Pupuk Dasar: Kekuatan Tersembunyi di Balik Kesuburan Tanaman
Karlina Indah / Sabtu,08 Februari 2025

Tanah merupakan tempat tinggal bagi tanaman. Tempat tinggal yang baik adalah yang dapat mendukung pertumbuhan dan kehidupan tanaman. Oleh karenanya tempat tinggal tanaman harus memenuhi berbagai persyaratan antara lain : dapat dijadikan tempat berpijak tanaman, mampu mengikat air dan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, mempunyai drainase dan aerasi yang baik, dapat mempertahankan kelembaban disekitar akar tanaman dan tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman. Apabila Sobat Mitra Bertani semua menemui hasil budidaya tanaman yang Istimewa dan maksimal itu mewakili apa yang tidak terlihat di balik mulsa. Dalam menciptakan tempat tinggal yang sesuai ini tidak lepas dari adanya kegiatan perbaikan kondisi tanah.
Perbaikan kondisi tanah dapat dilakukan dengan penambahan hara melalui pemberian bahan organic ataupun kimia untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Pemberian bahan ini berperan dalam menyediaka unsur hara makro dan mikro pada awal pertumbuhan tanaman, dapat mempercepat produksi karena sumber hara tersedia di dalam tanah dan dapat sebagai langkah awal Tindakan pencegahan dari serangan hama dan penyakit. Langkah perbaikan tanah yang dapat Sobat Mitra Bertani ikuti yaitu dengan menambah sekam bakar, dolomit dan pupuk organik. Kira kira apa saja sih manfaat dari bahan tersebut? Penjelasan lengkapnya di bawah ini :
1. Sekam bakar
Sekam bakar adalah media tanam yang telah melewati proses pembakaran tetapi tidak sempurna dan berwarna hitam. Sekam bakar dibuat melalui proses penghentian pembakaran kulit gabah padi sebelum sekam jadi abu dengan cara ditutup atau disiram dengan air. Menurut Gustia (2019) sekam bakar mengandung unsur SiO2 (52%), C (31%), K (0.3%), N (0,18%), F (0,08%), dan kalsium (0,14%). Di samping itu juga mengandung unsur lain lain dalam jumlah sedikit antara lain Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO, dan Cu serta beberapa jenis bahan organic. Tingginya kandungan silikat pada sekam bakar dapat menjadikan tanaman lebih tahan terhadap hama dan penyakit akibat adanya pengerasan jaringan. Selain itu sekam bakar juga dapat digunakan penambah kadar Kalium dalam tanah. Sedangkan kandungan Carbon pada sekam bakar dapat menjadi sumber makanan bagi jamur baik di dalam tanah. Dalam hal pembenah tanah, sekam bakar memiliki pori-pori makro dan mikro yang hampir seimbang, sehingga lebih porous dan sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air yang tinggi. Hayati (2010) menambahkan sekam padi dapat mempertahankan kelembaban tanah yang tinggi dan meningkatkan kadar hara dalam tanah yang dapat dimanfaatkan tanaman. Hal ini di dukung dengan hasil penelitian Gustia (2019) yang menunjukan bahwa ternyata penambahan sekam bakar memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan media tanam tanpa sekam bakar ddilihat dari parameter tinggi tanaman, jumlah cabang, panjang buah dan bobot buah. Hasil lengkap dapat di lihat di gambar berikut ini :
2. Dolomit.
Pemberian dolomit berperan dalam menambahkan unsur hara Ca dan Mg. Suplai hara Mg dan Ca dapat menggeser kedudukan H+ di permukaan koloid sehingga menetralisir kemasaman tanah. Sebelum menentukan dosis dolomit sebaiknya cek pH terlebih dahulu, baru menghitung kebutuhannya. Adakah sobat mitra Bertani ada yang belum tau cara menghitung kebutuhan dolomit? Tenang- tenang, bagi yang belum mengetahui caranya bis abaca penjelasannya berikut ini :
Contoh perhitungan dosis dolomite sebagai berikut :
Untuk menaikan 1 point pH dibutuhkan 2 ton (2000 kg) dolomite per hektar.
Pak koko memiliki lahan seluas 1.200 m2 dengan pH 4,5 sedangkan pH yang diinginkan 6,5. Berapa dolomite yang dubutuhkan pak Koko?
Jawab :
(6,5 – 4,5) x 2000 kg = 4.000 kg per hektar
Eitss tapi lahan pak Koko hanya 1.200 m2 , jadi dolomit yang dibutuhkan Pak Koko yaitu :
1 hektar = 10.000 m2, maka = 4.000 kg : (10.000 : 1.200)
= 4.000 kg : 8,3
= 482 kg
Apabila Sobat Mitra Bertani belum memiliki pH meter, bisa menggunakan ilmu kiralogi atau kira – kira dengan menggunakan dosis 200 kg/1000 m2
3. Pupuk organik
Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari sisa organisme atau mahkluk hidup dan memiliki kadar hara bervariasi yaitu hara makro dan mikro yang diketahui dapat memperbaiki sifat kimia, fisik, dan biologi tanah. Pupuk organik banyak mengandung mikroorganisme yang berfungsi untuk proses dekomposisi lanjut terhadap bahan organik tanah. Ditambahkannya pupuk organik ke dalam tanah, tidak hanya jutaan mikroorganisme yang ditambahkan ke dalam tanah, akan tetapi mikroorganisme yang ada di dalam tanah juga terpacu untuk berkembang biak. Selain itu, aktifitas mikroorganisme di dalam tanah dapat menghasilkan hormon-hormon perturnbuhan seperti auksin, giberelin dan sitokinin yang dapat memacu perturnbuhan dan perkembangan akar-akar rambut sehingga daerah pencarian unsur-unsur hara semakin luas. Pupuk organic yang digunakan bisa pupuk kandang ataupun kompos. Kali ini yang kami gunakan yaitu pupuk kandang giling dengan dosis 500 g – 1 kg / tanaman. Pupuk organik yang digunakan harus yang sudah terfermentasi, dengan karakterisik tidak berbau, wujud meyerupai tanah dan tidak panas.
Ketiga bahan tersebut disebar satu per satu, kemudian dilakukan pembajakan ulang. Pembajakan ulang ini dimaksudkan untuk menghomogenkan atau mencampur pupuk dengan tanah, apabila tidak dilakukan pembajakan ulang biasanya ssstem akar hanya akan tumbuh atau berkumpul di area yang banyak pupuknya saja, sedangkan apabila di campur seperti ini perkembangan dan pertumbuhan akar akan menyebar ke semua bagian tanah. Dari ketiga bahan yang digunakan bisa dikategorikan sangat sederhana dan mudah di temui loh Sobat Mitra Bertani semua. Jadi jangan lupa ikuti cara ini, dan buktikan sendiri manfaatnya. Demikian artikel ini, semoga membantu dan tonton penjelasan lengkapnya di video ini :
Sumber :
Gustia, F & Rosdiana. 2019. Kombinasi Media Tanam Dan Penambahan Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabe. Jurnal Agrosains & Teknologi. 4 (2).
Hayati, E. 2010. Respon Jagung Manis (Zea mays, Sacharata Shout) terhadap Penggunaan Mulsa dan Pupuk Organik. Jurnal Agrista Vol.14, No.1