Artikel

Budidaya Tanaman Padi : Seni Hemat Pupuk Kimia dengan Hasil Panen Melejit

Budidaya Tanaman Padi : Seni Hemat Pupuk Kimia dengan Hasil Panen Melejit


Angga Syarief / Rabu,19 Juli 2023

Air dan pupuk merupakan faktor penting saat kita budidaya tanaman padi. Kedua faktor ini harus diatur baik dan sedemikian rupa agar tanaman padi dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan hasil panen yang optimal. Air merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam budidaya tanaman padi dan harus dipenuhi dengan baik. Tanaman padi sangat membutuhkan air yang cukup untuk proses fotosintesis dan pertumbuhan optimal. Pada fase awal pertumbuhan, tanaman padi membutuhkan air yang cukup banyak. Pada awal masa vegetatif, tanaman padi membutuhkan air sekitar 15-20 mm/hari dan kemudian meningkat menjadi 20-25 mm/hari di masa pancaroba dan pembentukan malai. Selain itu, kondisi kelembaban tanah yang tepat juga diperlukan untuk memastikan penyerapan nutrisi. Keseimbangan air dalam tanaman padi sangat penting karena kelebihan dan kekurangan air dapat menyebabkan gangguan pada pertumbuhan tanaman seperti gagal panen dan gangguan kualitas hasil panen.

Sedangkan pengaplikasian pupuk kimia, juga merupakan faktor penting dalam budidaya tanaman padi. Meski ketersedian unsur hara sudah terdapat didalam tanah, perlu bantuan pupuk untuk mencukupi kebutuhan asupan makan bagi tanaman padi. Namun, penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dan tidak sesuai dapat merusak lingkungan dan kesehatan. Pupuk kimia yang berlebihan dapat terbawa oleh air hujan ke permukaan tanah dan air tanah, sehingga dapat mencemari air tanah dan air permukaan. Selain itu, pupuk kimia berpotensi merusak kesuburan tanah karena menyebabkan keasaman berlebih. Tingkat kemasaman yang berlebih ini bisa berpotensi perkembangan jamur patogen dan memicu momok penyakit tanaman padi yaitu asem-aseman. Oleh karena itu, pengurangan pupuk kimia dalam budidaya tanaman padi menjadi suatu hal penting. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia adalah pengaplikasian pupuk yang tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu aplikasi, dan tepat cara aplikasi.

Dua faktor ini sudah coba diaplikasikan oleh petani bernama Pak Yudi, yang beralamat di Desa Papangsari, Kecamatan Begelen, Kabupaten Purworejo. Akan tetapi, yang menjadi sebuah tantangan bagi Pak Yudi terkait dengan pengairan. Daerah beliau sangat kesulitan air sehingga pengairan yang beliau lakukan mengandalkan tadah air hujan. Disamping itu, pemupukan kimia yang beliau lakukan cukup satu kali saja. Hasil tanamannya justru bisa berani bersaing dengan tanaman padi tetangga. Dibalik kesuksesan budidaya padi, tentu terdapat langkah perawatan yang tepat. Kiat perawatan tanaman padi beliau, akan kami bongkar dibawah ini.

Tentang Varietas & Pola Tanam

Varietas yang ditanam beliau adalah varietas Sintanur Jumbo, dimana tanamannya sudah berumur 80 HST dan akan menjelang panen. Jarak tanam yang beliau terapkan yaitu 27 x 27 cm dengan sistem “jajar legowo”. Yang dimaksud jajar legowo adalah salah satu metode budidaya tanaman padi yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan efisiensi penggunaan lahan. Istilah “legowo” berasal dari bahasa jawa yang berarti bebas atau longgar. Sistem jajar legowo pada tanaman padi didesain sedemikian rupa untuk menciptakan pola penanaman yang lebih teratur, efisien, dan efektif dalam menunjang produktivitas tanaman.

Seperti halnya yang diterapkan beliau, masing-masing lubang tanam beliau isi 1-2 tanaman, dengan alasan menghemat benih. Meskipun secara kuantitasnya, banyak teman Pak Yudi yang mengatakan lebih sedikit akan tetapi pola tanam jajar legowo ini yang mencoba membuktikan. Dengan pola tanam jajar legowo ini dapat menghasilkan anakan padi beliau 30-40 anakan. Hal ini karena jarak yang bebas atau longgar akan memberikan akses sirkulasi udara yang lancar dan intensitas cahaya matahari yang masuk lebih optimal. Dengan begitu, proses fotosintesis tanaman maksimal sehingga asupan makanan untuk perkembang dan pertumbuhan tanaman meningkat.

Pemupukan

Mengedepankan prinsip pengurangan pupuk kimia sejak awal, maka dari itu beliau baru melakukan pemupukan kimia satu kali saja yaitu dengan 25 kg pupuk Urea dan 40 kg pupuk NPK Phonska yang dicampurkan. Tidak cukup itu saja, beliau menambahkan pembenah tanah menggunakan asam humat “POWERSOIL”. Beliau menambahkan 1 kg POWERSOIL dicampur menjadi satu dengan pupuk kimia. Memanfaatkan pengaplikasian asam humat untuk antisipasi serangan penyakit asem-aseman.

Selain itu asam humat dapat berperan sebagai pengikat air dan unsur hara didalam tanah. Sehingga dengan pengaplikasian asam humat yang dikombinasikan pupuk kimia, akan memaksimalkan pengikatan unsur hara yang terkandung pada pupuk agar tidak mudah hilang karena penguapan. Beliau sendiri pun menyarankan, saat kita mengaplikasikan pupuk kimia sebisa mungkin bersamaan mengaplikasikan asam humat.

Aplikasi Spray

Cara alternatif yang beliau lakukan mengingat pemupukan via tabur beliau hanya satu kali saja, oleh itu beliau melakukan penyepraian untuk memberikan nutrisi tambahan. Waktu penyepraian yang beliau lakukan ketika fase vegetatif dan generatif tanaman. Ketika fase vegetatif beliau spray kembali dengan asam humat “POWERSOIL” dengan dosis 1 SDM/16 liter air dan diaplikasikan saat umur 10, 20, dan 30 HST. Jadi beliau cukup mengaplikasikan penyepraian asam humat sebanyak 3 kali.

Saat mulai fase generatif beliau mengganti pupuknya dengan ORINIT yang mengandung kalium silica. Manfaat dari pengaplikasian pupuk ini adalah batang tanaman beliau jadi lebih kokok sehingga tanaman lebih kuat tidak mudah roboh dan terserang penyakit seperti asem-aseman. Selain itu dengan pupuk ini memberikan efek yang cukup signifikan untuk pengisian bulir, semakin berbobot dan produktivitasnya meningkat.

Beliau merasakan, meskipun perlakuan musim tanam sekarang minim pemakaian pupuk kimia, hasilnya di musim tanam sekarang bisa mengimbangi bahkan lebih dari perawatan biasanya dengan pemakaian pupuk kimia. Mengalami penurunan pemakaian pupuk kimia di musim tanam sebelumnya yaitu sekitar 35 %, tetapi hasil yang beliau peroleh berani bersaing dengan tanaman padi tetangga.

Kesimpulan artikel kali ini adalah kecanduan pupuk kimia saat budidaya tanaman padi mulai dikurangi. Bukan berarti tanpa atau sama sekali tidak menggunakan pupuk kimia, tetap menggunakan tetapi dosis penggunaannya yang dikurangi. Sebab jika tanaman terlalu diberikan pupuk kimia secara berlebihan dan selalu naik dosisnya tanaman akan manja. Selain itu penggunaan pupuk kimia yang berlebih juga kurang baik untuk kesehatan tanah. Tanah akan mudah mengeras, kering, dan dapat mengganggu ekosistem. Hal ini juga membantu kita menerapkan prinsip ekologi, dimana organisme hidup berinteraksi satu sama lain dan dengan lingkungan tempat mereka tinggal. Mulai sekarang menjaga tanah agar tetap dalam kondisi sehat dan menjadikan warisan yang baik untuk anak cucu kita. Jika tidak dimulai dari sekarang, mau kapan lagi?

Demikian artikel ini kami buat, selengkapnya akan kami sampaikan disini.


Rekomendasi Produk :
POWERSOIL
ORINIT