
Panen Rutin, Risiko Minim: Peluang Emas Budidaya Pare Tingkatkan Produktivitas Tanpa Tambah Lahan
Karlina Indah / Selasa,06 Mei 2025
Di tengah tantangan dunia pertanian yang semakin kompleks, seperti fluktuasi harga pasar, biaya produksi tinggi, serta cuaca yang tidak menentu, para petani dituntut untuk lebih kreatif dalam menyusun strategi budidaya. Salah satu strategi yang terbukti efektif dan mulai banyak dilirik adalah sistem tumpangsari, yaitu menanam dua atau lebih jenis tanaman dalam satu lahan yang sama. Salah satu kombinasi tumpangsari yang sangat menjanjikan adalah pare dan cabai. Mengapa pare dan cabai? Dua tanaman ini punya karakteristik berbeda, tapi justru saling melengkapi. Cabai dikenal sebagai komoditas dengan nilai jual tinggi, namun masa tanamnya panjang dan harga pasarnya sangat fluktuatif. Sebaliknya, pare merupakan tanaman dengan masa panen lebih cepat, harga relatif stabil, bisa panen berkali - kali serta perawatan yang lebih mudah. Kombinasi keduanya dapat membantu petani menjaga kestabilan pendapatan sambil menunggu hasil dari budidaya cabai. Berikut adalah beberapa keuntungan yang Sobat Petani peroleh dari Budidaya Pare:
1. Pare Lebih Mudah Ditanam dan Tidak Pilih – Pilih Lahan
Pare merupakan salah satu tanaman sayur yang tidak membutuhkan perlakuan khusus saat awal tanam. Pare bisa tumbuh baik di lahan bekas maupun lahan baru tanpa masa pendiaman lahan. Artinya, petani tidak perlu menyiapkan lahan secara intensif atau membiarkan tanah istirahat terlebih dahulu seperti pada beberapa tanaman lainnya. Tanaman pare juga cukup tahan terhadap kondisi lingkungan yang beragam, dan ini membuatnya sangat cocok untuk dikombinasikan dengan cabai. Petani bisa menanam cabai di antara barisan pare tanpa mengganggu pertumbuhan cabai itu sendiri.
2. Masa Panen Pare Lebih Cepat Dibanding Komoditas Lain
Keunggulan berikutnya dari pare adalah masa panennya yang jauh lebih singkat dibanding cabai. Jika cabai membutuhkan waktu sekitar 90 hari atau lebih sebelum bisa dipanen, pare sudah bisa dipetik dalam usia tanam sekitar 38 hingga 43 hari. Ini berarti, sambil menunggu cabai siap panen, petani sudah bisa mulai mendapatkan hasil dari pare. Keuntungan ini tidak hanya dalam bentuk hasil panen, tapi juga dalam bentuk pemasukan. Dalam kondisi pasar yang kadang tidak menentu, panen pare lebih awal bisa membantu petani memiliki modal tambahan untuk merawat tanaman cabai sampai masa panennya tiba.
3. Pare Bisa Dipanen Berkali-kali
Tanaman pare termasuk jenis tanaman sulur yang menghasilkan buah secara terus-menerus dalam satu masa tanam. Dalam satu siklus tanam, pare bisa dipanen lebih dari 15 kali. Bahkan, frekuensi pemetikan bisa mencapai dua kali dalam seminggu. Ini tentu jauh lebih baik dibandingkan tanaman sulur lain seperti mentimun yang umumnya hanya bisa dipetik maksimal 12 kali. Panen berkala ini memberikan keuntungan dari segi finansial karena pendapatan bisa diperoleh secara rutin. Petani pun tidak terlalu bergantung pada satu kali panen besar seperti tanaman melon ataupun semangka, sehingga risiko kerugian karena gagal panen atau harga anjlok lebih rendah.
4. Harga Pare Lebih Stabil dan Kompetisi Lebih Rendah
Salah satu keunggulan utama dari budidaya pare adalah kestabilan harganya di pasar. Harga pare biasanya berada di kisaran Rp3.000 hingga Rp5.000 per kilogram. Sangat jarang harga pare jatuh di bawah Rp3.000. Bahkan, dalam kondisi tertentu, harganya bisa melampaui Rp5.000/kg, tergantung permintaan pasar. Selain itu, jumlah petani yang membudidayakan pare masih relatif sedikit jika dibandingkan dengan cabai atau timun. Artinya, tingkat persaingan di pasar juga lebih rendah, sehingga peluang untuk mendapatkan harga jual yang baik pun lebih besar.
5. Produktivitas Tinggi dan Untung Besar
Secara produktivitas, tanaman pare cukup menjanjikan. Satu pohon pare dapat menghasilkan antara 5 hingga 7 kilogram buah selama masa panen. Dengan jumlah tanaman sekitar 200 batang saja, petani sudah bisa mendapatkan sekitar satu kuintal buah pare dalam satu kali petik. Dan jika panen dilakukan dua kali dalam seminggu, maka potensi pendapatan mingguan cukup besar. Dengan harga jual yang stabil, petani bisa mengkalkulasi keuntungan secara lebih pasti. Ini membuat budidaya pare menjadi pilihan ideal sebagai penopang ekonomi saat menunggu panen cabai yang lebih lama.
6. Perawatan Pare Cenderung Mudah
Tanaman pare tidak memerlukan perawatan rumit. Dibandingkan dengan tanaman sulur lainnya, pare lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Perawatannya pun cukup sederhana, hanya perlu dilakukan pemangkasan sulur secara berkala dan penyulaman jika ada tanaman yang mati. Dengan tenaga dan biaya perawatan yang minim, margin keuntungan petani bisa lebih tinggi.
Tumpangsari yang Saling Menguntungkan
Tumpangsari pare dan cabai adalah strategi yang tidak hanya memaksimalkan hasil lahan, tetapi juga membantu menyeimbangkan keuangan petani. Pare tumbuh cepat dan bisa dipanen berkali-kali, cabai memberikan nilai jual tinggi dalam jangka panjang. Kombinasi ini memberikan fleksibilitas dan jaminan hasil yang lebih stabil. Sistem tumpangsari ini sangat cocok diterapkan di berbagai wilayah pertanian di Indonesia, terutama di lahan-lahan terbuka yang memiliki pencahayaan cukup dan sistem irigasi yang memadai. Dengan biaya perawatan rendah dan peluang pasar yang masih terbuka lebar, budidaya pare bersama cabai bisa menjadi peluang emas bagi para petani yang ingin meningkatkan hasil tanpa harus memperluas lahan. Oleh karena itu, Jika Sobat Mitra Bertani sedang mencari cara untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan, maka tumpangsari pare dan cabai bisa menjadi pilihan terbaik. Demikian artikel ini di buat, selamat mencoba dan semoga berhasil. Saksikan penjalsan lengkapnya di video ini.
Cari
KATEGORI : |
---|
Pengetahuan |
Kiat Pertanian |
Solusi Masalah |
Berita Inspirasi |
Rekomendasi Produk : |
---|
POWERSOIL |
Rekomendasi Produk : |
---|
POWERSOIL |