuaca ekstrem tanaman milik beliau tidak ada yang terserang layu ataupun bercak bakteri. Sehingga selain masalah teratasi, tanaman juga lebih kuat menghadapi cuaca yang tidak menentu ini.

Kisah Pak Salimin bukan hanya tentang keberhasilan bertani, melainkan tentang keberanian mengambil keputusan, ketekunan menghadapi tantangan, dan kecintaan pada tanah yang ia pijak. Dari seorang sopir yang hanya menyewakan lahannya, ia bertransformasi menjadi petani mandiri yang inovatif dan ulet. Melalui sistem tumpangsari dan pola tanam yang ia kembangkan sendiri, ia membuktikan bahwa pertanian bisa menjadi jalan hidup yang tidak hanya mencukupi, tetapi juga menenangkan jiwa. Inovasinya dalam mengatasi bunga dan buah cabai yang rontok menunjukkan bahwa solusi seringkali lahir dari ketelitian dan kemauan belajar. Pak Salimin adalah gambaran nyata bahwa petani sejati bukan sekadar penggarap lahan, tapi juga peneliti, pemikir, dan penjaga keseimbangan alam. Semoga semangat dan pengalaman beliau bisa menjadi inspirasi bagi petani lainnya untuk terus mencoba, berinovasi, dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi setiap musim kehidupan. Demikian artikel ini di buat, jangan lupa saksikan penjelasan lengkapnya di video ini.


Rekomendasi Produk :
KALINET
VITARON
MORDENFOL