Artikel

Tanpa Olah Lahan Selama 2 Tahun ! Tips Sukses Budidaya Cabai dilahan Bekas

Tanpa Olah Lahan Selama 2 Tahun ! Tips Sukses Budidaya Cabai dilahan Bekas


Angga Syarief / Rabu,08 Maret 2023

Pemanfaatan lahan bekas untuk budidaya tanaman memang sangatlah menguntungkan. Dari segi biaya dan tenaga, kita tentu bisa lebih menghemat pengeluaran dimana yang seharusnya kita merombak lahan kembali dengan sewa tractor maupun sewa tenaga dan juga meminimalisir biaya pemupukan. Akan tetapi ada resiko tersendiri jika kita memanfaatkan lahan bekas karena pada lahan itu sendiri tentu masih menyisakan spora jamur atau mikroorganisme jahat didalam tanah.

Terkadang yang menjadikan penurunan kualitas panen suatu tanaman adalah petani kurang memperhatikan bagaimana cara budidaya tanaman yang tepat dilahan bekas itu sendiri. Petani umumnya hanya cukup asal menanam, seolah-olah seperti menggunakan lahan baru. Artikel kali ini kita akan belajar bersama dengan salah satu petani tentang bagaimana pemanfaatan lahan bekas yang tepat. Kita akan belajar bersama Pak Joko, salah satu petani cabai yang beralamat tinggal di Desa Mranggen Tengah, Kecamatan Bansari, Kabupaten Temanggung. Saat ini, beliau mencoba menanam komoditas cabai dilahan bekas. Sebelumnya, musim tanam pertama beliau menanam tanaman cabai, setelah itu mencoba menanam tanaman tembakau dan musim tanam sekarang ini beliau kembali mencoba menanam tanaman cabai. Lahan yang beliau gunakan adalah lahan bekas tanpa olah lahan sama sekali. Jadi, sekitar kurang lebih 2 tahun ini beliau memanfaatkan lahan bekas beliau. Yang menjadi suatu ketertarikan kami untuk berkunjung dilahan beliau ini adalah tanaman cabai beliau masih tumbuh dengan baik meski ditanam dilahan bekas yang tanpa olah lahan. Menurut Pak Joko sendiri, petani bisa memanfaatkan lahan bekas jika awal pengolahan lahannya tepat. Pak Joko menegaskan “jika kita olah lahan dengan pemupukan yang tepat dan sesuai dosisnya, sekali olah bisa buat musim tanam berkali – kali”. Jadi seperti inventasi, sekali olah bisa dimanfaatkan untuk menanam lebih dari satu kali. Kami akan membongkar rahasia awal olah lahan beliau dibawah ini.

Pupuk dasar

Lahan dengan luasan kurang lebih 1.000 m2 dengan muat sekitar 2.000 batang cabai, awalnya beliau cukup menggunakan pupuk dasar 100 karung pupuk kandang dan 200 kg pupuk SP-36. Beliau kerap tidak menggunakan pupuk dasar lain yang mengandung nitrogen tinggi jika bertepatan dengan musim penghujan. Pengaruh pemberian pupuk yang mengandung nitrogen secara berlebihan bisa menjadi sumber makanan patogen penyakit. Kebutuhan unsur nitrogennya cukup menggunakan air hujan, dimana kandungan air hujan ini dominan akan unsur nitrogennya. Mengingat juga bahwa lahan yang beliau gunakan adalah lahan bekas. Akan bahaya jika terlalu memaksa memberi pupuk yang mengandung nitrogen secara berlebihan. Yang kenyang bukan tanamannya malah jamur patogennya.

Lubang tanam

Pembuatan lubang tanam pada bedengan, cara beliau cukup unik beda dari petani pada umumnya. Pembuatan lubang tanam pada bedengan beliau cukup banyak. Ada lubang untuk tanam dan ada juga lubang untuk pemberian pupuk susulan.

Penanaman

Ketika usai panen tanaman tembakau beliau menunggu beberapa minggu untuk menanam tanaman cabai. Biasanya setelah bekas penanaman suatu tanaman, perlu melakukan sterilisasi lahan kemudian pemberian nutrisi kembali sebelum tanam. Tetapi beda halnya dengan cara pola tanam beliau. Tanpa sterilisasi dan pemberian nutrisi, beliau langsung menanam dilubang samping bekas tanam tanaman tembakau.

Hasil panen

Saat ini, beliau sudah melakukan pemanenan sebanyak 15 kali. Dari pengalaman menanam baik itu tanaman cabai merah besar maupun cabai merah keriting, beliau merasakan keuntungan panen saat penanaman cabai rawit merah. Secara produktivitas tentu lebih tinggi cabai merah rawit dibandingkan jenis cabai lainnya. Satu kali petik beliau bisa mencapai angka 70 kg.

Metode tanam

Pola tanam beliau ini cukup beda dari yang lain. Penanaman cabainya dilubang tanam, lalu disebelahnya ditanam cabai. Kemudian jarak sekitar 40 cm baru ditanam tanaman cabai kembali dengan pola tanam itu kembali. Cara ini beliau lakukan untuk mendapatkan kuantitas tinggi.

Perawatan fase generatif

Rahasia petikan per tanaman mencapai 1 kg adalah aplikasi spray secara rutin. Aplikasi spray beliau menggunakan pupuk phospat “MORDENFOL” dosis 6 tutup botol, pupuk kalium “KALINET” 6 tutup botol, dan mineral pelindung tanaman “KOVERWP” 2 SDM yang dilarutkan kedalam 16 liter air. Beliau menyadari, dosis yang beliau gunakan cukup berlebihan akan tetapi beliau mempunyai alasan tersendiri. Alasan pertama beliau tidak melakukan pengocoran sama sekali, alasan kedua lahan yang beliau gunakan adalah lahan bekas dan alasan yang ketiga sengaja untuk meningkatkan produktivitas tanaman.

Hasil penggunaan tiga bahan ini, dari segi produktivitas memang terbukti. Banyak bakal buah dan buah berbobot. Selain itu, bunganya pun banyak yang tidak rontok.

Beliau lebih mengedepankan pemberian nutrisi daripada penanganan atau pencegahan seperti aplikasi insektisida maupun fungisida. Ketika kebutuhan nutrisi untuk tanaman itu tercukupi secara otomatis tanaman akan sehat. Layaknya manusia, jika kita bisa menerapkan 4 sehat 5 sempurna pasti tubuh kita akan sehat dan terjaga dari serangan penyakit. Jadi beliau memang membiasakan tanaman untuk selalu tercukupi nutrisinya, tidak harus melulu fokus pemberian insektisida maupun fungisida.

Pupuk susulan

Rahasia kedua tanaman cabai beliau bisa mendapati produktivitas tinggi adalah dengan pemberian pupuk susulan. Pupuk susulan yang beliau gunakan adalah pupuk NPK Mutiara 16-16-16 dari Yaramila. Untuk populasi sekitar 2.000 tanaman beliau cukup menggunakan 9 kg pupuk NPK dan dosis yang diberikan dilubang susulan cukup setengah sendok makan. Terlihat diatas pupuk NPK Mutiara terdapat pupuk kandang. Sengaja beliau aplikasikan agar menutup penguapan dari pupuk NPK itu sendiri. Langkah antisipasi sudah beliau lakukan sedemikan untuk menjaga efek samping dari pemberian pupuk kimia.

Aplikasi fungisida

Aplikasi fungisida yang beliau terapkan tidaklah rutin. Beliau lebih melihat kondisi tanamannya dahulu. Bila dirasa tanaman membutuhkan aplikasi spray fungisida baru beliau aplikasikan. Dosis yang beliau gunakan pun tidaklah banyak, satu kali spray cukup menggunakan 1 SDM/16 liter air. Seharusnya, dari serangan jamur patogen baik itu gejala antraknosa, layu, maupun bercak daun seharusnya tinggi karena ketinggian daerah beliau termasuk tinggi sekitar 1.100 MDPL. Dengan ketinggian daerah yang cukup tinggi ini ditambah lagi intensitas hujan yang tinggi pula akan meningkatkan kelembapan dimana pada akhirnya memicu tumbuhnya jamur patogen.

Kesimpulan artikel kali ini adalah dalam budidaya tanaman yang paling pokok itu adalah memenuhi kebutuhan nutrisi. Jika tanaman dari nutrisinya saja sudah tercukupi maka tanaman itu akan sehat dengan sendiri meski ditanam dilahan bekas sekalipun. Cara seperti ini seperti metode dari professor cabai, dimana membuat tanaman cukup nutrisi dan sehat tanpa harus rutin langkah pencegahan dan pengendalian. Prinsipnya lebih baik mencegah daripada mengobati.

“kalau ingin menanam cabai sebisa mungkin selalu memenuhi kebutuhan nutrisi, jangan melulu terpatok mengobati” Pesan Pak Joko kepada kita.

Demikian artikel ini kami buat, lengkapnya bisa ditonton disini.


Rekomendasi Produk :
KALINET
KOVER WP
MORDENFOL