Tepat dan Akurat : Pengendalian Bercak Daun, Busuk Batang, dan Layu Tanaman Cabai
Angga Syarief / Rabu,07 Juni 2023
Serangan penyakit pada tanaman cabai memang dapat memiliki berbagai pengaruh yang merugikan petani. Serangan penyakit pada tanaman cabai sering disebabkan oleh patogen penyakit berupa infeksi jamur. Patogen ini menyerang tanaman cabai dengan memanfaatkan kelemahan sistem pertahanan tanaman, menembus jaringan tanaman, dan berkembang biak didalamnya. Dapat menyebar dengan mudah melalui berbagai cara termasuk melalui air, tanah, angin, sentuhan manusia, atau melalui benih yang terkontaminasi.
Penting bagi kita mengetahui cara tepat mengendalikan penyakit pada tanaman cabai melalui langkah pencegahan dan pengendalian guna menjaga pertumbuhan tanaman. Identifikasi patogen penyakit secara akurat dan penggunaan beberapa metode pengendalian yang tepat dapat membantu mengatasi serangan penyakit termasuk infeksi jamur dengan lebih efektif. Dengan begitu, tanaman akan terjaga kesehatan dan produktivitasnya. Beberapa kiat pengendalian dan pencegahan ini akan coba dibocorkan caranya oleh Mas Rohmad. Terbilang belum lama menjadi petani cabai dimana sekarang ini sedang menghabiskan kesehariannya disawah tepatnya di Dusun Candi, Desa Pringapus, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung.
Meskipun terbilang petani cabai pemula, tetapi tidak ada salahnya jika kita sama-sama belajar bersama beliau. Sebab banyak ilmu yang bisa kita adopsi dari beliau. Terbukti berhasil dimusim tanam ketiga ini karena perbandingannya dengan lahan tetangga dimana banyak yang mengalami kendala karena serangan penyakit. Ditambah lagi daerah beliau termasuk zona merah akan serangan penyakit seperti bercak daun, layu fusarium bahkan antraknosa. Sampai sejauh ini, tanaman beliau mampu bertahan, pastinya terdapat kiat-kiat yang beliau aplikasikan. Kiatnya akan kami bongkar dibawah ini.
Pupuk Dasar
Pupuk dasar yang beliau gunakan yaitu pupuk kandang ayam petelur, pupuk kimia ZA, dan kapur dolomite. Luasan lahan sekitar ± 1.500 m2 beliau menghabiskan 15 karung pupuk kandang ayam petelur, 40 kg pupuk kimia ZA, dan 12 karung kapur dolomite. Mulai dari sinilah awal kesalahan yang beliau lakukan. Penggunaan pupuk dasar memang tidak bisa sembarangan. Dalam pemberian pupuk dasar kita juga sebisa mungkin menyesuaikan dengan musimnya. Beliau menyadari kesalahannya ketika efek yang dirasakan dalam penggunaan pupuk kimia ZA dengan dosis tinggi, membawa dampak yang kurang baik untuk tanamannya. Beberapa tanaman beliau banyak mengalami serangan penyakit seperti bercak daun, busuk batang, dan busuk ranting.
Setelah beliau mencari tahu, bahwa pengaplikasian pupuk kimia dengan kadar nitrogen yang tinggi justru membawa malapetaka bagi tanaman terutama saat musim penghujan. Kadar nitrogen tinggi bisa memicu timbulnya patogen penyakit sebab unsur nitrogen itu sendiri bisa menjadi sumber makanan bagi patogen penyakit. Ditambah lagi tingkat kelembapan area lahan beliau yang meningkat karena musim hujan, juga membuat laju pertumbuhan patogennya meningkat pesat. Dari sinilah beliau mulai memahami, dimana sudah menjadi kebiasaan beliau selalu pemberian pupuk kimia dengan kadar nitrogen memakai dosis tinggi, akan berdampak kurang baik untuk tanaman. “Sebagai pembelajaran dan pengalaman saya Mas Zaki, musim berikutnya saya akan lebih berhati-hati” ujar Mas Rohmad.
Pengendalian Penyakit
Menyadari efek samping pemberian pupuk kimia dengan dosis tinggi berakibat penyakit pada tanaman beliau, segera mungkin beliau melakukan langkah pengendalian. Untuk mengendalikan penyakit berupa bercak daun, busuk ranting dan batang beliau spray menggunakan fungisida bahan aktif Simoksamil dan fungisida bahan aktif Mankozeb serta kalsium. Interval penyepraiannya beliau rutinkan yakni 2 hari sekali. Aturan pengaplikasiannya, pertama beliau spray 1 SDM fungisida bahan aktif Simoksamil + 2 SDM fungisida bahan aktif Mankozeb dicampur menjadi satu dan dilarutkan kedalam 16 liter air. Selang 2 hari beliau ganti spray dengan kalsium dengan dosis 3 SDM/16 liter air. Kemudian melakukan rotasi atau pengulangan seperti awal sampai tanaman mulai menampakkan kesembuhan. Jika tanaman mulai terlihat membaik kemudian intervalnya beliau renggangkan menjadi 3 hari sekali dengan dosis yang sama. Ketika gejala mulai menghilang baru beliau berhentikan pengaplikasian.
Serangan penyakit seperti bercak daun, busuk batang dan ranting ini mulai terjadi ketika tanaman akan memasuki masa pembuahan. Fase pembuahan atau generatif ini memang fase riskan-riskannya tanaman mulai terserang penyakit. Perpindahan dari fase vegetatif ke generatif pada tanaman adalah saat kritis dalam siklus hidup tanaman. Selama transisi ini, tanaman mengalami perubahan fisiologis yang signifikan termasuk perubahan hormonal dan pertumbuhan struktural. Oleh sebab itu, ketika tanaman mengalami siklus perpindahan inilah yang membuat daya tahan tanaman mengalami perubahan. Tetapi disini Mas Rohmad tidak cukup mengaplikasikan fungisidanya sebagai langkah kuratif, beliau turut tetap melakukan langkah preventif selama fase generatif. Tetap spray menggunakan fungisida bahan aktif Mankozeb dan bahan aktif Propineb yang dirolling dengan masing-masing dosis 1 SDM/16 liter air interval 4 hari sekali.
Pengendalian Layu
Dalam menjaga tanaman beliau dari tingkat serangan layu beliau turut mengaplikasikan kapur dolomite dan asam humat POWERSOIL yang dicampur. Perbandingan yang beliau gunakan 25 kg kapur dolomite : 6 SDM POWERSOIL. kemudian racikan ini beliau taburkan pada lubang tanam dengan dosis 1 SDM/lubang tanam dengan interval 30 hari sekali. Merasakan cukup berbeda perubahannya menurut beliau dengan pengaplikasian tersebut. Manfaat peracikan ini adalah untuk menjaga pH tanah dan juga memperbaiki tanah baik secara fisik, kimia, maupun biologis sehingga tanaman juga akan mudah menyerap nutrisi didalam tanah. Perlu kami singgung kembali, tanaman yang mengalami kelayuan rata-rata disebabkan karena pH tanahnya drop sehingga ketika pH tanah mengalami penurunan, tanaman akan kesulitan menyerap nutrisi dan menjadikan tanah tersebut masam. Jika tanah terlalu masam akan membuat media tumbuh patogen penyakit. Maka dari itu kombinasi antara kapur dolomite dengan asam humat cukup efektif mengendalikan layu fusarium.
Kebutuhan Nutrisi
Langkah yang dilakukan setelah pengendalian penyakit, beliau melakukan langkah penyembuhan dengan genjot nutrisi. Tentu fase setelah tanaman sembuh dari penyakit membutuhkan nutrisi cukup banyak untuk menjaga daya tumbuhnya. Ada beberapa nutrisi yang beliau gunakan antara lain dengan pupuk mikro VITARONSL, MORDENFOL, dan KALINET.
Dosis VITARONSL beliau menggunakan 1 tutup botol/16 liter air dengan interval 7 hari sekali. Alasan beliau menggunakan VITARONSL adalah untuk memperbaiki sel-sel tanaman serta menjaga tanaman dari tingkatan stres pasca serangan penyakit. Kemudian beliau selingi dengan pupuk MORDENFOL dengan dosis 2 tutup botol/16 liter air. Beliau berfokus untuk memulihkan daun kembali agar kembali hijau normal dan juga menumbuh pupus agar tetap dapat tumbuh. Dengan begitu, tanaman juga akan terbantu nutrisinya melalui proses fotosintesis.
Selepas itu, ketika tanaman mulai tampak berbuah beliau fokus pemberian pupuk kalium KALINET dengan dosis 3 tutup botol/16 liter air. Pasca serangan penyakit banyak tanaman beliau mulai dari daun, bunga dan buah yang mengalami kerontokan. Dalam langkah pemulihannya, beliau mengaplikasikan pupuk KALINET agar dapat merangsang tumbuh kembali bunga serta buahnya. Interval spray lebih melihat kondisi lingkungan, saat menjumpai musim hujan beliau berfokus spray 3 hari sekali tetapi ketika sudah mulai musim kemarau beliau aplikasi spray 4 hari sekali. Tetapi disini beliau juga masih mengaplikasikan pupuk MORDENFOL bersamaan dengan pupuk KALINET. Cara pengaplikasiannya secara rolling / bergantian, semisal 2x spray KALINET kemudian 1x spray MORDENFOL dan melakukan pengulangan. Tujuan beliau penerapan aplikasi ini adalah untuk menjaga tanaman tetap berbuah dan memelihara daun agar membantu tanaman untuk mencukupi nutrisi melalui proses fotosintesis.
Memang repot saat bertepatan perpindahan musim seperti yang dirasakan Mas Rohmad. Awalnya tepat dimusim hujan, selang beberapa bulan mulai berpindah ke musim kemarau. Sebab inilah yang menjadikan beliau menyebutnya bertepatan dengan musim ekstrim. Perlu menerapkan langkah prevetif dan kuratif agar menjaga kesehatan dan produktivitas tanaman.
“Tetap terus belajar dan belajar, kesalahan kita jadikan sebagai pengalaman. Jangan mudah menyerah pokoknya, tetap semangat.” Pesan Mas Rohmad.
Demikian artikel ini kami buat, selengkapnya akan kami tayangkan disini.
Cari
KATEGORI : |
---|
Pengetahuan |
Kiat Pertanian |
Solusi Masalah |
Berita Inspirasi |