Artikel

Minimalkan Dampak Serangan Virus pada Tanaman Cabai

Minimalkan Dampak Serangan Virus pada Tanaman Cabai


Admin / Rabu,21 Agustus 2019

Menanam cabai dewasa ini rasanya sulit untuk terbebas dari permasalahan penyakit klasik berupa daun mengeriting, pucuk daun mengkerut, ataupun warna daun menguning hampir serempak. Para peneliti patogen tanaman sepakat menengarai masalah tersebut diakibatkan oleh infeksi virus yang menyerang sel-sel tanaman. Virus memasuki jaringan tanaman melalui bantuan atau perantaraan serangga hama yang mengisap cairan tanaman dengan menusukkan "stilet" atau semacam lidah jarum ke sela-sela sel tanaman. Dalam saliva (air liur) serangga terdapat partikel virus yang super-mikro ukurannya. Virus tersebut ikut memasuki sel-sel tanaman dengan mudah dan akhirnya berkembang biak di dalam jaringan tanaman hingga memunculkan dampak seperti disebut di awal tadi. 

Virus tanaman merupakan partikel asam nukleat yang menyebabkan penyakit pada tanaman. Karena berujud partikel, maka virus bukanlah benda hidup. Mereka hanya bisa bereplikasi / melipatgandakan diri dengan memanfaatkan sel-sel tanaman inang, sehingga menimbulkan masalah pada tanaman. Virus disebarkan dari satu tanaman ke tanaman lain oleh vektor, seperti tangan manusia, serangga, alat pertanian, nematoda, dan jamur.

Virus yang Menyerang Cabai

Jenis-jenis virus yang paling umum menyerang tanaman cabai di Indonesia diantaranya :

1.  Virus mosaic / Tobacco Mosaic Viruses (TMV)

Awalnya menyerang tanaman tembakau. Kemudian mulai banyak menyerang tanaman golongan solanaceae / terung-terungan termasuk tomat dan cabai. Ciri dari serangan TMV berupa corak-corak kekuningan pada daun. TMV umumnya ditularkan oleh serangga thrips dan aphids (kutu daun). Mereka menyerap cairan tanaman sambil menularkan virus tersebut ke dalam jaringan sel tanaman.

 

2.  Virus gemini / pepper yellow leaf curl virus (PYLCV)

Virus ini menyebabkan daun-daun cabai berwarna kuning merata terutama dimulai dari daun-daun muda dari pucuk hingga daun-daun dewasa. Vektor / perantara virus gemini adalah serangga kutu kebul / bemisia tabacci yang juga menyerang tembakau dan terong. Virus gemini ini memblokir pembentukan klorofil sehingga tanaman tidak mampu berfotosintesis secara normal, sehingga pertumbuhan dan produktivitas terhambat.

3.  Virus keriting / chilli leaf curl  (ChiLCV) 

Ciri serangan virus ini adalah daun mengeriting baik pada daun-daun tua maupun daun-daun yang baru tumbuh. Pada daun-daun tua vektornya adalah thrips, aphid, kepik pengisap daun (hemiptera). Sedangkan pada pucuk-pucuk daun muda vektor utamanya adalah tungau. Tungau termasuk serangga berkaki 8, dan masuk dalam golongan acarina. Untuk mengendalikannya menggunakan akarisida (bukan insektisida biasa). Pada serangan akibat tungau seringkali memperlihatkan warna pucuk kuning atau cokelat muda dan bentuk daun sempit, kecil dan memanjang. Selain cabai, virus ini juga bisa menjangkiti tanaman tomat, lada, melon, semangka dan keluarga terung-terungan.

 

Penanganan Serangan Virus

Pengendalian penyakit oleh virus tidaklah mudah. Hingga saat ini tidak ada bahan kimia yang efektif dalam mematikan virus karena virus bukanlah benda hidup. Perkembangan virus hanya dapat dihambat oleh tanaman itu sendiri dengan pembentukan senyawa-senyawa fenolat. Meminimalkan serangan virus haruslah terpadu mulai dari pencegahan infeksi oleh serangga vektor, meningkatkan ketahanan tanaman, hingga memulihkan kondisi tanaman setelah serangan.

1. Pencegahan

  • mengendalikan hama-hama vektornya dengan insektisida dan akarisida (pembasmi tungau) yang tepat bahan aktif, dosis dan intervalnya.
  • merotasi jenis tanaman dengan tanaman yang tidak sefamili juga dapat menghambat mata rantai penularan virus.
  • menanam varitas tanaman yang masih resisten terhadap virus. Tanaman yang masih resisten terhadap virus adalah varietas-varietas baru tertentu, atau varietas lokal yang masih mampu memproduksi senyawa fenol secara alamiah untuk melawan virus.

 

2. Meningkatkan resistensi tanaman

Tanaman mempunyai mekanisme alamiah dalam bertahan dari gangguan apapun dengan pembentukan senyawa fenolat. Selain untuk beradaptasi melawan cuaca, fenol digunakan untuk menghambat replikasi virus. Namun ketika gangguan terlalu berat dan bermacam-macam, tanaman akan kewalahan. Pembentukan zat fenol  ini selain membutuhkan unsur hara yang cukup, juga membutuhkan energi yang sangat besar. Tanaman memperoleh energi dari sinar matahari dan senyawa Adenosine Triphosphate (ATP). Saat memasuki fase generatif atau di saat menghadapi perubahan cuaca yang tak stabil energi tanaman terkuras. Itulah sebabnya pada fase-fase tersebut penyakit lebih mudah masuk dan berdampak pada tanaman.

Lantas bagaimana jika kita sudah memberikan pupuk fosfat secara cukup namun kondisi tanaman masih lemah? Hal ini menandakan unsur P tidak terserap secara optimal karena berbagai kendala pada tanah seperti pH dan sifat fisik tanah. Unsur P hanya cukup bagi pembentukan organ-organ seperti bunga, biji, tunas dan percabangan, tanpa tersisa untuk pembentukan energi tanaman. Untuk itu berikan unsur P agak melebihi kebutuhan standar tanaman terutapa pada fase-fase peralihan. MORDEN-FOL merupakan pupuk spesial fosfat dan magnesium dalam bentuk cair yang paling cocok untuk keperluan tersebut.

 

3.  Pemulihan tanaman

Ini bagian yang tak kalah penting dan kebanyakan kita lupakan. Tanaman yang terdampak oleh virus tentu akan menurun kualitas pertumbuhan dan produktivitasnya, sehingga perlu selalu kita pulihkan kondisinya. Usaha pemulihan ini "tidak" harus menunggu hingga virus dan hama-hama vektornya berhasil dikendalikan. Tetapi harus dilakukan secara rutin dan berkesinambungan. Perlu diketahui, setiap tanaman yang terserang virus selalu berusaha untuk memulihkan dirinya sendiri secara alamiah agar dapat bertahan hidup. Namun seringkali tanaman kewalahan menghadapi perkembangan virus yang cukup massive. Untuk membantu tanaman dalam memulihkan kondisinya, perlu dibantu dengan pemberian VITARON yang mengandung unsur-unsur mikro dalam komposisi yang tepat, disamping pemupukan dan pengendalian hama secara berkesinambungan. Ketika tanaman berhasil dipulihkan tugas selanjutnya adalah  mempertahankan produktivitas atau mengejar kerugian yang terjadi selama tanaman terdampak virus. Aplikasi KALINET adalah pilihan paling tepat untuk mengejar produktivitas panen. 

Ada sebuah pertanyaan: "Mengapa tanaman cabai varitas lokal (non hibrida) lebih tahan terhadap virus?". Jawabannya, karena varitas-varitas lokal masih belum mengalami rekayasa genetika, dimana sifat-sifat ketahanan alamiahnya (termasuk daya tahan terhadap dampak virus) masih bertahan. Berbeda dengan varitas hibrida yang memang didesain untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi, sehingga sifat-sifat genetik daya tahan alamiahnya tergantikan oleh sifat kemampuan produktivitas tinggi dengan kualitas panen yang lebih baik. Namun dari pantauan kami, dimana wilayah-wilayah tertentu yang sangat intensif menanam varitas lokal pun akhirnya tak luput juga dari serangan virus. Bagi si virus ibarat pepatah "tak ada rotan, akar pun jadi. Tak ada tanaman hibrida, lokal pun mau". 

 

 


Rekomendasi Produk :
KALINET
VITARON
MORDENFOL