Bukan Sembarang Metode! Uji Coba Metode Master Cabai di Lahan Ekstrim
Angga Syarief / Jumat,16 Desember 2022
Budidaya tanaman cabai tidak terlepas memperhatikan musim, ada beberapa keuntungan serta konsekuensinya masing-masing. Musim penghujan lebih diuntungkan karena sumber daya air mudah didapat tetapi bila debit airnya terlalu berlebih juga konsekuensinya timbul jamur yang menyebabkan penyakit seperti busuk batang, layu, dan antraknosa. Sedangkan dimusim kemarau diuntungkan dengan cuaca panas yang membantu proses fotosintesis secara maksimal tetapi konsekuensinya identik dengan serangan penyakit karena hama dan kekurangan air. Maka dari itu perlu bantuan manusia dengan mengaliri air diarea sekitar lahan, sebab proses fotosintesis yang baik itu juga perlu air untuk membantu mengolah menjadi karbohidrat untuk tanaman.
Tetapi bagaimana jika dilahan area sekitar benar-benar kesulitan air? Seperti lahan milik Mas Imbuh Priyanto yang ada di Desa Kundisari, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung. Pekerjaan tetap beliau kesehariannya adalah sebagai penjual atau bakul sayur. Jika dilihat-lihat dari alamat beliau sepertinya tidak asing dengan alamat Profesor Cabai. Yap, memang benar beliau tetangga dari Mas Udin sang professor cabai. Mas Imbuh juga termasuk anak didik professor cabai. Sekilas cerita tentang beliau, Mas Imbuh ini sudah menerapkan metode professor cabai sebanyak 2 kali, dimusim tanam pertama dan musim tanam sekarang ini. Beliau sendiri merasakan efek dari penerapan metode professor cabai. Tapi dimusim pertama, beliau tidak mengikuti metode professor cabai dari pertama yaitu fase pemupukan lebih menerapkan metode professor cabai di perawatannya. Mas Imbuh sedikit menyesal, kata beliau tanaman dimusim pertama banyak yang terkena busuk batang, layu, dan antraknosa karena bertepatan juga dimusim penghujan. Mengevaluasi kesalahan dan belajar dari pengalaman sehingga beliau menerapkan metode professor cabai dari awal dimusim kedua ini. Sayangnya, dimusim kedua ini beliau menjumpai dimusim kemarau jadi pertumbuhan tanaman beliau kurang optimal menurut Mas Imbuh. “Secara vigor tanaman memang bagusan yang dimusim pertama mas zaki” ujar Mas Imbuh. Meski dari pertumbuhan tanaman lebih optimal dimusim pertama, menurut kami yang melihat langsung dilahan beliau kondisi tanaman pertumbuhannya cukup optimal dibandingkan dengan tanaman cabai tetangga yang berada diare sekitar lahan Mas Imbuh. Tanaman cabai dimusim kedua ini terlihat tidak terlalu tinggi tetapi dari produktivitas tanaman terbilang tinggi selain itu ketahanan tanaman terhadap penyakit lebih terbukti. Serangan penyakit antraknosa, busuk batang, dan layu minim. Setelah berbincang-bincang dengan Mas Imbuh, kami bisa mendapatkan kesimpulan seputar perawatan Mas Imbuh dibawah ini.
Pupuk dasar
Pengalaman dimusim pertama beliau terlalu banyak memberikan pupuk dasaran yang mengandung unsur Nitrogen. Menurut Mas Imbuh, mungkin ini yang menyebabkan tanaman beliau banyak terserang busuk batang, layu, dan antraknosa karena juga bertepatan dimusim hujan. Selain tingkat kelembapan yang meningkat dimusim penghujan, pemberian unsur nitrogen berlebih juga berdampak pada tanaman karena nitrogen yang tidak dapat diserap akan meninggalkan residu sehingga menjadi sumber makanan bagi jamur patogen. Oleh sebab itu, dimusim kedua ini Mas Imbuh cukup memberikan pupuk kohe/ pupuk kandang saja sebagai pupuk dasaran dan dolomite.
Agensi hayati
Agensi hayati adalah suatu organisme baik itu jamur maupun bakteri yang sifatnya symbiosis mutualisme bagi tanaman maupun tanah. Beliau mengkocorkan Power Carbon, Trichoderma, dan asam humat “POWERSOIL” masing-masing bahan dosinya 3 sendok makan/ 16 liter air. Dikocorkan sehari sebelum penanaman dilubang tanam.
Varietas & jarak tanam
Varietas cabai beliau menggunakan cabai Agung populasi tanaman kurang lebih 1.800 tanaman dengan jarak tanam 50cm x 50 cm. Disamping lubang tanam terdapat lubang sebagai lubang susulan.
Kocor Fase Vegetatif
Kocor vegetatif menggunakan unsur phospat “MORDENFOL” (3 sendok makan) dan asam amino (2 tutup botol) dimulai umur 5 HST dengan interval 5 hari sekali. Jadi beliau melakukan pengocoran diumur 5, 10, dan 15 hari.
Spray Fase Generatif
Fase pertumbuhan bunga dan buah beliau menggenjot dengan nutrisi yang mengandung kalium, phospat, dan boron yaitu KALINET dengan dosis 2 tutup botol. Interval penyepraian beliau lakukan 4 hari sekali sampai tanaman cabai beliau sudah 3 kali petikan. Terlihat tanaman cabai beliau produktivitasnya masih tinggi, ini efek dari unsur kalium dimana sebagai perangsang tumbuh bunga dan buah juga memberikan efek mempertebal buah sehingga meningkatkan jumlah buah dan bobot buah.
Pupuk susulan
Beliau menerapkan sistem pemupukan susulan sesuai metode professor cabai menggunakan pupuk NPK 16-16-16 dari Yaramila dan menambahkan pupuk KCL. Dua pupuk ini beliau taburkan tepat dilubang susulan dan diberikan mulai diumur 20 HST dengan interval 20 hari sekali sampai diumur tanaman 80 hari.
Penyulaman
Dalam bahasa jawanya biasa dikenal “tanjang” mengganti tanaman yang mati dengan bibit baru diawal tanam. Saat awal tanam beliau melakukan penyulaman ini karena diawal tanaman ada beberapa yang mati. Dimusim kedua ini tanaman mati diawal tanam bukan karena penyakit layu tetapi lebih tepatnya karena serangan ulat dan juga mati karena kekeringan. Antisipasi budidaya tanaman cabai dimusim kemarau sebenarnya cukup mengaliri air dilahan tetapi kondisi lahan Mas Imbuh memang sulit air. Sehingga ini membuat kondisi lahan beliau tanahnya mengeras. Inilah faktor yang membuat pertumbuhan tanaman kurang maksimal sebab tanah yang keras tentu akan menghambat pertumbuhan akar terutama diawal pertumbuhan tanaman atau fase vegetatif. Usia tanaman yang masih dini pertumbuhan akarnya sebisa mungkin dioptimalkan karena akan memudahkan dalam menyerap unsur hara lebih didalam tanah untuk menopang pertumbuhan tanaman, tetapi bila kondisi tanah mengeras akar akan kesulitan mencari ruang pori-pori tanah.
Perempelan
Pangkas tunas anakan bagian bawah tujuannya beliau adalah untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman dicabang utama. Mengingat lahan Mas Imbuh termasuk laha ekstrim karena tanahnya mengeras sehingga cara rempel ini akan memaksimalkan penyaluran nutrisi langsung menuju ke cabang utama.
Hasil metode
Terlihat dari kondisi tanaman cabai milik beliau termasuk tanaman yang hasilnya istimewa dibandingkan dengan tanaman cabai tetangga yang berada diarea lahan sekitar. Vigor tanamannya lebih tinggi dibandingkan dengan vigor tanaman cabai tetangga selain itu tingkat terserang penyakit busuk batang minim, antraknosa tidak ada, dan layu hanya 3 tanaman saja dari populasi 1.800 tanaman.
Memang benar metode professor cabai bukan sembarang metode. Diterapkan diberbagai musim baik itu hujan maupun kemarau kondisi tanaman terbilang aman. Metode professor cabai ini identik dengan memastikan tanaman tercukupi nutrisinya sehingga tanaman akan sehat kedepannya dan juga menghasilkan tanaman seoptimal mungkin tetapi biaya perawatan seminimal mungkin. Dari beberapa rangkuman diatas tadi, bahan yang digunakan Mas Imbuh tergolong irit tetapi hasilnya optimal dibandingkan tanaman cabai sekitar. Memang perawatan Mas Imbuh tadi tidak menyebutkan pengaplikasian insektisida maupun fungisida karena metode professor cabai mengaplikasikan baik fungisida maupun insektisidanya kondisional. Karena tanaman sudah terpenuhi nutrisinya dan kuat sistem jaringannya maka dari itu tanaman akan sehat.
“Nanduro nganggo akal, ora nganggo okol” translate bahasa indonesianya “Tanamlah pakai akal jangan cuma pakai otot” Pesannya sama persis dengan Mas Udin sang professor cabai, karena Mas Imbuh juga anak didiknya.
Demikian artikel ini kami buat, lengkapnya akan kami tayangkan disini.
Cari
KATEGORI : |
---|
Pengetahuan |
Kiat Pertanian |
Solusi Masalah |
Berita Inspirasi |