Artikel

4 Cara Pemupukan Di Musim Penghujan

4 Cara Pemupukan Di Musim Penghujan


Karlina Indah / Rabu,24 September 2025

Musim penghujan selalu menjadi tantangan tersendiri bagi petani dalam menjaga kesehatan dan produktivitas tanaman. Di satu sisi, hujan membawa berkah berupa ketersediaan air yang melimpah sehingga kebutuhan penyiraman berkurang. Namun, di sisi lain, curah hujan yang tinggi justru dapat mengurangi efektivitas pemupukan. Pemupukan adalah kegiatan penambahan unsur hara di dalam tanah agar tanaman dapat menyerap unsur hara sesuai dengan kebutuhannya. Di musim penghujan, kemungkinan besar nutrisi yang seharusnya diserap oleh akar tanaman sering kali terbawa air hujan dan hilang melalui pencucian (leaching). Akibatnya, tanaman berisiko mengalami defisiensi hara meskipun petani sudah memberikan pupuk dalam jumlah yang cukup. Selain itu, kelembapan yang tinggi selama musim hujan juga dapat memicu perkembangan penyakit tanaman serta memperlambat proses penyerapan pupuk, terutama pada lahan dengan drainase buruk. Kondisi inilah yang membuat strategi pemupukan di musim hujan tidak bisa disamakan dengan musim kemarau. Petani perlu menyesuaikan jenis pupuk, dosis, serta cara aplikasi agar pupuk yang diberikan benar-benar bermanfaat bagi tanaman. Lalu, bagaimana cara melakukan pemupukan yang efektif saat musim hujan? 

1. Hindari aplikasi pupuk dengan cara tabur dan kocor

Salah satu kesalahan umum yang sering dilakukan petani saat musim hujan adalah memberikan pupuk dengan cara ditabur atau dikocor langsung ke tanah. Pada kondisi curah hujan tinggi, metode ini justru sangat merugikan. Pupuk yang ditabur di permukaan tanah mudah sekali larut bersama air hujan, lalu terbawa aliran permukaan (run off) atau meresap terlalu dalam sehingga tidak bisa dijangkau oleh akar tanaman. Begitu juga dengan pemupukan cara kocor, di mana larutan pupuk yang diberikan cepat hanyut sebelum sempat diserap tanaman. Akibatnya, pupuk yang diberikan menjadi sia-sia, tanaman tidak mendapat asupan hara yang cukup, dan biaya produksi membengkak karena kebutuhan pupuk meningkat. Selain itu, pupuk yang tercuci ke luar lahan dapat mencemari lingkungan. Jika kondisi ini dibiarkan, bukan hanya produktivitas tanaman yang menurun, tetapi juga kualitas tanah akan semakin merosot dalam jangka panjang.

2. Aplikasi pupuk dengan cara semprot dan tugal

Sebagai alternatif di musim penghujan, aplikasi pupuk dengan cara semprot (foliar) dan tugal terbukti lebih efektif dibandingkan tabur atau kocor. Pemupukan semprot dilakukan dengan melarutkan pupuk, kemudian diaplikasikan langsung ke daun. Cara ini membantu tanaman menyerap hara lebih cepat karena unsur hara masuk melalui stomata, sehingga mengurangi risiko hilangnya pupuk akibat pencucian oleh air hujan. Namun, penyemprotan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari agar penyerapan optimal dan tidak merusak jaringan daun. Di musim penghujan seperti ini, penyemprotan bisa di tambah perekat. Sementara itu, metode tugal dilakukan dengan membuat lubang kecil di dekat perakaran tanaman, lalu pupuk dimasukkan ke dalamnya. Cara ini menjaga pupuk tetap berada di zona akar, terlindung dari air hujan, sekaligus memperpanjang masa ketersediaan hara. Dengan kombinasi semprot dan tugal, pemupukan menjadi lebih hemat, efisien, dan tanaman tetap mendapat suplai nutrisi yang seimbang meski musim hujan berlangsung panjang.

3. Hindari menggunakan pupuk Nitrogen berlebih

Nitrogen merupakan unsur hara yang penting untuk merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman. Namun pada musim penghujan, penggunaan pupuk nitrogen secara berlebihan justru bisa menimbulkan masalah. Curah hujan yang tinggi mempercepat proses pencucian nitrogen, sehingga unsur ini cepat hilang dari tanah. Kelebihan nitrogen membuat tanaman menjadi lembek, rapuh, dan mudah patah karena pertumbuhan yang terlalu cepat dan tidak seimbang dengan pembentukan jaringan penunjang. Selain itu juga menyebabkan tanaman menjadi rentan terserang hama dan penyakit karena kelembapan tinggi di antara tajuk yang lebat dan kelebihan nitrogen dapat meningkatkan kadar gula dalam jaringan tanaman yang disukai oleh hama serta patogen. Apabila Sobat Mitra Bertani terpaksa harus menggunakan Nitrogen, gunakan nitrogen dalam bentuk Amonium karena tidak mudah tercuci oleh air hujan, lebih stabil, butuh waktu lebih lama untuk tersedia bagi tanaman karena harus diubah dulu menjadi bentuk nitrat melalui proses nitrifikasi yang tentunya aman untuk tanaman di musim penghujan.

4. Rutin menggunakan pupuk kalsium

Kalsium merupakan unsur hara penting yang sering terlupakan dalam budidaya tanaman, padahal perannya sangat vital terutama di musim penghujan. Curah hujan yang tinggi sering menyebabkan kondisi tanah menjadi masam dan struktur tanah mudah rusak. Dalam kondisi ini, ketersediaan kalsium biasanya berkurang drastis. Padahal, kalsium berfungsi memperkuat dinding sel tanaman, menjaga elastisitas jaringan, serta meningkatkan ketahanan terhadap serangan penyakit. Aplikasi pupuk kalsium secara rutin, baik melalui tanah maupun semprot daun, dapat membantu tanaman tetap kokoh meski terpapar kelembapan tinggi. Selain itu, pada cabai, tomat, atau tanaman buah lain, kalsium mampu mencegah gejala busuk ujung buah (blossom end rot) yang sering muncul di musim hujan.

Musim penghujan memang sering dianggap sebagai ujian bagi petani. Curah hujan yang tinggi membuat strategi budidaya, khususnya dalam hal pemupukan, tidak bisa dilakukan sembarangan. Jika cara pemberian pupuk tidak disesuaikan dengan kondisi lahan dan iklim, maka risiko kehilangan hara, meningkatnya serangan penyakit, hingga turunnya hasil panen akan sulit dihindari. Melalui penerapan langkah-langkah sederhana namun tepat, petani sebenarnya bisa tetap menjaga efisiensi pemupukan. Menghindari metode tabur dan kocor, beralih ke cara semprot dan tugal, mengatur dosis nitrogen secara bijak, hingga menambahkan kalsium secara rutin, adalah strategi praktis yang bisa diterapkan di lapangan. Dengan begitu, pupuk yang diberikan benar-benar terserap oleh tanaman dan tidak terbuang sia-sia oleh air hujan.


Rekomendasi Produk :
CAL-HA