Budidaya Cabai: Kombinasi Tanaman Pare & Cabe Trobosan Baru Menghadapi Musim Kemarau
Karlina Indah / Rabu,30 April 2025
Tantangan utama menanam cabai di musim kemarau yaitu ketersedian air dan stress tanaman akibat sinar matahari berlebih. Stress fisiologis tersebut berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan produktivitas, seperti: daun menggulung ke atas atau ke dalam sebagai respons terhadap hilangnya air untuk mengurangi penguapan, daun juga bisa terlihat layu meskipun tanah masih agak lembap karena akar tidak bisa menyerap air secara optimal, tanaman fokus bertahan hidup, bukan tumbuh atau berbuah, bunga gagal berkembang atau mudah rontok serta kulit buah tampak mengkerut. Selain menggunakan bedengan dengan ukuran besar dan menambahkan Mikoriza yang berperan dalam memperluas area serapan air, Sobat Mitra Bertani bisa mengkombinasikan dua tanaman atau tumpangsari antara tanaman cabai dengan tanaman sulur sebagai trobosan baru menghadapi musim kemarau. Kombinasi tumpangsari yang sudah terbukti efektif yaitu antara tanaman pare dengan tanaman cabai. Berikut contoh keberhasilan tumpangsari antara pare dan cabai:
Tumpangsari Pare dan Cabai
Tumpangsari meruapakan salah satu pola budidaya tanaman dengan menanam lebih dari satu tanaman dalam waktu dan lahan yang sama. Salah satu tumpangsari yang cocok di musim kemarau ini yaitu antara tanaman pare dan cabai. Kombinasi kedua tanaman tersebut ternyata memiliki banyak kelebihan dalam menghadapi musim kemarau, seperti:
1. Mendapat hasil lebih karena terdapat dua jenis tanaman yang di panen. Dengan dua tanaman juga mengurangi risiko kerugian jika salah satu tanaman gagal panen atau mendapat harga rendah. Selain itu, karena pare dipanen lebih dulu hasil yang diperoleh bisa digunakan untuk modal budidaya cabai, jadi bisa dikatakan budidaya cabai 0 rupiah.
2. Tanaman cabai jika langsung dibenturkan dengan cuaca ekstrem atau panas berlebih akan berdampak terhadap terhambatnya proses adaptasi pasca pindah tanam. Dengan tumpangsari, tanaman pare akan menjadi payung atau pelindung untuk tanaman cabe, sehingga bisa mengurangi stress tanaman cabai pasca pindah tanam. Dan ternyata dengan tumpangsari ini efektif mengurangi penyulaman akibat bibit cabai yang gosong karena panas berlebih serta bisa menjaga kelembaban tanah sehingga tanah tidak mudah kering.
3. Optimalisasi penggunaan lahan, Pare tumbuh merambat secara vertical, biasanya dengan ajir atau para-para, sedangkan cabai tumbuh tegak secara horizontal. Dengan tumpangsari bisa memaksimalkan ruang tanam dan juga memaksimalkan penggunaan pupuk. Pupuk yang diberikan ke tanaman pare tidak semua bisa dimanfaatkan dan diserap tanaman pare yang pasti ada sisanya, dengan tumpangsari ini pupuk yang tidak diserap oleh tanaman pare bisa dimanfaatkan tanaman cabai untuk tumbuh dan berkembang.
Kelebihan tumpangsari antara pare dan cabai memang menggiurkan, tapi dibalik itu semua pasti terdapat kekurangan yang perlu diantisipasi oleh Sobat Mitra Bertani semua. Berikut penjelasna lengkap kekurangan dari tumpangsari tersebut:
1. Perlu jeli mengatur waktu tanam antara tanaman pare dengan tanaman cabai. Dalam kegiatan budidaya, tanaman pare bisa ditanam terlebi dahulu di lajur tengah dengan jarak tanam 120 cm- 150 cm atau setiap tiga lubang tanaman cabai di tanami satu tanaman pare. Setelah memasuki fase generative sekitar umur 35-40 hst baru dilakukan penanaman cabai. Alasan penanaman yang tidak bersamaan ini supaya tanaman cabai tidak ternaungi terlalu lama, karena apabila terlalu lama bisa berakibat batang terlalu panjang namun tidak kokoh atau biasa disebut dengan etiolasi. Dengan adanya jeda penanaman ini waktu tanaman cabai ternauning lebih singkat, perhitungan waktunyapun juga sesuai disaat tanaman cabai di umur 60 hst bisa terbebas dari naungan tanaman pare dan fokus pembuahan. Selain itu, alasan penanaman yang tidak bersamaan ini juga sembari menunggu lahan siap untuk ditanami cabai atau gampangnya pendiaman lahan tapi menghasilkan.
2. Adanya perbedaan kebutuhan nutrisi. Tanaman pare dan tanaman cabai tidak di tanam bersamaan, oleh karena itu terdapat perbedaan fase antara kedua tanaman tersebut dan berdampak terhadap perbedaan kebutuhan unsur hara.
3. Hama di tanaman pare bisa menyerang cabai, salah satu hama yang bisa menyerang kedua tanaman tersebut yaitu ulat. Oleh karena itu Sobat Mitra Bertani perlu jeli dan melakukan pencegahan sejak dini untuk menghindari serangan hama tersebut.
Gimana nih Sobat Miitra Bertani, sudah mulai tertarik belum mengkombinasikan dua tanaman yang pastinya sekali dayung dua tiga pulau terlewati. Terdapat beberapa hal yang wajib diperhatikan apabila Sobat Mitra Bertani ingin mengikuti cara ini, yang pertama system para – para jangan di tutup full melainkan 2 bedeng menggunakan 1 para – para. Hal ini bertujuan untuk memberikan akses tanaman cabai terkena sinar matahari. Saran yang kedua, Sobat Mitra Bertani harus memberikan pupuk atau nutrisi yang lebih banyak untuk menghindari kekurangan dan perebutan nutrisi. Saran yang ketiga, sebaiknya dilakukan perempelan berkala dan hanya memelihara batang utama, selain supaya nutrisi bisa fokus ke bagian atas juga untuk mengurangi kelembaban dan tidak mengganggu tanaman cabai.
Tumpangsari antara cabai dan pare merupakan strategi budidaya yang cerdas untuk meningkatkan efisiensi lahan, diversifikasi hasil panen, serta mengurangi risiko gagal panen. Kombinasi kedua tanaman ini dapat saling melengkapi tanpa saling mengganggu. Kunci keberhasilannya terletak pada perencanaan yang matang sejak awal tanam hingga masa panen. Jika dilakukan dengan benar, tumpangsari cabai dan pare bukan hanya meningkatkan produktivitas, tetapi juga memberikan keuntungan ekonomi yang lebih tinggi bagi petani. Demikian artikel ini dibuat, selamat mencoba dan semoga berhasil. Jangan lupa tonton penjelasan lengkapnya di video ini.
Cari
KATEGORI : |
|---|
| Pengetahuan |
| Kiat Pertanian |
| Solusi Masalah |
| Berita Inspirasi |
Rekomendasi Produk : |
|---|
| POWERSOIL |
Rekomendasi Produk : |
|---|
| POWERSOIL |