Kiat Pengendalian Virus : Abu Batok Kelapa Efektif Mengendalikan Serangan Kuning Cabai
Angga Syarief / Sabtu,08 Juli 2023
Berbagai macam kendala saat kita mencoba budidaya tanaman terutama tanaman cabai pastinya tentang serangan hama dan penyakit. Dua gejala ini timbul juga karena identik dengan musim. Ketika musim kemarau akan lebih rentan serangan hama berupa virus, sedangkan musim hujan akan rentan serangan penyakit berupa jamur patogen. Perlu sebuah langkah pengendalian yang tepat akan hasil yang diharapkan sesuai dengan ekspetasi kita.
Musim kemarau rentan terhadap serangan virus. Apalagi ketika kita mencoba budidaya tanaman cabai didataran rendah dan tipe tanahnya berpasir. Dataran rendah cenderung bersuhu lebih hangat dibandingkan didataran tinggi. Suhu hangat inilah yang mendukung orientasi pergerakan hama sehingga perkembang hama seperti kutu-kutuan akan pesat berkembang biak. Sedangkan kaitannya dengan tanah berpasir terhadap rentannya akan serangan virus, melihat karakteristik tanah pasir cenderung lebih cepat mengering dibandingan tanah berliat maupun humus. Ini dapat menyebabkan tanamn menjadi lebih rentan terhadap kekeringan dan mempengaruhi ketersediaan air dan nutrisi bagi tanaman. Tanaman akan mudah stress ketika tanahnya terlalu kering. Tanaman yang mengalami stress kekeringan atau kekurangan nutrisi dapat menjadi lebih rentan terhadap serangan virus dan penyakit lainnya. Dan inilah yang menjadikan sebuah alasan mengapa dimusim kemarau, tinggi dataran, dan tipe tanah berpengaruh terhadap serangan virus.
Akan tetapi faktor yang membuat ketakutan tersebut dapat kita cegah dengan sebuah pola perawatan yang tepat. Ditemani bersama dengan salah satu petani bernama Pak Yatono akrab dengan sebutan Pak Tono, kita akan banyak belajar bagaimana pola perawatan tanaman cabai yang aman dari serangan virus. Beberapa waktu silam, kami berkunjung ke lahan beliau. Yang kita dapati langsung di lahan beliau, hampir tidak menjumpai tanaman beliau yang terserang virus kuning. Dibalik kesuksesan beliau, ternyata terdapat inovasi yang cukup menarik dalam mengendalikan serangan virus.
Pengendalian Kuning
Singkat cerita, dimusim tanam sebelumnya beliau mencoba budidaya tanaman cabai dan hasilnya hampir 40% tanaman beliau terserang virus kuning. Setelah belajar dari pengalaman, beliau melakukan evaluasi. Pak Yatono menemukan salah satu tips dan trik cara yang cukup efektif untuk mengendalikan virus kuning, yaitu dengan menggunakan abu dari tempurung kelapa atau batok kelapa yang dicampur dengan pupuk phospat dan kapur dolomite yang beliau diamkan selama kurang lebih 5 hari. Beliau aplikasikan via tabur pada lubang tanam. Proses pemberiannya saat awal pindah tanam, bibit dimasukkan kedalam lubang tanam lalu satu genggam tangan campuran tadi beliau tabur dilubang tanam setelah pada permukaan paling atas beliau tutup menggunakan tanah. Cara pembuatan campuran tadi beliau menggunakan 20 kg abu batok : 1,5 kg pupuk phospat : 50 kg kapur dolomite, cukup untuk menabur 400-500 tanaman. Dan hasil penerapan aplikasi ini, dari total 1.600 tanaman hanya 2 tanaman saja yang terkena virus kuning.
Pupuk dasar
Pupuk dasar yang beliau gunakan yaitu pupuk Phospat, NPK Phonska, asam humat POWERSOIL, dan kapur dolomite. Proses awalnya, kapur dolomite ditebarkan dulu, setelah itu lanjut menebar campuran pupuk yaitu 25 kg Phospat, 25 kg NPK Phonska, dan 1 kg POWERSOIL. Selalu menyertakan asam humat saat budidaya tanaman, karena beliau menyadari tidak melakukan rotasi penanaman dengan tanaman padi, dimana tanaman padi yang seharusnya sifatnya sebagai pencuci tanah agar tanah kembali dalam kondisi stabil, sehingga tanpa rotasi penanaman beliau menyadari kondisi tanahnya kurang baik. Maka dari itu beliau menyertakan asam humat sebagai unsur pembenah tanah. Peran dari asam humat untuk memperbaiki tanah baik secara fisik, kimia maupun biologis. Beliau juga merasa dengan penggunaan asam humat terdapat perbedaan saat pertumbuhan tanaman. Fase awal pertumbuhan terlihat seragam dan hijau daunnya lebih mencolok dan segar.
Pola tanam
Beliau menerapkan pola tanam zig-zag, karena menurut beliau dengan penerapan penanaman zig-zag akan mengisi antar rongga atau sela-sela tanaman. Sehingga cabang tanaman juga tidak akan saling berbenturan atau bersentuhan. Jarak tanam beliau juga menggunakan jarak 50 cm x 50 cm. Melakukan sistem perempelan habis bagian bawah dan daun tua yang sudah terlalu lebar. Tujuan beliau agar nutrisi dapat langsung berfokus pembentukan bunga dan buah. Pengisian tanaman pada lubang tanam juga melihat musim dahulu. Jika musim kemarau beliau isi satu lubang 2 tanaman sedangkan musim hujan beliau isi 1 tanaman/lubang tanam. Pola tanam yang diterapkan beliau ini ada kaitannya terhadap kelembapan area permukaan tanaman. Beliau menjaga kelembapan agar tidak mudah terserang penyakit yang diakibatkan jamur patogen.
Pengocoran
Pengaplikasian nutrisi beliau genjot dengan pengocoran di fase pertumbuhan. Selang 10 hari setelah penanaman beliau kocor dengan kalsium sebagai kekebalan tanaman. Dosis 2-3 sdm/16 liter air, interval 10 hari dan diaplikasikan sebanyak 2 kali aplikasi. Setelah itu beliau kocor pupuk kimia dengan NPK Mutiara 16-16-16, pupuk Phospat yang diselang seling sesuai kebutuhan dan beliau juga kembali selalu menyertakan asam humat.
Penyepraian
Setelah pemberian nutrisi via bawah dengan kocor, beliau turut mengimbangi dengan pemberian nutrisi tambahan via atas dengan spray. Pupuk yang berfokus untuk nutrisi pertumbuhan terutama bagian daun yang beliau gunakan adalah MORDENFOL dengan dosis 2-3 tutup botol/16 liter diaplikasikan sampai menyetuh fase awal generatif. Ketika menyentuh fase generatif beliau menggunakan KNO3 cair, KALINET, dan kalsium CAL-HA. Kombinasi unsur kalium untuk merangsang tumbuh bunga dan buah kemudian diperkuat dengan unsur kalsium untuk menjaga ketahanan tanaman terutama kerontokan bunga dan buah.
Hasil Perawatan
Penerapan perawatan yang beliau akhirnya membuahkan hasil. Menanam varietas cabai ORI 212 dengan total tanaman 1.600, sampai dipetikan ke-15 ini hanya 2 tanaman saja yang terkena virus kuning.
Kesimpulan artikel ini adalah sebuah kendala yang kita dapatkan di pengalaman sebelumnya sebaiknya kita selalu melakukan evaluasi. Belajar dari pengalaman akan membuat diri kita menjadi lebih baik kedepannya. Seperti halnya yang dilakukan Pak Yatono, beliau belajar cara mengendalikan virus kuning dari pengalaman di musim tanam sebelumnya. Alhasil beliau mendapatkan sebuah tips dan trik yang cukup efektif yaitu pemanfaatan abu dari batok kelapa. Karena menurut beliau langkah awal mengendalikan virus kuning dimulai dari pondasi yang kuat, sisanya baru berfokus perawatan bagian atas dengan penyepraian. Perlu pemberian nutrisi juga untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman yang pesat menandakan kecukupan nutrisi terpenuhi dan daya tahan tanaman menjadi lebih kuat sehingga tanaman akan sehat bebas dari serangan hama dan penyakit.
“Petani itu harus menerapkan kerja keras, cerdas, dan ikhlas” Pesan Pak Yatono.
Demikian artikel ini kami buat, selengkapnya dapat disaksikan disini.
Cari
KATEGORI : |
---|
Pengetahuan |
Kiat Pertanian |
Solusi Masalah |
Berita Inspirasi |