Budidaya Melon : Penentuan Dosis dan Interval Penyemprotan Menjadi Kunci Pertumbuhan Tanaman
Karlina Indah / Sabtu,01 Februari 2025
Hasil tidak mengkhianati proses menjadi peribahasa yang menggambarkan keberhasilan Pak Joko saat ini. Mungkin bagi Sobat Mitra Bertani yang melihat hasil budidaya melon kali ini sangat terpesona dan mulai tergiur. Eitss ingat, jangan hanya menanyakan hasil tapi juga harus menanyakan proses. Mengingat setiap proses pasti ada masa sulitnya, seperti pengalaman Pak Joko yang mengalami kendala air, karena menanam pas musim kemarau. Ada yang kepo bagaimana proses budidaya melon ala Pak Joko? Langsung saja dalam artikel ini akan dikupas sampai tuntas cara budidaya melon yang di jamin hemat, berikut penjelasanya :
Jangan Buat Tanaman Manja: Biarkan Mereka Tumbuh Kuat
Membiarkan tanaman tumbuh dengan minim pestisida dan pupuk menjadi kunci keberhasilan budidaya melon ala pak Joko. Dari segi fungisida, beliau memberikan fungisida kontak bahan aktif mankozeb dengan merk dagang TOP PAS dengan dosis yang sangat kecil, pemberian pertama hanya menggunakan 1 sendok jelly untuk 16 liter air. Dosis ini selalu dinaikan sesuai dengan umur tanaman, dan yang terakhir di usia sekarang 63 hst beliau hanya menggunakan dosis 1 sdm/16 liter air. Sangat hemat bukan? Dalam satu kali musim tanam dengan jumlah tanaman mencapai 3000 batang hanya membutuhkan sekitar 2,5 kg Mankozeb. Sangat di luar prediksi, yang mungkin di kalangan petani lain untuk populasi sebanyak itu bisa habis puluhan kilogram Mankozeb. Langkah hemat ala pak joko ini bukan tanpa alasan. Beliau menjaelaskan bahwa dengan penggunaan dosis yang rendah ini menjadi langkah melatih tanaman, apabila dari awal sudah pakai dosis tinggi jika terjadi serangan jamur pasti langsung dinaikan dan terus dinaikan. Selain boros dari segi biaya juga bisa menyebabkan jamur menjadi resisten atau kondisi dimana fungisida tidak lagi efektif dalam membunuh jamur yang menginfeksi tanaman. Resistensi fungisida ini menyebabkan jamur tetap berkembang biak dan sulit dikendalikan. Penggunaan fungisida kontak ini tetap diimbangi dengan fungisida sistemik, namun sampai usia 67 hst ini pemberiannya hanya 2x aplikasi saja. Selain fungisida beliau juga memberikan insektisida untuk hama kutu – kutuan menggunakan bahan aktif Imidakloprid. Pemberiannya pun sama dengan dosis yang sangat minim juga yaitu diawali dengan 1 sendok jelly/16 liter air, dan terus meningkat hingga sekarang dosisnya setengah sendok/16 liter air.
Dosis seminim itu apakah nyata atau hanya rekayasa? Jawabannya nyata ya Sobat Mitra Bertani semua. Jadi Pak Joko ini mainnya bukan di dosis melainkan di interval penyemprotan, Interval yang beliau gunakan yaitu setiap 2 hari sekali. Hal ini dirasa lebih efektif daripada menggunakan dosis langsung tinggi tapi interval aplikasinya renggang atau lebih lama. Mengingat setiap bahan aktif pestisida memiliki waktu efektif yang rendah, dari segi pemilihan bahan aktif pun kebanyakan yang digunakan pestisida kontak yang artinya tidak masuk ke jaringan tanaman, otomatis apabila terguyur hujan akan luntur. Dari segi pestisida sangat minim, Pasti nutrisinya nih yang mahal? Itulah kira – kira yang ada di benak Sobat Mitra Bertani semua setelah membaca sampai akhir paragraf ini. Ternyata dari segi nutrisipun tetap sangat hemat, apabila Sobat Mitra Bertani tidak percaya bisa langsung baca penjelasan lengkapnya di bawah ini:
Cara Aplikasi dan Pemilihan Pupuk Yang Tepat Menjadi Kunci Pertumbuhan Melon.
Pemupukan memiliki berbagai cara, sesuai dengan fungsi, musim dan jenis pupuk apa yang akan digunakan. Cara aplikasi yang di pilih Pak Joko hanya dengan penyemprotan dan tugal tanpa kocor. Hal ini dipilih karena saat ini sudah memasuki musim penghujan, tanah sudah lembab karena air hujan. Pupuk yang diberikan dengan cara semprot menggunakan pupuk daun dengan kandungan utama Phospat yaitu merk dagang MORDEN FOL. Untuk dosis penggunaanya pun lagi – lagi tidak sesuai dengan dosis anjuran. Antara umur 0-45 hst dosis yang digunakan hanya setengah tutup/16 liter air. Setelah usia 45 hst dosis dinaikan menjadi 1 tutup/16 liter air. Pupuk phospat ini digunakan terus sampai panen, hal ini karena memang unsur Phospat merupakan unsur makro primer yang memang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak. Selain itu, penggunaan Phospat ini juga sebagai salah satu Upaya supaya daunnya tetap hijau sampai panen. Apabila daun tetap hijau otomatis fotosintesis tetap lancar yang berdampak pada buah yang juga maksimal. setelah memasuki umur 47 hst, pemberian pupuk dengan cara semprot ditambah dengan pupuk kalium merk dagang KALINET. Ada yang unik dari dosis penggunaan pupuk kalium ini. Kebanyakan petani menggunakan kalium dari dosis rendah lalu tinggi, tapi kalau Pak Joko menggunakan dengan dosis tinggi lalu rendah, diawali dengan dosis 6 tutup/16 liter lalu turun perlahan hingga saat ini menjadi 2 tutup/16 liter. Menurut penjelasan beliau, kalium dosis tinggi di awal ini sebagai pemacu karena perkembangan buah melon juga diburu oleh net. Penggunaan kalium dosis tinggi di awal bisa menghasilkan buah dengan ukuran dan bobot yang maksimal, net terbentuk dengan baik dan sebagai langkah mengantisipasi buah pecah. Ada lagi rahasia penyemprotan ala Pak joko, yaitu tidak menggunakan air tadah hujan untuk nyemprot, karena berdasar pengalaman menggunakan air tadah hujan daun langsung terserang jamur. Sedangkan pupuk susulan diberikan di usia 50 hst, pupuk susulan itupun masih terlihat wujudnya alias masih bisa sebagai tabungan untuk musim tanam selanjutnya. Hasil dari perawatan bisa di lihat di gambar berikut ini :
Dari kisah Pak Joko ini membuktikan bahwa dalam berbudidaya tanaman khususnya melon tidak harus mengeluarkan modal tinggi, yang paling utama pahami keadaan dan kebutuhan tanaman, serta jangan biarkan tanaman manja. Jangan lupa juga kurangi ambisi dan syukuri berapapun hasilnya. Demikian artikel ini di buat, pantau juga penjelasan lengkapnya di video ini.
Cari
KATEGORI : |
|---|
| Pengetahuan |
| Kiat Pertanian |
| Solusi Masalah |
| Berita Inspirasi |