Begini Solusinya ! Mengendalikan Kendala Tanaman Padi di Musim Penghujan
Angga Syarief / Sabtu,15 April 2023
Sentra produksi padi dalam negeri kian tahun ke tahun mulai menampakan penurunan. Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) terhitung dari tahun 2021 luas panen padi mencapai sekitar 10,41 hektar atau mengalami penurunan sebanyak 245,47 ribu hektar (2,20 persen) dibandingkan tahun 2020. Penurunan dari tahun ke tahun ini mulai berdampak terhadap pemasokan beras dalam negeri. Menurut survei, terkait akan hal estimasi luasan panen ini juga memberikan sebuah gambaran bahwasanya ada keterkaitan dengan fase padi itu sendiri, seperti luas fase vegetatif, fase generatif, potensi kegagalan panen dan biaya perawatan.
Maka dari itu, usaha budidaya tanaman padi ini mengalami penurunan sebab tidak mengalami keuntungan seiiring naiknya ongkos produksi juga. Kenaikan ongkos produksi yang melejit seperti halnya naiknya harga pupuk kimia, belum lagi ditambah kendala-kendala yang kerap masih menyerang petani padi. Sebagian petani padi masih bergantung dan berpatokan bahwa ketika pemupukan dengan skala dosis tinggi dan perawatan rutin pasti akan menghasilkan hasil panen yang melimpah. Tetapi, hal ini tidak berbicara tentang seberapa banyak pupuk yang diberikan dan perawatan yang rutin, tetapi seberapa pupuk yang dibutuhkan tanaman serta perawatan yang tepat. Terkadang yang menjadi kekecewaan petani padi adalah berbagai upaya sudah dilakukan dengan perawatan rutin sekalipun, tapi pernah terbesit atau tidak bahwa perawatan rutin sekalipun tetapi tidak tepat akan terlihat sia-sia bahkan tidak memberikan dampak yang signifikan bukan?
Oleh sebab itu, alangkah baiknya melakukan perawatan rutin dan tepat disisi lain juga akan menghemat biaya serta tenaga. Topik pembahasan kali ini adalah akan banyak membahas beberapa kendala-kendala pada tanaman padi terutama saat fase generatif. Masih ditemani dengan salah satu narasumber yang sama dengan sebelumnya, yaitu Pak Aan. Beliau menerangkan bahwa budidaya tanaman padi terutama saat fase generatif banyak kendala yang mulai tampak, baik itu cekaman abiotik maupun biotik. Perpindahan suhu dari terik matahari yang menyengat kemudian diguyur hujan deras inilah yang menjadi salah satu permasalahan ditambah lagi serangan hama seperti wereng, ulat, dan belalang. Memang hanya tinggal beberapa langkah menjumpai panen, tetapi kalau beberapa kendala ini mulai menyerang dan kita abaikan yang ada malah rugi dan gagal panen.
Sebelum jauh membahas tentang beberapa solusi yang bisa kita lakukan dalam upaya pencegahan kegagalan panen karena beberapa kendala yang kami sebutkan tadi, tak lazim rasanya jika kita tidak mengetahui beberapa alasan penyakit sampai bisa menyerang tanaman padi.
Penyakit asem-aseman
Asem-aseman adalah suatu gejala yang ditandai dengan daun padi awalnya hijau segar menjadi kuning kemerahan diawali dari ujung menjalar ke pangkal daun. Lama kelamaan, daun akan mengering dan pertumbuhannya menjadi kerdil. Menurut Pak Aan, faktor penyebab asem-aseman ini salah satunya adalah pH tanah yang drop / menurun. Penyebab pH tanah drop ini juga karena kadar kemasaman didalam tanah terlalu tinggi sehingga akan mempersulit tanaman dalam penyerapan unsur hara. Selain itu diguyurnya air hujan secara terus menerus, padahal air hujan ini mengandung kadar nitrogen sehingga bersifat masam. Oleh karena ini pemicu penyakit asem-aseman ini disebabkan area permukaan tanaman menjadi masam.
Karena penyakit satu ini bisa menyerang kapan saja baik di fase vegetatif maupun generatif, langkah antisipasi sudah dilakukan sejak dini oleh Pak Aan. Sebelumnya yang pernah kita singgung di artikel sebelumnya, dimana beliau menegaskan pondasi tanah sangatlah penting karena akan terkait dengan pH tanah. Upaya yang beliau lakukan disini adalah dengan aplikasi POWERSOIL PADI serta pupuk organik cair VIGORIN dimana mempunyai peran ganda sebagai pembenah tanah serta menjaga metabolisme tanaman sehingga tanaman akan cepat beradaptasi.
Penyakit kresek daun
Penyakit satu ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas Oryzae yang ditandakan gejalanya berupa bercak kecoklatan memanjang sepanjang tepi daun. Selanjutnya menjalar melebar kearah tulang daun dan pada akhirnya lama-kelamaan daun akan mengering dengan warna keabu-abuan. Beberapa faktor penyebab dari penyakit kresek daun ini adalah pemupukan nitrogen yang terlalu tinggi, kondisi cuaca ekstrim, dan kelembaban yang tinggi.
Oleh sebab itu, yang menjadi tugas utama Pak Aan adalah memperkuat tanaman agar kokoh. Pasalnya, jika tanaman sudah terkena penyakit kresek daun ini, tanaman akan lemah apalagi jika sampai diguyur hujan deras dan angin akan membuat tanaman cepat roboh. Maka dari itu beliau perkuat tanamannya dengan aplikasi silica kalium “ORINIT” via spray. Baru dua kali pengaplikasian dengan dosis pertama 15 ml/16 liter air kemudian menambah dosisnya menjadi 30ml/16 liter air. Dirasakan perbedaan dengan tanaman padi lainnya setelah pengaplikasian ORINIT. Segi daun lebih hijau segar dan batangnya kokoh. Semakin kuat dan kokoh tanamannya, akan semakin tahan juga tanaman dari serangan penyakit karena dengan aplikasi ORINIT ini meningkatkan kekuatan dinding sel tanaman sebagai benteng pertahanan dari serangan hama dan infeksi patogen serta membuat tanaman tidak mudah roboh.
Pemaksimalan bulir
Menyetuh fase generatif tepatnya menginjak usia 90 HST ini beliau genjot kembali nutrisinya dengan pupuk kalium, phospat, dan boron yaitu KALINET via spray dengan dosis 30ml/16 liter air. Meski nutrisi yang sebelumnya sudah beliau aplikasikan yaitu silica kalium, tetapi untuk KALINET ini kandungan kaliumnnya lebih tinggi selain itu juga lengkap dengan unsur phospat dan boron. Dimana dengan unsur hara yang lengkap ini akan mempermudah pembentukan bulir, menambah bobot bulir, batang semakin kokoh, dan memaksimalkan daun tua agar tetap produktif. Beliau berpendapat bahwa tanaman padi ketika fase generatif ini sangat membutuhkan unsur hara kalium dan phospat. Buka berarti unsur nitrogen tidak penting, tetap diaplikasikan cuman dengan dosis yang sedikit. Apalagi dimusim penghujan, pemberian unsur hara nitrogen sangat berhati-hati sebab air hujan yang sudah mengandung nitrogen bila ditambah pupuk nitrogen kembali malah bisa menambahkan potensi tanaman terjangkit penyakit.
Pengendalian hama
Pengendalian hama yang beliau lakukan tidaklah begitu rutin, lebih memperhatikan kondisi tanamannya terlebih dahulu. Karena beliau menemukan solusi tanpa harus berfokus aplikasi insektisida. Beliau menyakini dengan memperhatikan sistem pengairannya. Pak Aan menegaskan bahwa dengan lancarnya sistem pengairnnya bisa menghentikan potensi pergerakan hama. Jadi lahan dalam kondisi sistem pengairnnya lancar terus tidak sampai berdiam diri atau menggenang dalam kurun waktu lama.
“Tidak sembarangan dalam menanam padi, dari pemilihan varietas, kondisi lahan, pemupukan, pengairan perlu diperhatikan. Terkesan sepele tapi ini sangat berpengaruh” pesan Pak Aan kepada kita semua.
Demikian artikel ini kami buat, selebihnya akan kami tayangkan disini.
Cari
KATEGORI : |
---|
Pengetahuan |
Kiat Pertanian |
Solusi Masalah |
Berita Inspirasi |