Penciptaan Inovasi Baru Tanaman Cabai Keriting oleh Sang Guru
Angga Syarief / Selasa,20 September 2022
Menciptakan sebuah inovasi adalah sebuah pembaruan untuk berkembang lebih baik. Banyak dijumpai untuk era sekarang ini sebuah ribuan inovasi baik dalam bidang teknologi, kesehatan, maupun bergerak dibidang usaha. Tidak hanya bidang itu saja, sektor pertanian pun tidak ingin kalah. Baru-baru ini dunia pertanian sudah mulai banyak sebuah inovasi-inovasi baru, dimana inovasi tersebut berdampak membawa perubahan pada tanaman.
Kali ini, kita akan belajar tentang sebuah inovasi dari salah seorang petani yang sudah mahir dan berpengalaman lama didunia pertanian, sampai-sampai beliau sering dipanggil sang guru oleh petani lainnya, yak beliau Bernama “Pak Slamet”. Beralamat tinggal di Kelurahan Donoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman. Keseharian beliau selain bertani, juga turut terjun sebagai penyuluh kepada petani-petani lain. Datang ke lahan langsung, bercerita tentang perawatan tanaman sesama petani ini seperti membuka kelas tanya jawab. Tidak heran, beliau sudah banyak dipercaya ilmunya oleh petani lain. Maka dari itu, kami tertarik untuk mengulas sebuah inovasi beliau tentang perawatan cabai merah keriting. Bagaimana kisahnya? Yuk kita kupas dibawah ini.
Olah lahan & pupuk dasar
Pak Slamet kerap sekali mengolah lahan hanya sekali olah lahan tetapi bisa dipakai sampai bermusim-musim tanam. Cara seperti ini menurut Pak Slamet akan lebih menghemat baik dari segi biaya maupun tenaga. Bertepatan dengan musim kemarau, untuk lahan kali ini beliau menggunakan pupuk dasar NPK Phonska, ZA, Ferthipos, Petrocas (kapur pertanian), dan pupuk kandang. Beda dengan petani pada umumnya, dalam berbudidaya cabai jarang menggunakan pupuk kimia ZA karena pupuk tersebut unsur nitrogennya tinggi tetapi beliau malah menggunakan pupuk ZA sebagai pupuk dasaran. Alasannya kenapa? Eiitsss… jangan buru-buru, sebelum membahas alasan beliau, kita bahas pembuatan bedengan versi beliau dulu yuk.
Pembuatan bedengan versi beliau sama dengan pembuatan bedengan pada umumnya. Yang menjadi pembedanya adalah pola tanam beliau. Bedengan yang sudah jadi kemudian beliau tutup dengan plastik mulsa. Lalu beliau membuat lubang tanam dengan pola 2:1:2:1 dalam satu bedeng dua lajur bagian tepi plastik. Jarak tanam yang beliau gunakan untuk jarak tanam lubang satu ke lubang dua yaitu 50 cm, sedangkan jarak antara dua lubang tanam adalah 10 cm. Inovasi pertama pola tanam ini tujuannya adalah menambah populasi tanaman serta berani melakukan hal ini karena bertepatan dengan musim kemarau. Pernah melakukan inovasi pola tanam sebelumnya, ketika musim penghujan pola tanam beliau untuk satu bedengan cukup dengan satu lajur bagian tengah bedengan dan jarak tanam hanya 20 cm. Mengapa berbeda? Ini karena menurut beliau pola tanam antara musim kemarau dengan penghujan harus dibedakan. Untuk musim penghujan dengan pola tanam yang sudah disebutkan tadi agar tanaman tidak terlalu berdesakan karena apabila diterapkan sama halnya pola tanam musim kemarau, tingkat kelembapan akan meningkat sehingga serangan patogen penyakit akan mudah menyerang. Dengan memperhatikan pola tanam seperti ini tentu akan menguntungkan karena tingkat kelembapan menurun, sirkulasi udara lancar, intensitas cahaya yang masuk optimal serta tanaman tidak berebut nutrisi.
Pengkocoran
Kocor beliau lakukan saat fase generatif menginjak tanaman berumur 5 HST. Bahan kocor yang beliau gunakan adalah CAL-HA pupuk yang kaya akan unsur hara kalsium serta ditambahn asam humat. Nah, ini menjawab mengapa alasan beliau menggunakan pupuk ZA sebagai pupuk dasaran. Penggunaan unsur hara nitrogen sebagai pupuk dasar menurut beliau tidak menjadi masalah, cuman perlu juga penyeimbangan. Perlu kita garis bawahi, bahwa penggunaan nitrogen secara berlebih ini bisa menjadi sumber makanan patogen penyakit. Maka perlunya penyeimbangan dengan unsur hara seperti kalsium ini adalah sebagai pembentuk immune dan pelindung tubuh tanaman terhadap serangan penyakit. Peran aktif dari unsur hara kalsium “CAL-HA” ini didampingi dengan pemberian asam humat “POWERSOIL”. Kombinasi kedua bahan ini akan efektif bagi tanaman karena daya tahan tanaman meningkat, perangsang akar agar tumbuh maksimal sehingga ditambah peran asam humat “POWERSOIL” sebagai pengikat unsur hara lain dan mineral dalam tanah akan berdampak pada kesehatan tanaman. Pengkocoran kedua bahan ini, aturan dosisnya 4 sendok makan untuk 30 liter air dengan interval kocor 7 hari sekali.
Penyemprotan tanaman
Pemberian nutrisi tambahan lewat via spray beliau menggunakan MORDENFOL, pupuk cair yang fokus di magnesium pirophospat. Sudah diberikan sejak dini yaitu umur 8 HST dengan dosis satu tutup botol setiap 16 liter air. Dengan penggunaan MORDENFOL ini dirasa tanaman beliau tumbuh dengan optimal serta tanaman beliau minim terkena penyakit. Sejauh ini angka kematian tanaman beliau tidak lebih dari 1%, untuk kematian tanaman beliau rata-rata karena ulah hewan bukan karena terserang penyakit. Sehingga untuk spray insektisida dan fungisida beliau terapkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi tanaman. Bukan berarti timbul gejala baru dilakukan spray, lebih kearah melihat kondisi apabila tanaman sehat tidak perlu diberikan, akan lebih menghemat biaya dan tenaga. Tetapi jangan dijadikan patokan, beliau bisa berpendapat seperti itu sebab proses awal beliau sudah tepat, memastikan kondisi awal tanam tanaman sudah kuat dan sehat serta nutrisi terpenuhi.
Perawatan tambahan
Inovasi kedua beliau adalah perawatan CMK (Cabai Merah Keriting) dengan metode toping atau pangkas pucuk tanaman. Ini yang sangat jarang ditemui dibeberapa petani cabai lainnya, kebanyakan petani cabai hanya melakukan perempelan/pemangkasan bagian bawah tunas anakan. Dan sistem toping ini biasanya diterapkan ditanaman kacang panjang, mentimun maupun tanaman berjenis sulur lainnya. Penerapan sistem toping pada tanaman cabai keriting miliknya yaitu memangkas bagian pucuk dan menyisakan hanya 5 tunas anakan. “Cukup 5 saja mas jangan sampai lebih, kalau kelebihan nanti nutrisi yang dibutuhkan tambah dan berebut.” Itulah alasan beliau toping tanaman CMK dan menyisakan hanya 5 tunas anakan. Manfaat toping CMK versi beliau ini adalah :
1. Memaksimalkan pertumbuhan tunas anakan
2. Memaksimalkan pertumbuhan batang, sehingga batang menjadi kokoh
3. Pertumbuhan daun dan bunga pada tunas anakan akan lebih lebat
Waktu toping yang tepat menurut beliau ini ketika tanaman sudah berumur 20 HST dan jangan asal toping CMK, Pak Slamet merekomendasikan untuk toping CMK hanya untuk varietas CMK yang TAVI atau varietas cabai lokal.
Poin terpenting dalam artikel kali ini adalah kita jangan asal cuma memberikan pupuk kimia sebagai pupuk dasaran, pastikan kita paham kandungan unsur haranya. Penggunaan pupuk secara berimbang ini mulai kita jadikan perhatian untuk sahabat petani semua. Perlunya unsur hara kalsium didampingi asam humat sebagai penyeimbang pupuk kimia sehingga meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan virus.
Begitulah kisah Pak Slamet yang akrab dengan sebutan “Sang Guru Petani”. Sebelum kita tutup artikel ini, Pak Slamet meninggalkan secuil pesan kepada kita semua “Saya menyarankan untuk petani semuanya lebih jeli lagi memperhatikan pola tanam, pastikan tanaman sehat dahulu bukan diberi obat langsung”.
Demikian kisah perawatan CMK versi beliau, kisah lengkapnya bisa ditonton disini.
Cari
KATEGORI : |
---|
Pengetahuan |
Kiat Pertanian |
Solusi Masalah |
Berita Inspirasi |