Artikel

Tanaman Padi Mengalami Gejala “Asem-Aseman”, Begini Solusinya

Tanaman Padi Mengalami Gejala “Asem-Aseman”, Begini Solusinya


Farid & Widodo / Jumat,14 Februari 2020

Sering kita jumpai tanaman padi yang beberapa helai daunnya dalam setiap rumpun menguning, kemudian dalam beberapa hari kemudian mengering. Sebaiknya jangan terburu-buru memvonis kondisi yang demikian sebagai serangan hama ataupun penyakit baik akibat serangan jamur (blast) maupun bakteri (hawar daun). Terlebih dahulu kita harus mendiagnosa penyebabnya. Sebab masalah tanaman padi yang sering disebut asam-asaman ini nyaris sama dengan gejala hawar daun maupun blast yang mentargetkan serangannya pada daun. Masalah ini umumnya terjadi pada musim tanam ke-2 (MT-2).

Asam-asaman adalah suatu gejala dimana daun padi menguning kemerahan diawali dari ujung menjalar ke pangkal daun, tak lama kemudian mengering dan pertumbuhan macet. Ketika tanaman dicabut akarnya tampak berwarna cokelat seperti warna besi berkarat, mudah mengelupas dan sebagian membusuk. Jika terlambat ditangani dengan baik, pertumbuhan padi nantinya akan terhenti, anakan tidak terbentuk dan bisa berujung pada kegagalan tanam.

Pada kesempatan ini kita akan berbagi cerita tentang pengalaman petani asal Magelang yang menanam padi dan mengalami kendala pada tanamannya. Beliau adalah Pak Harno, dari dusun Candisari, desa Mranggen, kecamatan Srumbung.

Kendala dan Pengamatan

Pada umur sekitar 30 hari, tanaman padi Pak Harno mengalami gejala menguning kemerah-merahan pada daunnya. Serta merta Pak Harno mengidentifikasi beebrapa kemungkinan yang terjadi pada tanaman padinya.

Yang pertama bisa karena sundep yang berdampak memotong alur nutrisi hara dari bawah. Kedua bisa juga karena serangan wereng. Ketiga kemungkinan karena kekurangan pupuk atau nutrisi. Keempat karena serangan bakteri ataupun jamur patogen. Kemungkinan pertama, kedua dan ketiga dicoret karena tidak ditemukan hama sundep maupun wereng, pemupukan juga sudah memadai. Kemungkinan faktor keempat harus dipastikan. Atas anjuran tim MMT dan pantauan langsung Ajie Susilo, dilakukan pencabutan tanaman yang terserang hingga akarnya.

Dari pengamatan pada akarnya tampaklah serabut akar tidak berkembang, sebagian besar berwarna kecoklatan hampir membusuk, padahal padi tersebut baru pada fase pembentukan titik-titik pertumbuhan yaitu pada akar dan tunas. Akar-akar yang rusak tersebut tidak bisa lagi menyalurkan nutrisi hara hingga ke daun sehingga beberapa helai daun menguning, mati dan mengering. Melihat gejala tersebut dapat disimpulkan penyebabnya adalah media (kondisi tanah sawah) dimana perakaran berada. Banyak praktisi pertanian (petani dan penyuluh lapang) menamainya asam-asaman.

Faktor Penyebab

Apa sebenarnya penyebab gejala asam-asaman pada tanaman padi ini? Sudah barang tentu kondisi pH tanah yang di bawah ambang normal untuk tanaman padi yaitu 5,5 – 6. Namun kondisi ini tidak berdiri sendiri melainkan ada beberapa hal penyebab yang lain :

  • Terjadinya pada tanaman padi MT-2, dimana masih banyak terdapat sisa-sisa jerami yang ditraktor dan mengalami proses membusukan / dekomposisi anaerobik dalam tanah terutama bagian rhizosfer (sekitar perakaran).
  • Mikroba-mikroba anaerobik menghasilkan senyawa-senyawa asam, sulfida, pirit dan lain sebagainya sehingga tanah menjadi masam.
  • Sebagian mikroba anaerobik juga menyereng (mendekomposisi / membusukkan) akar-akar muda tanaman padi. Ditandai warna akar yang menguning kecokelatan seperti besi berkarat, agak licin jika dipegang dan kulit akar mudah mengelupas.
  • Dampak kerusakan lebih besar pada sawah-sawah yang cara panennya dengan potong malai (tidak dibabat) dan jerami tidak dibawa keluar dari sawah.
  • Gejala akan semakin parah setelah diberikan pupuk susulan berupa urea.
  • Tidak ada tenggang waktu cukup lama antara panen MT-1 dengan penanaman MT-2 untuk mengistirahatkan sawah dam membusukkan sisa-sisa jerami hingga tuntas.

Mencukupi lahan sawah dengan bahan-bahan organik seperti sisa-sisa jerami memang sangat dianjurkan untuk memelihara kondisi fisik, kimia dan biologi tanah. Tetapi bahan-bahan organik tersebut harusnya sudah terdekomposisi atau terurai dengan baik. Dekomposisi bahan organik prinsipnya adalah menurunkan C/N rasio (perbandingan karbon dengan nitrogen) pada angka yang ideal yaitu 12 – 15, dimana angka tersebut mendekati C/N ratio tanah yang cukup dengan bahan organik dan layak ditanami. Bahan-bahan organik yang masih segar mempunyai C/N ratio yang masih tinggi (tergantung bahannya).  Jerami dan batang padi mempunyai C/N ratio 50 – 70. Untuk menurunkan menjadi 12 perlu waktu pengomposan berbulan-bulan jika secara alamiah, atau beberap minggu jika dengan bantuan mikroba pengurai (dekomposer). Suasana yang dibutuhkan untuk proses dekomposisi ini adalah aerob atau memerlukan oksigen cukup.

Namun apa jadinya jika bahan-bahan organik berupa sisa-sisa jerami tersebut tidak mengalami dekomposisi terlebih dahulu?  Dengan alasan mengejar musim hujan yang tersisa biasanya petani tidak menunggu waklu lama untuk segera mengolah tanahnya kembali untuk ditanami padi MT-2. Dalam proses olah tanah dengan traktor sisa-sisa jerami yang masih segar akan tergilas masuk ke dalam tanah yang berair dan minim oksigen. Di sinilah sisa-sisa jerami itu akan dimanfaatkan dan diurai oleh mikroba anaerobik atau fakultatif (BAN), menghasilkan senyawa-senyawa toksin, senyawa pengurai, dan menyuburkan mikroba-mikroba anaerobik dan fakultatif baru semakin banyak.

Senyawa-senyawa yang merugikan tanaman tersebut diantaranya amonia / NH3 (bukan amonium / NH4), hidrogen sulfida (H2S), dan metana (CH4) serta senyawa lainnya seperti amines. Jika penciuman kita cukup peka keberadaan hidrogen sulfida dan amine akan tercium dari bau lumpur sawah yang anyir atau amis.

Mengatasi Asam-asaman

Sedangkan untuk mengatasi kasus asam-asaman yang sudah terjadi di lahan kita, berikut beberapa metode yang sudah sering dilakukan oleh petani dan memberikan hasil positif.

  1. Untuk sementara tunda dulu pemberian pupuk susulan terutama urea.
  2. Kurangi ketinggian air sawah sehingga tidak tergenang (bahasa Jawa : nyemek-nyemek /macak-macak).
  3. Dalam kondisi tanah tidak tergenang taburkan dolomit dengan jumlah menyesuaikan rekomendasi setempat (berbeda untuk tiap jenis tanah). Pada kasus lahan Pak Harno ini hanya membutuhkan 1 zak dolomit untuk 1000 m2 lahan, karena penaburan hanya diutamakan pada blok-blok yang terserang.
  4. Semprotkan pupuk organik enzim VIGORIN (40 ml per tangki 16 L),dan pupuk yang mengandung silika dan unsur mikro dalam bentuk tepung yaitu KOVER WP (2 sendok makan munjung per tangki). Sangat disarankan agar dicampur dengan pupuk daun lain maupun pestisida untuk sementara waktu. Utamakan penyemprotan mengenai pangkal atau bagian bawah batang. Untuk hasil yang lebih bagus ulangi 3 – 5 hari kemudian.
  5. Jika sudah muncul tunas-tunas baru dan gejala asam-asaman telah berhenti / tidak bertambah, silahkan cek kondisi akar. Apabila sudah mulai tumbuh serabut akar baru berwarna putih maka pemupukan susulan sudah boleh dilanjutkan.

Penaburan dolomit tujuannya untuk meningkatkan pH tanah dan mereduksi terbentuknya gas-gas hidrogen sulfida.

VIGORIN mengandung enzim-enzim metabolit yang meningkatkan aktivitas metabolisme tanaman. Pembentukan sel-sel baru akan meregenerasi sel-sel tanaman padi yang telah rusak atau terganggu. Hasilnya adalah percepatan pertumbuhan tunas dan akar-akar baru menggantikan tunas dan akar yang bermasalah. Di sisi lain meningkatnya proses metabolisme menyebabkan aktivitas sekresi juga meningkat. Sekresi akar adalah pengeluaran senyawa-senyawa organik sisa-sisa metabolisme yang tidak terpakai melalui akar yang materialnya disebut eksudat. Eksudat akar ini bisa mengandung senyawa organik sisa yang bermanfaat bagi mikroba rhizosfer, bisa pula mengandung fitoaleksin atau semacam senyawa antibiotik alami sebagai respon terhadap serangan organisme patogen, bisa pula berupa senyawa-senyawa yang mengandung anion yang digunakan sebagai “mata uang” pertukaran kation hara dari tanah. Mekanisme regenerasi jaringan sel-sel dan eksudasi akar dengan aplikasi VIGORIN inilah yang berperan dalam menanggulangi dampak gejala asam-asaman pada tanaman padi.

Sedangkan KOVER WP berguna untuk memperkuat sel-sel tanamaan padi yang baru berkembang sehingga menghasilkan figur fisik tanaman yang lebih tahan.

Keterangan gambar: Interval aplikasi pertama dan kedua adalah 3 hari

Hasil Aplikasi

Cara-cara diatas itulah yang telah dilakukan oleh Pak Harno untuk mengatasi kendala tanaman yang mengalami asam-asaman. Setelah 2x aplikasi seperti yang dilakukan di atas, hasil sudah tampak positif. Pemupukan susulan dilanjutkan, dan Pak Harno menambahkan 1x lagi aplikasi agar lebih tuntas, kata beliau. Beliau juga menyampaikan ada juga yang daunnya tinggal sedikit yang hijau, lambat laun berselang 20 hari daun bisa bertumbuh lebih banyak dan lebih punya harapan untuk panen dengan hasil yang optimal. Hingga tulisan ini diturunkan, tanaman padi Pak Harno masih dalam fase vegetatif atau pertumbuhan yang terys membaik, jadi belum bisa didapat jumlah hasil panennya.

Semoga panen padi kali ini berhasil dengan memuaskan bagi Pak Harno dan menginspirasi mitra-mitra petani yang lain. Salam bertani !

 


Rekomendasi Produk :
POWERSOIL
VITARON
ORINIT