Artikel

Budidaya Cabai : Jerami Padi Efektif dalam Menanggulangi Layu

Budidaya Cabai : Jerami Padi Efektif dalam Menanggulangi Layu


Angga Syarief / Sabtu,16 Maret 2024

Budidaya tanaman cabai rawit telah menjadi primadona di kalangan petani dan pecinta kuliner di berbagai belahan dunia. Kecil tapi pedas, cabai rawit memberikan sentuhan khas pada masakan dan menjadi favorit dalam berbagai hidangan. Namun, di balik kelezatannya, tantangan dalam budidaya cabai rawit juga tidak kalah pedas. Untungnya, inovasi dalam pertanian telah membuka jalan untuk pendekatan yang lebih ramah lingkungan, salah satunya melalui penggunaan pupuk dasar yang lebih efisien. Di era modern ini, petani semakin menyadari pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan dalam budidaya tanaman. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan mengganti pupuk kimia yang berpotensi merusak lingkungan dengan pupuk organik. Pupuk organik tidak hanya lebih ramah lingkungan, tetapi juga dapat meningkatkan kualitas tanah dan hasil panen. Dengan memanfaatkan bahan-bahan alami seperti kompos dan limbah organik, petani dapat menciptakan lingkungan yang lebih seimbang dan berkelanjutan untuk tanaman cabai rawit.

Pemanfaatan jerami padi sebagai pupuk dasar adalah salah satu inovasi yang semakin banyak diterapkan oleh petani. Sebagai salah satu limbah pertanian yang melimpah, jerami padi sebelumnya seringkali dianggap sebagai masalah lingkungan. Namun, dengan pendekatan yang tepat, jerami padi dapat menjadi sumber pupuk organik yang sangat berguna. Melalui proses dekomposisi, jerami padi dapat memberikan nutrisi penting seperti nitrogen, fosfor, dan kalium kepada tanaman cabai rawit. Selain itu, penggunaan jerami padi sebagai pupuk juga membantu dalam mengurangi jumlah limbah pertanian yang dibuang begitu saja, sehingga meminimalisir dampak negatifnya terhadap lingkungan. Dengan menerapkan inovasi-inovasi seperti penggunaan pupuk organik berbasis jerami padi, budidaya tanaman cabai rawit tidak hanya menjadi lebih berkelanjutan, tetapi juga lebih menguntungkan bagi petani. Selain itu, kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan juga semakin meningkat di kalangan masyarakat. Dengan demikian, budidaya cabai rawit tidak hanya menjadi kegiatan ekonomi, tetapi juga menjadi bagian dari upaya menjaga keberlanjutan lingkungan bagi generasi mendatang.

Profil Petani

Bersama dengan Mas Rikham, Desa karangsari, Kecamatan Cluwak, Kabupaten Pati, kita akan diajak menjelajahi perawatan tanaman cabai dengan pemanfaatan jerami padi sebagai pupuk dasar. Alasan mengapa beliau mempertimbangkan jerami padi sebagai pupuk dasar karena jarak tempuh yang jauh dari rumah dengan lahan, membuat beliau kewalahan jika harus membawa karung-karung yang berisikan pupuk kandang. Maka dari itu, dengan pemanfaatan jerami padi sebagai solusi pupuk dasar pengganti pupuk kandang. Sebagian petani sekitar juga identik dengan petani singkong serta padi, sehingga jerami padi daerah sekitar lahan beliau sudah tidak asing lagi alias mudah dijumpai.

Pupuk Dasar

Proses awal, beliau membuat bedengan setengah jadi. Kemudian tabur kapur pertanian/dolomite secara merata pada permukaan bedengan. Untuk kapur pertanian/ dolomite itu sendiri, beliau sudah menghabiskan 100 kg. Setelah kapur pertanian sudah tertabur merata, beliau tutup langsung menggunakan jerami padi mentah. Ketika jerami padi sudah tertabur merata diatas kapur pertanian/dolomite, beliau lakukan proses fermentasi langsung dilahan. Untuk bahan yang beliau gunakan sebagai fermentasi, beliau menggunakan probiotik berupa dekomposer EM4 dan Molase. Bahan fermentasi ini beliau siramkan merata ke jerami padi. Menghabiskan sekitar 5 drum yang ukuran 200 liter untuk proses fermentasinya.

Setelah lahan sudah siap beliau diamkan selama 2 minggu, agar jerami dapat terfermentasi dengan optimal serta berhomogen baik dengan tanah. Selang 2 minggu kemudian, beliau membuat lubang tanam. Sebelum penanaman ada beberapa bahan yang beliau kocorkan yaitu Trichoderma, asam humat, dan NPK. Pengocoran bahan sebelum tana mini tidak lain untuk memenuhi unsur hara didalam tanah selama pertumbuhan tanaman nantinya.

Pengocoran Tanaman

Menggunakan beberapa pupuk yakni pupuk phospat 2 kg dan KNO Merah 4 kg yang dilarutkan kedalam 200 liter air. Pengocoran ini mulai dilakukan umur 7 HST. Pada pengocoran tahap kedua tepatnya diumur 21 HST beliau kembali melakukan pengocoran. Menggunakan pupuk kalsium CAL-HA 4 kg dan pupuk boron 2 kg. Unsur kalsium mulai masuk dikarenakan mulai turun hujan dengan intensitas yang cukup tinggi. Manfaat dari unsur kalsium yaitu memperkuat sistem jaringan tanaman, dimana musim hujan serangan patogen cenderung masif. Maka dari itu, perlu memperkuat daya tahan tanaman agar bebas dari penyakit. Tahap pengocoran ketiga beliau lakukan disaat tanaman menginjak umur 30 HST menggunakan NPK 16-16-16.

Pupuk Susulan

Aplikasi pupuk susulan beliau cukup menggunakan pupuk Ferthipos yang ditaburkan di lubang susulan/pupuk dengan dosis 2 sdm dan pupuk KCL ditaburkan di lubang tanam dengan dosis 1 sdm.

Spray Tanaman

Fase vegetatif beliau menggunakan pupuk MORDENFOL secara rutin. Dengan sering rutinnya spray pupuk MORDENFOL ini, tanaman beliau mulai tumbuh dengan baik. Ditandakan tunas-tunas mulai bermunculan. Ketika memasuki fase pembuahan atau generatif beliau mulai aplikasikan pupuk KALINET.

Aplikasi Pestisida

Menggunakan beberapa bahan aktif insektisida seperti profenofos, abamektin, imidakloprid, fipronil, dan metomil. Cukup banyak dalam penggunaan bahan aktif insektisida, karena beliau menyakini bahwa sebagai langkah preventif dari masifnya serangan hama. Sebab tanaman cabai kerap menjadi tempat hidup hama. Penggunaan insektisida ini beliau aplikasikan secara rolling/bergantian. Sedangkan upaya perlindungan dari jamur beliau aplikasikan 4 bahan aktif fungisida. Untuk fungisida kontak beliau menggunakan bahan aktif mankozeb dan propineb. Sedangkan fungisida sistemik beliau menggunakan bahan aktif difenokonazol dan tembaga oksida.

Pengendalian Keriting Daun

Sempat mengalami kendala pada tanamannya yakni serangan keriting daun yang masif. Hampir menyerah karena merasa kewalahan, begitu beliau genjot semangat kembali akhirnya untuk keriting daun berhasil beliau kendalikan. Pengendalian keriting daun beliau cukup aplikasi ZPT (gibberellin, auksin, sitokinin) dicampur dengan insektisida bahan aktif abamektin dan fipronil. Kemudian memulihkannya beliau menggunakan KALINET.

Demikian artikel kali ini, selengkapnya bisa ditonton disini.


Rekomendasi Produk :
CAL-HA
KALINET
MORDENFOL