Budidaya Cabai Merah Besar : Menumbuhkan Keseragaman Tanaman yang Menggugah Mata
Angga Syarief / Rabu,06 Maret 2024
Siapa yang tak kenal dengan kelezatan cabai merah besar? Tanaman yang satu ini memang menjadi favorit di dapur-dapur kita. Namun, di balik kelezatannya, ada tantangan menarik dalam budidaya tanaman cabai merah besar yang perlu kita bahas. Salah satunya adalah permasalahan seputar keseragaman daya tumbuh yang serempak. Dalam dunia pertanian, keseragaman daya tumbuh tanaman cabai merah besar menjadi aspek krusial yang harus diperhatikan. Tidak jarang para petani menghadapi kendala ketika beberapa tanaman tumbuh lebih cepat atau lambat daripada yang lain. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti perbedaan kualitas bibit, kondisi tanah, atau bahkan perbedaan penanganan saat penanaman. Keseragaman daya tumbuh yang kurang serempak dapat berdampak pada hasil panen dan kualitas buah cabai. Tanaman yang tumbuh tidak seragam dapat membuat pengelolaan tanaman menjadi lebih sulit, mulai dari penyiraman hingga pemberian pupuk. Oleh karena itu, para petani perlu memahami dan mengatasi tantangan ini agar budidaya cabai merah besar bisa berjalan dengan lebih efisien. Melalui artikel ini, kita akan mengupas lebih dalam tentang permasalahan keseragaman daya tumbuh pada budidaya cabai merah besar.
Profil Petani
Kali ini kita akan jelajahi dunia percabaian khususnya budidaya tanaman cabai merah besar, menjelajahi bersama dengan Mas Makmur yang beralamat di Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal. Sesuai dengan namanya, sekarang beliau sedang mengalami kemakmuran saat budidaya tanaman cabai merah besar. Tingkat keberhasilan yang tinggi dengan keseragaman pertumbuhan tanaman cabainya, membuat kami tertarik untuk melakukan wawancara bersama beliau.
Tentang Varietas
Membudidayakan tanaman cabai merah besar di dataran dengan ketinggian 680 MDPL dan memilih varietas Baja MC F1 sebagai tanaman cabai musim tanam sekarang. Memiliki keunggulan tahan virus sudah menjadi varietas yang wajib bagi Mas Makmur, beliau sendiri menjelaskan bahwa daerah sekitar beliau apabila tidak menggunakan varietas yang tidak tahan virus akan beresiko terhadap serangan virus. Sebab daerah beliau sudah dikenal sebagai zona merah akan serangan virusnya.
Pupuk Dasar
Dalam mencukupi total populasi sekitar 8.500 tanaman, beliau memberikan pupuk dasar berupa 100 karung pupuk kandang, 20 karung kapur pertanian/dolomite, 100 kg pupuk Ferthipos, dan 10 kg pupuk Sinar Bio. Pupuk-pupuk tersebut beliau tabur merata pada area permukaan bedengan. Setelah pupuk tertabur merata beliau lakukan rotary atau aduk ulang agar bisa tercampur baik dengan tanah. Pertimbangan beliau melakukan rotary ini berdasarkan dari pengalaman beliau dimana pernah melakukan penaburan pupuk dipermukaan bedengan saja tanpa rotary, justru angka kelayuan tanaman tinggi. Oleh sebab itu, belajar dari pengalaman beliau lakukan rotari/bajak ulang dengan tujuan menghomogenkan antara pupuk dasar dengan tanah. Langkah selanjutnya beliau semprot decomposer EM4 dan agensi hayati Trichoderma. Ketika penyemprotan sudah selesai, beliau langsung melakukan penutupan dengan plastik mulsa dan dilakukan pendiaman selama 3-4 minggu.
Pola Tanam
Meliputi beberapa pola tanam yang beliau lakukan seperti pengaturan jarak tanam dan perempelan. Jarak tanam yang beliau terapkan yakni 40 cm x 50 cm, 40 cm jarak antar lubang tanam dan 50 cm jarak antar lajur. Pengaturan jarak tanam penting juga untuk diperhatikan guna monitoring terhadap tingkat kelembapan tanaman. Kemudian melakukan rempel habis tunas air bagian bawah, dengan pertimbangan tepat musim hujan yang bisa meningkatkan kelembapan area tanaman. Dengan merempel habis tunas air kelembapan bisa diminimalisir, fokus penyaluran nutrisi pada cabang utama, dan memudahkan perawatan.
Pupuk Kocor
Pengocoran fase pertumbuhan awal beliau lakukan 2 minggu setelah bibit ditanam. Menggunakan pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dengan dosis 3 kg yang beliau larutkan kedalam 200 liter air atau setara drum besar. Pengocoran tahap kedua beliau lakukan selang seminggu dari pengocoran pertama tepatnya umur 3 minggu dengan dosis yang dinaikkan yakni 4 kg/200 liter air.
Pupuk Spray
Penopang daya tumbuh tanaman tidaklah cukup hanya dengan pupuk yang dikocorkan saja, tetapi juga perlu melakukan penyepraian agar menopang pertumbuhan yang seragam. Bahan yang beliau gunakan di umur 2 minggu yaitu asam amino Premino dan fungisida. Untuk fungisida yang beliau gunakan ada beberapa bahan aktif yaitu mankozeb, piraklostrobin + metiram, dan azoksistrobin + difenokonazol. Penggunaan fungisida beliau rolling/bergantian sebagai bahan yang menemani asam amino Premino. Perpaduan asam amino yang memberikan efek mengurangi tingkat stress tanaman terhadap cekaman abiotik serta mempercepat pertumbuhan tanaman dan fungisida yang berperan sebagai tameng terhadap jamur patogen di musim hujan. Interval spray yang beliau lakukan yakni 1 minggu sekali dan dilakukan sebanyak 3 kali. Menginjak fase generatif, beliau kembali aplikasi spray nutrisi menggunakan MORDENFOL dan unsur mikro VITARONSL. Upaya ini beliau lakukan dalam rangka menjaga kerontokan bunga dan memperkuat tangkai buah oleh peran unsur phospat pada MORDENFOL dan metabolism tanaman oleh unsur mikro pada VITARONSL. Sehingga dua bahan ini beliau aplikasikan dan memberikan efek yang cukup efektif dalam daya tumbuh kembang tanaman.
Aplikasi Insektisida
Sama halnya dengan aplikasi fungisida, untuk penggunaan insektisida beliau menggunakan beberapa bahan aktif yaitu abamektin, profenofos, dimetoat, dan emamectin benzoate. Tujuan dari penggunaan beberapa bahan aktif yang diaplikasikan secara bergantian ini adalah agar hama tidak resisten. Apabila hanya melulu menggunakan bahan aktif yang sama secara terus menerus, hama akan kebal terhadap bahan aktif yang diaplikasikan. Maka dari itu, upaya mencegah hal ini beliau lakukan secara bergantian.
Tentang Kendala
Memang menggiyurkan melihat hasil tanaman cabai merah besar milik Mas Makmur. Tetapi dibalik hasil yang menggiyurkan tersebut, pastinya terdapat sebuah kendala yang dijumpai saat kita budidaya tanaman cabai merah besar dan wajib diwaspadai. Kendala tersebut yakni serangan lalat buah. Tipikal cabai merah besar ini memiliki ukuran buah yang lebih besar daripada cabai lainnya. Maka dari itu dengan ukuran yang lebih besar ini, memungkinkan serangan lalat buah yang secara masif juga. Mas Makmur menghimbau untuk antisipasi hal ini, beliau lakukan sejak awal menggunakan lem perangkap yang dipasangkan pada area lahan. Kemudian menambah langkah pencegahan dengan aplikasi insektisida beberapa bahan aktif yang berbau menyengat seperti profenofos dan dimetoat.
Pembahasan sudah lengkap dari awal sampai akhir. Upaya menginginkan hasil cabai yang memiliki pertumbuhan seragam, sehat, dan stabil dimulai dari pondasi olah lahan yang tepat, nutrisi yang optimal, serta langkah pencegahan yang bijak. Demikian artikel ini kami buat, selengkapnya bisa ditonton disini.
Cari
KATEGORI : |
---|
Pengetahuan |
Kiat Pertanian |
Solusi Masalah |
Berita Inspirasi |