Artikel

5 Dampak Musim Hujan bagi Tanaman Hortikultura yang Wajib Diantisipasi

5 Dampak Musim Hujan bagi Tanaman Hortikultura yang Wajib Diantisipasi


Karlina Indah / Sabtu,13 September 2025

Indonesia terletak di garis Khatulistiwa, sehingga memiliki dua musim utama yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Kehadiran musim hujan sejatinya adalah bagian dari siklus alam yang membawa berkah bagi kehidupan. Bagi petani, hujan sering dianggap sebagai anugerah karena air tersedia melimpah tanpa perlu upaya penyiraman yang melelahkan. Air hujan menjadi sumber utama kehidupan tanaman, bukan sekadar membasahi tanah, tetapi juga menjalankan berbagai fungsi vital dalam pertumbuhan. Air berperan sebagai bahan baku utama fotosintesis, proses penting yang memungkinkan tumbuhan menghasilkan energi dan tumbuh subur. Selain itu, air juga berfungsi sebagai pelarut sekaligus pengangkut nutrisi dari tanah menuju seluruh bagian tubuh tanaman, sehingga unsur hara bisa diserap dengan optimal. Dalam hal fisiologi, air membantu mengatur suhu tubuh tumbuhan. Pada saat cuaca panas, air yang menguap melalui permukaan daun berperan mendinginkan jaringan tanaman agar tetap segar. Tak kalah penting, air juga menjaga turgiditas sel, yaitu tekanan dalam sel yang membuat tanaman tetap tegak, kokoh, dan tidak layu. Dengan begitu banyak fungsi penting tersebut, jelaslah bahwa hujan merupakan elemen tak tergantikan dalam kehidupan tanaman.

Namun, di balik berkah itu, hujan yang datang terus-menerus juga menyimpan tantangan besar bagi tanaman. Bagi petani hortikultura seperti cabai, tomat, atau terong, musim hujan sering kali identik dengan kerugian. Tanaman mudah terserang bercak daun, layu, hingga busuk buah sebelum sempat dipanen. Akibatnya, produktivitas menurun drastis dan harga di pasar melonjak karena stok terbatas. Kondisi cuaca ekstrem, seperti hujan dari sore hingga pagi disertai kabut, semakin memperparah risiko kegagalan panen. Meski demikian, musim hujan bukan berarti akhir dari harapan. Dengan mengenali dampak negatif sejak awal, Sobat Mitra Bertani bisa melakukan langkah pencegahan agar tanaman tetap tumbuh sehat. Artikel ini akan membahas berbagai efek musim hujan bagi tanaman sekaligus strategi menghadapi tantangan tersebut, sehingga musim hujan bisa tetap menjadi musim panen.

1. pH Tanah Menurun

Salah satu dampak utama musim hujan adalah turunnya pH tanah atau yang biasa disebut pH drop. Curah hujan tinggi menyebabkan pencucian unsur hara basa seperti kalsium, magnesium, dan kalium, sehingga tanah menjadi lebih asam. Kondisi ini berdampak langsung pada kemampuan tanaman dalam menyerap nutrisi. Akar kesulitan mengambil unsur penting, pertumbuhan menjadi lambat, dan daya tahan tanaman pun menurun. Selain itu, tanah yang terlalu asam juga menjadi lingkungan ideal bagi populasi mikroorganisme patogen untuk berkembang biak, sehingga risiko serangan penyakit semakin besar. Langkah antisipasi yang bisa Sobat Mitra Bertani lakukan yaitu dengan menggunakan dolomit sebelum tanam, ataupun rutin kocor kalsium minimal 20 hari sekali.

2. Penyebaran Penyakit Lebih Cepat

 

Musim hujan identik dengan kelembapan tinggi dan intensitas sinar matahari yang rendah. Kondisi ini menjadi pemicu utama berkembangnya jamur, bakteri, dan virus pada tanaman. Daun yang sering basah menciptakan lingkungan ideal bagi spora penyakit untuk menempel, berkembang, dan menyebar lebih cepat. Penyakit seperti bercak daun, busuk batang, hingga antraknosa biasanya melonjak tajam saat musim hujan. Sebagai langkah antisipasi Sobat Mitra Bertani bisa rutin menggunakan produk mineral pelindung tanaman, Melapisi permukaan tanaman dengan partikel mikron yang menghambat / mencegah perkembangan spora jamur patogen dan mengkondisikan permukaan tanaman agar tidak menjadi media tumbuh yang kondusif bagi patogen. Produk tersebut ibarat payung yang wajib diaplikasikan sebagai langkah pencegahan dan perlindungan.

3. Genangan Air

Curah hujan tinggi sering menimbulkan genangan air di lahan, terutama pada tanah dengan drainase buruk. Kondisi ini menyebabkan pori-pori tanah terisi air sehingga kandungan oksigen berkurang drastis. Padahal, oksigen sangat penting bagi pernapasan akar. Tanpa oksigen yang cukup, akar tanaman hortikultura seperti cabai, tomat, dan terong mudah mengalami kerusakan, bahkan membusuk. Akibatnya, penyerapan nutrisi terganggu, pertumbuhan terhambat, dan tanaman lebih rentan terserang penyakit. Sebagai langkah pencegahan, Sobat Mitra Bertani wajib mengatur dan membuat drainase yang baik sebelum dilakukan penanaman,

4. Bunga dan Bakal Buah Rontok

Musim hujan kerap memengaruhi fase generatif tanaman hortikultura. Kelembapan tinggi dan minimnya cahaya matahari membuat proses fotosintesis tidak optimal. Akibatnya, energi yang seharusnya digunakan untuk pembentukan bunga dan buah menjadi berkurang. Selain itu, kelebihan air dalam jaringan tanaman menyebabkan sel kehilangan keseimbangan turgiditas. Sel yang terlalu jenuh air (over-turgid) menjadi lebih rapuh dan mudah pecah. Kondisi inilah yang membuat bunga dan buah muda mudah rontok, baik karena faktor fisiologis maupun benturan fisik oleh air hujan. Dalam kondisi basah karena air hujan, benangsari lengket satu sama lain karena terikat oleh air, sehingga tidak bisa bertemu dan membuahi kepala putik yang berdampak pada perontokan bunga. Langkah yang bisa sobat Mitra Bertani lakukan supaya buah tetap nyantel di musim penghujan yaitu mencukupi kebutuhan Kalium dan Boron.

5. Kerusakan Fisik Tanaman

Selain menimbulkan masalah fisiologis dan penyakit, musim hujan juga sering menyebabkan kerusakan fisik pada tanaman. Hujan deras yang disertai angin kencang bisa membuat batang patah, daun sobek, bahkan tanaman roboh. Pada lahan dengan drainase buruk, banjir atau genangan air dalam waktu lama dapat merendam perakaran hingga tanaman mati. Kerusakan fisik ini sangat merugikan bagi petani hortikultura seperti cabai, tomat, atau terong, karena satu kali hujan ekstrem dapat memusnahkan sebagian besar tanaman. Dampak ini tidak hanya mengurangi jumlah produksi, tetapi juga menambah biaya perbaikan lahan serta tenaga kerja.


Rekomendasi Produk :
CALBOVIT