Cara Cepat Menaikan pH Tanah Di Musim Hujan
Karlina Indah / Rabu,01 Oktober 2025
Di musim hujan, tanah sering kali terlihat begitu subur. Tanpa diberi pupuk pun, rumput liar bisa tumbuh dengan sangat lebat dan hijau. Kondisi ini seakan memberi gambaran bahwa tanaman tidak membutuhkan tambahan pupuk untuk bisa hidup. Namun, kenyataannya tidak sesederhana itu. Bagi tanaman budidaya, kesuburan alami di musim hujan hanya berlangsung sesaat jika tidak diimbangi dengan pengelolaan yang tepat. Salah satu kunci penting dalam menjaga kesuburan tanah dan kesehatan tanaman adalah memperhatikan pH tanah. Mengapa pH begitu penting? Karena pH tanah menentukan seberapa mudah unsur hara bisa diserap akar. Tanah yang terlalu asam atau terlalu basa akan membuat pupuk yang kita berikan menjadi sia-sia. Tanaman tetap kekurangan nutrisi meskipun pupuk sudah diberikan dalam jumlah banyak. Itulah sebabnya, meskipun di musim hujan tanaman terlihat lebih subur, petani tetap harus cermat dalam cara pemupukan. Pembahasan lengkap mengenai pemupukan di musim hujan bisa dibaca disini.
Pemupukan yang salah tanpa memperhatikan pH justru bisa merusak struktur tanah, menurunkan produktivitas, bahkan membuat lahan sulit ditanami dalam jangka panjang. Oleh karena itu, menjaga pH tanah menjadi langkah utama yang tidak boleh diabaikan. Dengan pH yang seimbang, pupuk bekerja lebih efektif, tanaman tumbuh sehat, dan lahan tetap produktif untuk waktu yang lama. Berikut merupakan beberapa cara menjaga ataupun menaikan pH tanah:
Menjaga pH Tanah Sejak Awal: Kunci Kesuburan Jangka Panjang
Menjaga kestabilan pH tanah bukan hanya dilakukan saat tanaman sudah tumbuh, tetapi jauh lebih penting dipersiapkan sejak sebelum penanaman. Tanah dengan pH seimbang akan membuat unsur hara mudah diserap akar dan mendukung pertumbuhan yang optimal. Langkah utama yang bisa dilakukan petani adalah pemberian dolomit sebelum tanam. Dolomit berfungsi sebagai pengapuran untuk menetralkan keasaman tanah, sekaligus menambah kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) yang sangat penting bagi tanaman. Dengan dolomit, tanah yang cenderung masam akan menjadi lebih stabil dan tidak mudah mengalami penurunan pH secara drastis. Selain itu, petani perlu berhati-hati dalam memilih pupuk dasar. Hindari penggunaan pupuk yang mengandung Nitrogen (N) dan Sulfur (S) dalam jumlah berlebih. Mengapa? Karena kedua unsur ini cenderung menurunkan pH tanah atau membuat tanah lebih asam.
- Nitrogen yang diberikan khususnya dalam bentuk urea, amonium sulfat, atau pupuk amonium lainnya, akan diubah oleh mikroorganisme tanah menjadi nitrat (NO??) melalui proses nitrifikasi. Dalam proses ini, ion amonium (NH??) melepaskan ion hidrogen (H?) ke dalam tanah. Ion H? inilah yang meningkatkan keasaman tanah dan menurunkan pH. Jika pupuk nitrogen diberikan terus-menerus, penumpukan ion H? akan semakin banyak, sehingga tanah cepat menjadi masam.
- Sulfur yang masuk ke tanah, terutama dalam bentuk sulfur elementer atau senyawa sulfat tertentu, akan mengalami proses oksidasi oleh bakteri Thiobacillus. Proses oksidasi ini menghasilkan asam sulfat (H?SO?). Asam ini secara langsung menurunkan pH tanah karena melepas banyak ion H?. Sama seperti nitrogen, akumulasi ion H? dari oksidasi sulfur membuat tanah semakin asam. Pada tanah dengan drainase baik dan aktivitas mikroba tinggi, proses oksidasi sulfur bisa berlangsung cepat, sehingga penurunan pH terjadi lebih drastis.
Jika pupuk Nitrogen dan Sulfur digunakan tanpa kontrol, efeknya bukan hanya membuat pH tanah semakin masam, tetapi juga menyebabkan keracunan aluminium (Al) dan menurunnya ketersediaan unsur penting seperti fosfor (P). Akibatnya, meski pupuk sudah diberikan, tanaman tetap terlihat kekurangan nutrisi.
Menaikan pH Tanah Saat Tanaman Sudah Tumbuh
Setelah tanaman mulai tumbuh, menjaga kestabilan pH tanah tetap menjadi pekerjaan penting. Berbeda dengan persiapan awal tanam, ketika sudah ada tanaman, penggunaan dolomit biasanya membutuhkan waktu lebih lama untuk bereaksi. Karena itu, petani perlu menggunakan bahan lain yang lebih cepat bekerja sebagai penyangga pH (pH buffer), salah satunya adalah asam humat. Asam humat berfungsi menstabilkan pH tanah, memperbaiki struktur tanah, serta meningkatkan kemampuan tanah menahan air dan unsur hara. Penambahan asam humat setiap kali melakukan pemupukan kimia sangat dianjurkan. Hal ini karena pupuk kimia cenderung bersifat masam, sehingga dengan adanya asam humat, penurunan pH dapat dicegah sejak dini. Namun apabila hanya sebagai langkah pencegahan, dolomit bisa digunakan khususnya untuk tanaman sudah memasuki fase generative dengan mengombinasikan 1 kg asam humat dengan 50 kg dolomit, lalu diberikan sebanyak 1 sendok makan per lubang tanam. Kombinasi ini membuat dolomit tetap bekerja menstabilkan pH, sementara asam humat menjaga agar perubahan tidak terlalu drastis. Jika pH tanah sudah benar-benar turun hingga berada di bawah ambang ideal, langkah cepat yang bisa dilakukan adalah pemberian kalsium oksida (CaO). Begitu diaplikasikan ke tanah yang lembap, CaO akan bereaksi dengan air dan berubah menjadi kalsium hidroksida (Ca(OH)?), yang bersifat basa. Reaksi ini segera menetralkan ion hidrogen (H?) berlebih penyebab utama keasaman di dalam tanah. Dengan berkurangnya ion H?, pH tanah akan naik dalam waktu relatif singkat. Keunggulan lain CaO adalah bentuknya yang mudah larut, sehingga lebih cepat tersedia dibandingkan dolomit yang memerlukan waktu beberapa minggu untuk bereaksi penuh. Karena sifat cepat ini, kalsium oksida sangat cocok digunakan pada lahan yang sudah ada tanamannya. Petani tidak perlu menunggu lama untuk melihat efek perbaikan pH, sehingga tanaman tetap bisa tumbuh optimal meskipun awalnya berada di tanah masam.
Cari
KATEGORI : |
|---|
| Pengetahuan |
| Kiat Pertanian |
| Solusi Masalah |
| Berita Inspirasi |
Rekomendasi Produk : |
|---|
| CAL-HA |
Rekomendasi Produk : |
|---|
| CAL-HA |